Merapi Meletus
Angga Tak Ingat Nama Orangtuanya yang Jadi Korban Merapi
Angga Saputra (14) yang mengaku keluarganya menjadi korban erupsi Merapi Kamis (4/11/2010) lalu kondisi mentalnya tidak stabil
TRIBUNNEWS.COM, YOGYA - Angga Saputra (14) yang mengaku keluarganya menjadi korban erupsi Merapi Kamis (4/11/2010) lalu kondisi mentalnya tidak stabil. Bahkan saat Tribunnews berhasil mewawancarainya, Kamis (18/11/2010) siang, Angga sama sekali tidak ingat nama kedua orangtuanya.
“Sudah sejak sebulan yang lalu saya tidak tinggal dengan orangtua saya lagi, saya tinggal bersama teman di Pakem, orangtua saya di Cangkringan," ceritanya.
Pada saat erupsi besar Merapi waktu itu dia mengaku sedang tiduran di teras rumah temannya bersama Alvin, Ridwan dan Andi. “Tiba-tiba saya mendengar seperti ada pohon rubuh, lalu saya lari," katanya.
Ada cukup banyak kejanggalan dalam cerita-cerita Angga. Awalnya dia berkisah bahwa informasi tentang orangtuanya yang menjadi korban Merapi ia dengar dari tetangganya. Namun, di tengah obrolan bersama Tribunnews dia juga mengaku sempat mencoba membangunkan kedua orangtunya yang tengah tertidur lelap.
Bukan hanya itu, dia yang awalnya bercerita belum melihat keadaan rumahnya, namun di awal obrolan tiba-tiba mengatakan sempat melihat rumahnya sudah hancur setelah tersapu wedhus gembel. “Saya naik sepeda dari Pakem ke Cangkringan untuk lihat rumah saya, tapi saya tidak lihat orangtua saya," akunya.
Hingga saat ini Angga masih bersikeras ingin berangkat ke Jakarta untuk bekerja di Pasar Induk Kramatjati. Pekerjaan sebagai buruh angkut buah dia dapatkan dari temannya sejak sebelum peristiwa Merapi. “Pasarnya bagus, saya sempat kesana satu kali. Sekarang dari pada saya di sini, lebih baik saya di Jakarta, kerja,” katanya.
Para relawan di posko UIN Yogyakarta merasa kebingungan dengan sikap Angga yang sulit ditebak. Mengorek informasi tentang keberadaan keluarganya pun sulit. “Awalnya kami sempat curiga dia itu cuma anak jalanan. Tapi kalau diperhatikan dia tidak mengambil keuntungan apapun dari tempat ini. Makan saja jarang, baju gak mau ganti, gak pernah minta apa-apa juga,” terang koordinator pendamping di posko tersebut, Elgha Rorihadi (24).