Ramadan 2019
Ramadan Waktunya Merenungkan Kembali Hubungan Sesama Muslim yang Berbeda Pilihan Politik
Sudah saatnya bulan suci ini dimanfaatkan untuk merenung kembali atas panas-dinginnya hubungan sesama muslim yang berbeda pilihan politik.
Momen buka puasa bersama, salat tarawih berjamaah, tadarrus bersama, dan nanti merayakan Idul Fitri bisa menjadi saat yang tepat untuk mengembalikan hubungan yang sempat renggang atau putus.
Begitu banyak jalinan pertemanan, persaudaraan, dan ikatan sosial yang renggang bahkan rusak karena beda pilihan politik.
Jalinan pertemanan di media sosial, grup WhatsApp, Line, dan semacamnya berubah menjadi kebencian dan permusuhan.
Caci maki, sumpah serapah, hinaan dan sindiran terjadi di ruang-ruang publik secara intens.
Karena itu, pahitnya hubungan gara-gara beda pilihan politik memang harus segera diakhiri.
Tidak ada enaknya "bertengkar" dan saling sindir gara-gara pilihan politik berbeda.
Pilihan politik adalah perspektif.
Cara pandang bagaimana kehidupan berbangsa dan bernegara dapat dilakukan lebih baik.
Spiritnya sama, yaitu negara dan bangsa ini harus dikelola secara baik, jujur, transparan, adil, dan hasilnya untuk kepentingan rakyat.

Bersaudara
Ramadan, bulan yang penuh hikmah, bulan yang menawarkan banyak wisdom (kearifan).
Sudah saatnya bulan suci ini dimanfaatkan untuk merenung kembali atas panas-dinginnya hubungan sesama muslim yang berbeda pilihan politik.
Ramadan adalah bulan penuh rahmah (kasih sayang) dan maghfirah (ampunan).
Mari kita memuliakan bulan puasa ini untuk mencairkan suasana yang kaku. Meleburkan hati-hati yang terpisah. Menyatukan kepingan-kepingan rasa yang terserak.
Bukankah Islam telah mengajarkan kepada kita bahwa sesama muslim adalah saudara yang tidak boleh saling bertikai.
Bahkan ada larangan bertengkar antar sesama manusia.
Batasan toleransinya hanya tiga hari. Artinya, haram hukumnya tidak bertegur sapa sesama muslim lebih dari tiga hari seperti Hadits Nabi sebagai berikut: