Kurikulum AI Perlu Segera Diterapkan di Sekolah
Pembelajaran tentang teknologi kecerdasan buatan perlu diakselerasi di kalangan pelajar Indonesia.
Penulis:
Eko Sutriyanto
Editor:
Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pembelajaran tentang teknologi kecerdasan buatan perlu diakselerasi di kalangan pelajar Indonesia agar tidak hanya menjadi konsumen pasif teknologi AI yang sedang berkembang pesat.
Praktisi pendidikan teknologi Miftah Fadli mengutip laporan Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) mengatakan, negara yang memasukkan teknologi digital dan pemrograman dalam kurikulum sejak dini memiliki tingkat kesiapan di dunia kerja digital yang jauh lebih tinggi di masa depan.
Hal ini menjadi tantangan besar bagi Indonesia, yang hingga kini belum secara sistematis mengenalkan konsep AI pada siswa sekolah dasar dan menengah pertama.
“Kita bicara revolusi teknologi, tapi masih membiarkan anak-anak kita belajar dengan pendekatan lama. Kalau tidak berubah, kita hanya akan jadi konsumen teknologi, bukan pencipta,” ujar Miftah Fadli di Jakarta, Senin (4/8/2025).
Di sejumlah negara seperti Korea Selatan, Tiongkok, dan Finlandia, pengenalan teknologi kecerdasan buatan sudah dimulai dari usia 8–10 tahun.
Anak-anak diajak memahami bagaimana AI bekerja, mulai dari prinsip sederhana hingga penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari sementara di Indonesia, akses terhadap pendidikan digital masih sangat timpang.
Sekolah-sekolah di kota besar mungkin mulai mengenal coding melalui program ekstrakurikuler, namun sebagian besar sekolah negeri belum memiliki sumber daya, tenaga pengajar, atau kurikulum pendukung.
“Anak-anak kita akrab dengan gawai, tapi tidak tahu cara kerja teknologi di baliknya. Mereka hanya jadi pengguna pasif,” katanya.
Baca juga: Kurikulum AI dan Coding di Sekolah, Kapan Berlaku? Ini Jawaban Mendikdasmen
Ditambahkannya, masalah utama bukan hanya soal AI atau teknologi, tapi tentang bagaimana anak-anak dari berbagai latar belakang sosial bisa memiliki akses yang setara terhadap pengetahuan masa depan.
Program-program edukasi AI untuk anak SD dan SMP kini mulai bermunculan, baik dari komunitas, lembaga pendidikan nonformal, maupun inisiatif swasta. Namun pertanyaannya: apakah semua anak Indonesia akan punya kesempatan yang sama?
Jika tidak ada intervensi kebijakan dari pemerintah pusat maupun daerah, literasi AI hanya akan dinikmati segelintir pelajar di perkotaan.
Baca juga: ConveGenius Galang Dana 1,8 Juta Dolar AS untuk Perluas Peran AI di Sektor Pendidikan
"Dan itu akan memperlebar jurang ketimpangan digital antarwilayah, antarsekolah, bahkan antarindividu," kata pendiri AI Lab Academy, program edukasi AI untuk anak-anak usia sekolah dasar dan menengah ini.
Pengenalan AI pada anak bukan bertujuan mencetak insinyur sejak SD, melainkan menanamkan cara berpikir yang logis, kreatif, dan etis dalam menggunakan teknologi. Di era digital, kecakapan seperti ini bukan lagi nilai tambah—melainkan kebutuhan dasar.
Kurikulum yang adaptif, pelatihan guru, dukungan infrastruktur digital, hingga materi pembelajaran yang kontekstual perlu menjadi prioritas jika Indonesia ingin benar-benar mengejar ketertinggalan.
“Kalau kita ingin punya generasi inovator 10 tahun ke depan, maka literasi teknologi harus ditanam hari ini,” tegas Miftah.
literasi AI
teknologi kecerdasan buatan
pelajar Indonesia
kurikulum
teknologi digital dan pemrograman
Kunci Jawaban Informatika Kelas 5 Halaman 46 Kurikulum Merdeka Bab 3: Ayo Berlatih 3.1 |
![]() |
---|
Kunci Jawaban IPS Kelas 7 Halaman 175: Aktivitas 3 Pengaruh Kondisi Geografis Terhadap Budaya |
![]() |
---|
Kunci Jawaban Informatika Kelas 5 Halaman 43 Kurikulum Merdeka Bab 3: Pertanyaan Pemantik |
![]() |
---|
30 Soal PTS PJOK Kelas 2 Semester 1 Kurikulum Merdeka dan Kunci Jawaban |
![]() |
---|
Kunci Jawaban IPS Kelas 7 Halaman 172: Aktivitas 2 Pengaruh Iklim Terhadap Kebudayaan Antar Daerah |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.