Ramadan 2025
Jelang Ramadan Umat Islam Diimbau 'Puasa Energi' di Rumah dan di Masjid
Jelang bulan ramadan, umat muslim diimbau untuk bisa puasa energi dalam rangka efisiensi dan transisi menuju sumber energi yang terbarukan.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ramadan merupakan momen penting bagi umat muslim untuk menginternalisasi nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satunya dalam efisiensi dan transisi menuju sumber energi yang terbarukan.
Baca juga: Puasa Ramadan di Arab Saudi Diprediksi Mulai 1 Maret 2025
Wakil Ketua Majelis Lingkungan Hidup PP Muhammadiyah dan Direktur Eksekutif Muhammadiyah Climate Center, Agus S Djamil, menyatakan pentingnya kemandirian energi.
"Saya merasa bahagia karena transisi energi kini menjadi isu yang diperbincangkan tidak hanya dalam lingkup akademik, tetapi juga dalam konteks agama. Kita perlu segera mewujudkan kemandirian energi, mengingat saat ini sebagian besar energi kita masih bergantung pada impor," ujar Agus melalui keterangan tertulis, Kamis (20/2/2025).
Hal tersebut diungkapkan Agus pada diskusi bertajuk ‘Cahaya Ramadan: Menjalani Ibadah Energi dengan Energi Berkelanjutan’ yang digelar oleh Suara Muhammadiyah, Greenfaith Indonesia, MOSAIC, 1000 Cahaya, dan Majelis Lingkungan Hidup PP Muhammadiyah.
Agus juga menekankan pentingnya mewujudkan kemandirian energi menggunakan sumber energi terbarukan yang melimpah.
Beberapa contoh yang disebutkan adalah memanfaatkan sungai untuk pembangkit listrik tenaga air (PLTA), serta potensi panas bumi dan energi laut.
Baca juga: Jelang Ramadan, Menko Zulhas Pastikan Harga dan Stok Bahan Pokok Aman
Ia menambahkan bahwa sumber energi berkelanjutan juga harus mempertimbangkan biaya Levelized Cost of Electricity (LCOE) yang rendah dan pengembalian investasi energi yang optimal.
"Indonesia dianugerahi Tuhan dengan kekayaan energi, mulai energi air, panas bumi, laut, matahari, hingga angin," katanya.
Dalam acara ini, juga disosialisasikan Buku Fikih Transisi Energi Berkeadilan, yang telah melalui proses penulisan inklusif dari tahap diskusi hingga penulisan, melibatkan masyarakat yang terdampak.
Buku ini diharapkan dapat menjadi landasan kerja bersama umat Islam dalam mendukung ambisi transisi energi Indonesia.
Qaem Aulassyahied dari Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, yang juga salah satu penulis buku tersebut, menekankan adanya disparitas ekonomi dalam energi.
Sehingga penggunaan dan pemanfaatan sumber daya menjadi tidak seimbang.
Menurutnya, salah satu persoalan penting adalah kepemilikan dan bagaimana kita mengatur penggunaannya untuk kesejahteraan bersama.
"Keserakahan dan kejahatan struktural dapat merusak sistem perekonomian, termasuk energi. Maka wujud konservasi energi yang bisa kita lakukan yaitu melakukan penghematan energi dan mengupayakan pencarian energi alternatif,” ungkap Qaem.
Ramadan 2025
Perbedaan Hampers dan Parcel, Disertai Inspirasi Barang yang Cocok Jadi Bingkisan Idul Fitri, |
---|
Takjil Gratis, Kebahagiaan Sederhana bagi Pekerja Pelabuhan dan Sopir Truk |
---|
8 Golongan Penerima Zakat Fitrah yang Sah dan Berhak, Lengkap dengan Penjelasannya |
---|
Zakat Mal: Pengertian, Ketentuan, dan Cara Menghitungnya |
---|
Sidang Isbat 1 Syawal 1446 H Segera Dilaksanakan Hari Ini, Ini Serangkaian Agendanya |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.