Kain Tapis Kapal Lampung Terancam Punah
Kain Tapis Kapal, sebuah hasil budaya lokal masyarakat Lampung, khususnya Lampung Selatan kini mulai punah dari kehidupan

TRIBUNNEWS.COM, LAMPUNG - Kain Tapis Kapal, sebuah hasil budaya lokal masyarakat Lampung, khususnya Lampung Selatan kini mulai punah dari kehidupan sosial masyarakat. Padahal Kain Tapis Kapal merupakan satu kekayaan budaya lokal yang cukup tinggi yang menyimpan filosofi tersendiri.
Nurdiyansah Dalijo dari Miyara Sumatera Foundation, sebuah organisasi pelestarian alam dan budaya Sumatera mengatakan, Kain Kapal merupakan warisan budaya yang memiliki filosofi sebagai simbol keselarasan antara kehidupan manusia dan alam. Motif kapal melambangkan semesta sebagai potret kehidupan maritim. Beberapa aristokrat (kaum bangsawan) bersama dengan para binatang prestisius (gajah) berdiri pada dek kapal. Pada bagian tengah, terdapat sebuah rumah yang menjadi titik sentral.
"Selain kapas dan emas yang ditenun dengan metode ikat, untuk membuat kain tapis kapal Lampung, diperlukan juga kepompong sutera (benang sutera), lilin sarang lebah (untuk meregangkan benang), akar serai wangi (untuk pengawet benang), daun sirih (untuk menguatkan warna), buah pinang (sebagai pewarna merah), dan banyak lagi tumbuhan lokal yang dijadikan sebagai pewarna alami," ujarnya, Jumat (22/6/2012).
Menurutnya, saat ini Kain Tapis Kapal telah punah akibat letusan Krakatau dan masuknya kolonialisme yang memaksa masyarakat lokal untuk membuat tekstil bagi tentara perang. Saat ini, tidak ada lagi penenun yang memproduksinya. Padahal, kain Tapis Kapal telah menjadi koleksi paling prestisius di berbagai museum di luar negeri. (ded)
Berita Lainnya:
- Wanita Stres Panjat Tower Selama Lima Jam
- Tim IA dan Sayang II Saling Klaim Menang di Wajo
- SMAN 1 Wajo Terancam Gagal Ikuti LPI
- Pemkab Riau Terbuka Swasta Selamatkan Riau Airline