Kamis, 2 Oktober 2025

Pilpres 2019

Bagaimana Metodologi Litbang Kompas Lakukan Survei Elektabilitas Capres?

Saat itu hasil survei menunjukkan elektabilitas Prabowo-Hatta pada kisaran 43-47 persen dan pasangan Jokowi-Kalla pada angka 52-56 persen.

Harian Kompas
Hasil survei Litbang Kompas tentang elektabilitas Capres-Cawapres berdasarkan wilayah pemilih pada Maret 2019 

Di tingkat kelurahan, Litbang Kompas memilih dua RT secara acak. Kemudian, di tingkat RT, setelah meminta izin untuk melakukan survei, Litbang Kompas mendata semua kartu keluarga (KK) di wilayah itu.

”Misalkan dari pengacakan itu diperoleh RT tujuan yang berada di daerah terpencil di atas gunung. Itu tetap harus didatangi tenaga survei,” ujar Kristanto.

Setelah memperoleh data KK, Litbang Kompas akan memilih responden secara acak total empat orang dari dua keluarga. Adapun dalam satu keluarga itu akan dicari responden satu laki-laki dan satu perempuan yang telah berusia 17 tahun ke atas.

”Apabila dalam pemilihan secara acak itu keluar nama ibu, si ibu itu lagi ke ladang atau ke pasar, tenaga survei kami, ya, harus menunggu dan mewawancarai ibu itu,” ujar Kristanto.

Para responden diminta menjawab 150 pertanyaan terkait dengan pemilu. Jenis pertanyaan bervariasi, mulai dari pertanyaan tertutup, terbuka, semi-tertutup, hingga semi-terbuka. Proses wawancara diperkirakan memakan waktu 30-40 menit.

Selain itu, responden akan melakukan simulasi pemilihan umum. Responden diminta memilih salah satu pasangan calon. Hasil pemilihan akan dimasukkan ke dalam amplop yang kemudian disegel.

Para responden diminta menjawab 150 pertanyaan terkait dengan pemilu. Jenis pertanyaan bervariasi, mulai dari pertanyaan tertutup, terbuka, semi-tertutup, hingga semi-terbuka.

”Bertanya kepada responden soal pilihan pasangan calon presiden itu termasuk pertanyaan sensitif sehingga kami melakukan simulasi pencoblosan,” ujar Kristanto.

Ia mengatakan, dengan simulasi ini, tingkat akurasi pun meningkat.

”Saat responden langsung ditanya, pilih presiden siapa, biasanya yang tidak menjawab atau rahasia sebanyak 20-30 persen. Tetapi, dengan menggunakan model simulasi pemilihan umum, jumlah yang tidak menjawab atau rahasia berkurang hanya menjadi 12-15 persen,” ujar Kristanto.

Survei itu dilakukan selama dua minggu mulai 24 Februari 2019 hingga 7 Maret 2019. Adapun jumlah tenaga survei yang turun ke lapangan sekitar 250 orang.

Mereka kebanyakan adalah mahasiswa, baik dari universitas negeri maupun swasta, mulai dari semester keempat ke atas. Satu tenaga survei mendapat tugas mewawancarai delapan responden.

Tenaga survei bukan karyawan harian Kompas, melainkan tenaga sukarelawan yang diberikan upah. Namun, sebelum terjun ke lapangan, mereka akan memperoleh pelatihan dari Litbang Kompas.

Untuk mengecek kinerja tenaga survei dan menjaga kualitas jawaban responden, Litbang Kompas akan kembali menghubungi responden terkait untuk ditanyakan apakah betul sudah diwawancarai tenaga survei untuk survei elektabilitas.

”Kami menelepon kembali responden untuk mengecek apakah tenaga survei ini benar-benar melakukan wawancara atau berbohong. Jika berbohong, hasil wawancara dengan responden itu akan kami hapus dan tidak kami pakai. Jadi, hasil survei harus betul-betul mencerminkan data di lapangan,” kata Kristanto.

Halaman
1234
Sumber: KOMPAS
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved