Kamis, 2 Oktober 2025

Merapi Meletus

Mbah Maridjan Dalam Lukisan

Ki Joko Wasis melukis sosok Mbah Maridjan di antara delapan anak-anak dengan tangan kanannya menunjuk ke arah Gunung Merapi.

Penulis: Willem Jonata
Editor: Juang Naibaho
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Willem Jonata

TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Ki Joko Wasis (50), pelukis asal Minggiran, Bantul, Yogyakarta, tampak serius menggoreskan kuasnya di atas kanvas berukuran 2,40 x 1,80 meter. Ia melukis sosok Mbah Maridjan berada di tengah-tengah delapan anak-anak dengan tangan kanannya menunjuk ke arah Gunung Merapi.

Rencananya lukisan itu akan dilelang. Hasilnya akan disumbangkan untuk para pengungsi, korban letusan Gunung Merapi. Namun, kata Ki Joko Wasis, lukisannya itu belum kelar. Butuh satu minggu untuk menyelesaikannya.

"Baru hari ini saya sempat melukis. Soalnya, kemarin saya sibuk membimbing pelatihan melukis untuk anak-anak di pengungsian ini. Lukisan itu baru 25 peren saja," katanya, Senin (15/11/2010), di sela-sela istirahanya setelah lebih sepuluh jam berdiri untuk melukis.

Lukisan itu dibikin karena Ki Joko Wasis terinspirasi dengan sosok almarhum Mbah Maridjan yang dikenal sebagai sang juru kunci Merapi. Menurutnya, dalam lukisan itu Mbah Maridjan mengajarkan kepada anak-anak itu supaya mencintai Merapi. Jadi Merapi bukan sesuatu yang perlu ditakutkan. "Setelah letusan, Merapi akan memberikan kesuburan pada tanah-tanah di lereng gunung," terangnya berfilosofi.

Oleh sebab itu, lukisan tersebut diberi judul Menyongsong Fajar Merapi. Rencananya, lukisan itu dilelang secara on the spot. Pembeli boleh langsung memasang harga. Mereka akan bersaing dengan pembeli lainnya. Siapa yang menawar dengan harga paling tinggi, dia yang berhak membawa pulang lukisan itu.

Namun, rencana melukis itu nyaris saja batal. Pasalnya, alat-alat lukisnya milik Ki Joko Waisi seperti kuas dan cat yang ditaruh di kardus sempat dikira relawan lain sebagai sampah. Makanya, kardus beserta isinya itu dibuang ke tempat sampah.

"Saya nyaris nggak jadi melukis gara-gara ada relawan mengira itu sampah dan ingin membuangnya. Kalau sampai dibuang bisa-bisa saya nggak melukis," keluhnya.

Menurut Ki Joko Wasis, biaya operasional lukis itu dikeluarkan dari kantong pribadinya. Uang itu hasil dari penjualan lukisannya yang berjudul Nyi Ageng Serang, sebesar Rp 3,5 juta. Sebagian hasil penjualan disisihkannya untuk membeli cat dan kuas untuk membuat lukisan berjudul Menyongsong Fajar Merapi.(*)

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved