Pilpres 2019
Bagaimana Metodologi Litbang Kompas Lakukan Survei Elektabilitas Capres?
Saat itu hasil survei menunjukkan elektabilitas Prabowo-Hatta pada kisaran 43-47 persen dan pasangan Jokowi-Kalla pada angka 52-56 persen.
Meski tipis, hal serupa juga terjadi pada Prabowo Subianto -Sandiaga Uno.
Baca: Survei Litbang Kompas: Jokowi Unggul di Jawa, Prabowo di Sumatera

Elektabilitas Prabowo Subianto - Sandiaga Uno turun 2,5 persen di Banten-Jawa Barat (Jabar).
Di Jawa Barat -Banten, pada survei Kompas Oktober 2018, suara Prabowo Subianto - Sandiaga Uno 50,2 persen dan Jokowi -Maruf Amin 39,3 persen.
Namun pada survei Maret 2019, suara Prabowo Subianto - Sandiaga Uno menjadi 47,7 persen dan suara Jokowi - Maruf Amin mencapai 42,1 persen.
Rapat Umum
Peneliti Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Arya Fernandes, menilai, pada kampanye rapat umum, kedua kubu cenderung akan menerapkan strategi berbeda.
Jokow i- Maruf Amin akan lebih fokus mengamankan basis utama mereka karena ada penurunan cukup besar di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Sementara itu, Prabowo Subianto -Sandiaga Uno tetap akan bergerak ke basis lawan.
Baca: TKN: Survei Kompas soal Ekstrapolasi Elektabilitas, Jokowi Sudah Melebihi 2014

”Penurunan Prabowo Subianto - Sandiaga Uno tidak sebesar penurunan Jokowi-Amin di basisnya sehingga Prabowo Subianto - Sandiaga Uno akan terus berekspansi di luar basis,” kata Arya Fernandes saat dihubungi di Jakarta, Rabu (20/3/2019).
Arya Fernandes melihat strategi yang diterapkan kedua kubu untuk menyerang basis lawan sebenarnya sudah berjalan cukup efektif.
Hanya saja, muncul anomali bahwa basis mereka juga turut digerogoti, terutama bagi kubu Jokowi-Amin.
”Jokowi-Maruf Amin sadar bahwa Jawa Barat -Banten tidak mudah direbut sehingga sumber daya banyak dikerahkan, hal sama dilakukan oleh Prabowo-Sandi di Jateng dan Jatim,” kataArya Fernandes.
Menurut Arya Fernandes, masyarakat yang belum mengekspos pilihan sebesar 13,4 persen bisa dijadikan peluang bagi kedua kubu.
Bisa jadi, mereka adalah kelompok pemilih yang masih menunggu gagasan dan inovasi dari setiap capres dan cawapres.
”Inovasi tersebut yang akan banyak memengaruhi pemilih dari kelompok 13,4 persen tersebut,” kata Arya Fernandes.
Baca: TKN: Survei Kompas soal Ekstrapolasi Elektabilitas, Jokowi Sudah Melebihi 2014

Swing voters
Direktur Eksekutif Para Syndicate Ari Nurcahyo memandang, strategi saling masuk ke basis masing-masing semakin memperkuat pemilih loyal di kalangan bawah.
Adapun penurunan elektabilitas di basis Jokowi- Maruf Amin terjadi karena faktor swing and undecided voters yang cenderung berpindah ke kubu Prabowo Subianto -Sandiaga Uno.
Mereka lebih banyak terpengaruh oleh narasi-narasi di media sosial.
”Saya tidak melihat strategi itu mampu menggerus pemilih fanatik masing-masing. Sejauh ini sepertinya hanya menyasar swing voters,” ungkapnya.
Ari juga mengaitkan penurunan tersebut dengan tingkat pendidikan masyarakat.
Para swing voters ternyata lebih banyak berasal dari kaum terdidik.
Hal ini terjadi karena mereka lebih sering terpapar informasi dari media sosial.
Baca: Soal Survei Litbang Kompas, TKN Optimis Jokowi - Maruf Amin Akan Menangi Pilpres 2019

”Dari petahana selalu memainkan narasi keberhasilan kinerja, sedangkan penantang melakukan negasi. Hal ini ditangkap oleh masyarakat yang kritis,” kata Ari Nurcahyo.
Menjelang kampanye rapat umum, gaya kampanye dari setiap kubu dinilai Ari Nurcahyo cukup menentukan.
Situasi kampanye tersebut akan cukup memanas sehingga pesan-pesan simpatik dari kedua kubu cukup menyedot perhatian masyarakat.
”Seperti debat ketiga, suasananya sejuk dan damai. Gaya simpatik tersebut malah justru bisa menarik perhatian pemilih daripada yang profokatif,” ujar Ari. (Harian Kompas/ Fajar Ramadhan)