Produksi Cabai Turun 30 Persen
Cuaca ekstrem yang ditandai dengan kemarau kering disertai angin dalam sebulan terakhir menyebabkan
TRIBUNNEWS.COM, CIAMIS -- Cuaca ekstrem yang ditandai dengan kemarau kering disertai angin dalam sebulan terakhir menyebabkan produksi cabai di sentra sayur-mayur Kecamatan Sukamantri, Ciamis, turun sekitar 30 persen.
"Sebulan terakhir petani kesulitan air yang cukup parah untuk menyiram tanaman cabai. Banyak yang terpaksa pakai pompa dengan tenaga genset sehingga menambah biaya produksi. Itu pun kalau ada sumber airnya," ujar Pipin Arif Apilin, Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Karangsari, Sukamantri, Ciamis, di areal kebun cabai, kawasan bukit Blok Cijoho, Desa Cibeureum, Sukamantri, kemarin.
Menurut Pipin, akibat menggunakan pompa air itu biaya produksi pun meningkat dari yang biasanya Rp 4.000 per pohon menjadi Rp 6.000 per pohon.
Dalam kondisi normal di Sukamantri ada 150 hektare kebun cabai yang dikelola oleh 350 petani yang tergabung dalam lima kelompok tani yang semuanya berada di bawah Gapoktan Karangsari dan Koperasi Kencana Sari. Namun dalam kondisi saat ini hanya ada 117 hektare kebun yang berisi tanaman cabai. Sekitar 33 hektare lainnya tidak bisa ditanami cabai lantaran kesulitan memperoleh sumber air.
Dari 117 hektare tanaman cabai itu, kata Pipin, rata-rata produksinya 4 ton cabai per hari. Sebanyak 3 ton dilempar ke pasar induk di Caringin Bandung, Kramat Jati, Tanah Tinggi Jakarta, dan Cikarang Bekasi. Sisanya satu ton lainnya dipasarkan ke pasar lokal Sukamantri, Panjalu, dan sekitarnya.
"Kami tidak masuk ke pasar lokal Cikurubuk Tasikmalaya atau Pasar Ciamis karena permintaan hariannya tidak begitu banyak, hanya sekitar 1-2 kuintal. Untuk menstabilkan harga sebenarnya pemda setempat bisa saja memfasilitasi kami untuk menyediakan kios khusus di tiap pasar sehingga harga eceran bisa stabil, yakni tidak terlalu menekan konsumen tapi tetap menguntungkan petani," ujar Pipin.
Saat ini harga cabai TW dan cabai merah keriting di pasar eceran di Pasar Manis Ciamis sekitar Rp 35.000 per kg. Di tingkat petani di Sukamantri, selama tiga hari terakhir ada kenaikan harga. Harga cabai TW naik dari Rp 12.000 jadi Rp 15.000 per kg, sedangkan cabai merah keriting naik dari Rp 18.000 jadi Rp 20.000 per kg. "Kenaikan harga ini mungkin terjadi sampai cuaca normal kembali," kata Pipin.
Koordinator Pemasaran Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI), Asep Halim, mengatakan kenaikan harga cabai di tingkat petani ini mungkin terjadi tidak hanya sekarang dan sampai menjelang lebaran tapi mungkin sampai cuaca normal kembali. "Mungkin sampai bulan September, awal musim hujan," ujar Asep.
Kenaikan harga ini, kata Asep, tidak hanya dipicu oleh anjloknya produksi cabai di Jabar seperti di Sukamantri, tapi juga akibat anjloknya produksi di Jatim dan Jateng akibat cuaca ekstrem. Meskipun demikian, kata Asep, masyarakat tak perlu panik karena pasokan cabai untuk Jabar masih stabil.