Kamis, 2 Oktober 2025

Taufik tak Bisa Lagi Belikan Es Krim Rika

DI bawah rindangnya pohon avokad, Rika Apriliani (5) dimakamkan di tempat pemakaman umum

Editor: Hendra Gunawan
zoom-inlihat foto Taufik tak Bisa Lagi Belikan Es Krim Rika
tribunnews.com

TRIBUNNEWS,COM -- DI bawah rindangnya pohon avokad, Rika Apriliani (5) dimakamkan di tempat pemakaman umum (TPU) milik RW 01, Kampung Maruyung, Desa Maruyung, Kecamatan Pacet, Kabupaten Bandung, Rabu (8/8/2012) malam.

Dua buah bambu berukuran satu langkah kaki orang dewasa pun ditancapkan di atas pusara setelah liang ditutup dengan tumpukan tanah. Kedua bambu yang berposisi sebelah utara dan selatan itu kemudian menjadi tanda sementara putri pasangan Taufik (38) dan Mamah (35) itu.

Gadis cilik yang baru masuk taman kanak-kanak (TK) itu menjadi korban kebakaran yang terjadi di RT 02/01, Kampung Maruyung, Selasa (7/8/2012) malam. Rika meninggal dalam keadaan telungkup di rumah Ade (80), nenek Rika, dengan kondisi yang mengenaskan.

"Awal terjadinya kebakaran saya tidak tahu karena waktu itu sedang di rumah bersama istri. Namun, mendengar ada kebakaran, saya langsung lari ke rumah mertua saya," ujar Taufik kepada Tribun di Masjid An-Nur, Kampung Maruyung, kemarin.

Taufik pun merasa menyesal tak bisa menyelamatkan anak perempuan satu-satunya itu. Sebab, ia sempat ragu untuk mencari anaknya di rumah neneknya yang ludes terbakar dilalap si jago merah.
"Mertua bilang kalau anak saya masih ada di dalam rumah. Tapi setelah di lokasi ada yang bilang anak saya sudah di luar. Makanya saya cari anak saya di luar. Tapi saya cari-cari tidak ada," ujar pria yang bekerja sebagai buruh pembuat pupuk itu.

Waktu itu RT 01 memang dalam keadaan gelap gulita lantaran aliran listrik dimatikan sehingga Taufik kesulitan mencari anaknya.

Taufik mengaku baru mengetahui Rika dalam keadaan tak bernyawa setelah kobaran api yang membakar rumah mertuanya itu padam. "Sejam setelah api padam, kami semua terkejut, termasuk istri saya, melihat anak saya meninggal. Hingga sekarang istri saya pun belum menerima kejadian ini. Ia masih syok," ujar Taufik, yang sudah ikhlas menerima kepergian adik dari Ujang Junaedi (16), Yus Yunus (14), dan Bayu Senggara (9) itu.

Meski begitu, Taufik sempat merasakan hal yang ganjil sebelum Rika menjadi korban si jago merah. Tidak biasanya Rika memainkan pakaian bayinya dulu. "Sewaktu saya pulang kerja, Rika mencuci pakaian bayinya. Tapi dia mencucinya tanpa menggunakan air. Setelah itu dia langsung istirahat di kursi rumah saya," kata Taufik.

Tak hanya itu, Taufik memiliki perasaan tidak enak ketika anak bungsunya itu meminta diantarkan ke rumah neneknya. Tak mau melihat anaknya menangis terus- menerus, Taufik meminta istrinya mengantarkan Rika ke rumah mertuanya.

"Rika memang biasa pergi ke rumah neneknya untuk bermain ataupun tidur menemani neneknya. Tapi waktu itu dia memohon-mohon sampai menangis menjerit untuk diantarkan ke rumah neneknya," ujarnya.

Taufik pun menyesal tak bisa menunggui Rika ketika di rumah neneknya. Namun, ia tetap tegar dan ikhlas menerima kejadian tersebut meskipun tak lagi bisa melihat senyum dan tawa Rika setelah pulang bekerja di tempat pembuatan pupuk yang tak jauh dari rumahnya.

"Sedih itu tetap ada karena saya tidak bisa lagi membelikannya es krim. Saya sangat sayang dengan Rika karena dia tidak pernah macam-macam dan selalu menerima uang jajan yang saya berikan," katanya.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved