Materi Sekolah
Apa yang Terjadi Setelah Soekarno Membacakan Proklamasi 17 Agustus 1945?
Bagi Indonesia, Proklamasi 17 Agustus 1945 menjadi tonggak awal berdirinya negara yang merdeka dan berdaulat.
Penulis:
Widya Lisfianti
Editor:
Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Pada 17 Agustus 2025 mendatang, Indonesia akan merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Kemerdekaan.
Perayaan ini menjadi momen penting untuk kembali mengenang detik-detik bersejarah yang terjadi pada 17 Agustus 1945 — hari ketika Proklamasi Kemerdekaan dikumandangkan.
Proklamasi adalah pernyataan resmi yang menandai kemerdekaan suatu bangsa dari penjajahan atau kekuasaan pihak lain.
Bagi Indonesia, Proklamasi 17 Agustus 1945 menjadi tonggak awal berdirinya negara yang merdeka dan berdaulat.
Jalannya Proklamasi
Seperti dikutip dari Buku Sejarah Kelas XI karya Martina Safitry dkk. (2021), teks Proklamasi dibacakan oleh Ir. Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta.
Sebelum pembacaan teks, Soekarno menyampaikan pidato singkat yang mengisyaratkan bahwa bangsa Indonesia telah bulat mengambil nasibnya sendiri.
Setelah pidato, Soekarno membacakan teks Proklamasi yang ditandatangani oleh dirinya dan Drs. Mohammad Hatta atas nama bangsa Indonesia.
Momen ini menjadi penanda resmi kemerdekaan Indonesia.
Setelah Proklamasi: Euforia dan Perjuangan
Usai pembacaan Proklamasi, acara dilanjutkan dengan pengibaran bendera Merah Putih yang dijahit oleh Fatmawati, istri Presiden Soekarno.
Baca juga: Isi Lengkap Pidato Soekarno pada Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945
Awalnya jurnalis perempuan, Soerastri Karma Trimurti atau S.K. Trimurti diminta untuk mengerek bendera. Namun ia menolak dan menyerahkan tugas tersebut kepada Latief Hendraningrat, seorang prajurit Pembela Tanah Air (PETA) yang dibantu oleh Suhud.
Suhud adalah anggota Barisan Pelopor, organisasi yang dibentuk oleh Jepang, dan ditugaskan untuk menjaga keluarga Soekarno.
Lagu “Indonesia Raya” yang diciptakan WR Supratman pun berkumandang mengiringi pengibaran bendera.
Momen ini diabadikan oleh fotografer Frans Soemarto Mendur dan kakaknya, Alex Impurung Mendur.
Sayangnya, hasil jepretan Alex Mendur dirampas dan dimusnahkan oleh tentara Jepang, sehingga yang tersisa hanyalah dokumentasi karya Frans.
Berita Proklamasi kemudian disebarkan melalui Radio Domei oleh F. Wuz, markonis atau operator radio.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.