Kamis, 2 Oktober 2025

Wakil Ketua MPR Minta Kesejahteraan Dosen dan Insentif Riset untuk Ditingkatkan

Wakil Ketua MPR RI dari Fraksi Partai Demokrat, Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) menekankan pentingnya penguatan ekosistem riset di Indonesia. 

Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Glery Lazuardi
dok. UI
PERGURUAN TINGGI Wakil Ketua MPR RI dari Fraksi Partai Demokrat, Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) dalam Diskusi Kebangsaan bertajuk “Dosen Sejahtera, Riset Bermakna, Pendidikan Berkualitas” yang diadakan di Gedung MPR RI, Jakarta. Dirinya menekankan pentingnya penguatan ekosistem riset di Indonesia. (HO/MPR) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua MPR RI dari Fraksi Partai Demokrat, Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) menekankan pentingnya penguatan ekosistem riset di Indonesia. 

Dirinya mengusulkan agar insentif yang lebih besar diberikan kepada dosen yang aktif dalam melakukan penelitian dan produktif dalam publikasi internasional. 

“Kita ingin pendidikan kita berkualitas, tidak hanya formalitas. Dan kita juga ingin dosen, dunia pendidikan kita diperhatikan kesejahteraannya, tidak hanya sekedar diperas tenaga dan pikirannya karena dengan gaji yang terbatas. Setiap ada peningkatan pendapatan itu sangat berdampak dengan kemampuan, kebahagiaan, dan kesejahteraan keluarganya. Begitu juga dengan para dosen, betul ya?” kata Ibas

Hal ini disampaikan Ibas dalam Diskusi Kebangsaan bertajuk “Dosen Sejahtera, Riset Bermakna, Pendidikan Berkualitas” yang diadakan di Gedung MPR RI, Jakarta. 

Baca juga: Siap Hilirisasi, AII Paparkan 16 Invensi Hasil Riset GRS 2021-2023

Selain itu, Ibas menilai perlu ada harmonisasi regulasi antar kementerian. 

“Kementerian Pendidikan Tinggi Sains Teknologi (Kemen Dikti Saintek) perlu melakukan harmonisasi regulasi dengan kementerian Agama dan Kementerian Keuangan agar alokasi anggaran tunjangan kinerja dosen dapat lebih transparan, tepat sasaran dan berkelanjutan,” kata Ibas

Ketua Fraksi Partai Demokrat DPR RI ini kemudian menekankan pentingnya penguatan ekosistem riset di Indonesia. 

Dirinya mengusulkan agar insentif yang lebih besar diberikan kepada dosen yang aktif dalam melakukan penelitian dan produktif dalam publikasi internasional dengan skala Scopus Q1 dan Sinta 1.

“Hasil penelitian dan riset yang dihasilkan dikerjasamakan dengan semua lembaga dan sektor riil, agar tidak hanya sekadar ilmu riset, tetapi menjadi ilmu terapan yang bermanfaat,” katanya. 

Ibas juga memberi contoh beberapa bidang riset yang krusial bagi kemajuan bangsa. 

Dalam rumpun sains dan teknologi misalnya, beberapa riset dalam ilmu kesehatan, seperti penelitian vaksin COVID-19, malaria, dan terapi kanker. 

Penelitian di bidang Teknologi tentang kecerdasan buatan (AI), pembelajaran mesin (machine learning), kendaraan otonom, serta penelitian 5G dan Internet of Things di bidang teknologi. 

Ada pula dalam disiplin ilmu pertanian, seperti terkait tanaman yang lebih tahan terhadap perubahan iklim (kekeringan) padi tahan salinitas jagung tahan panas, pertanian presisi, serta penerapan teknologi untuk meningkatkan efisiensi dan pengurangan penggunaan pestisida dan pupuk.

Sementara dalam bidang energi, dapat pula meneliti energi terbarukan dan teknologinya, seperti PLT angin, PLT air, PLT panas, dan PLT sampah. 

Selain itu, termasuk juga riset dalam bidang lingkungan, seperti penelitian perubahan iklim, energi baru terbarukan, keanekaragaman hayati (penurunan populasi lebah), hingga teknologi penangkapan karbon.

Sementara pada bidang sosial dan humaniora, misalnya riset dalam disiplin ilmu ekonomi, bisa melakukan penelitian mengenai ketimpangan ekonomi, fintech, inklusi keuangan, serta dampak suku bunga terhadap inflasi dan pertumbuhan ekonomi. 

Dalam bidang bidang pendidikan, penelitian bisa berupa model pendidikan berbasis teknologi (e-learning) dan berbasis game. 

Sedangkan pada bidang sosial, dapat meneliti pendidikan inklusif dan pengaruhnya terhadap kemiskinan, serta perilaku manusia dan/atau pengaruh media sosial terhadap kesehatan mental.

Ibas menegaskan bahwa penelitian berkualitas harus memiliki metodologi yang tepat, inovasi, relevansi sosial dan ilmiah, publikasi jurnal terakreditasi, serta reporduksibilitas. 

Menurutnya, riset yang baik harus bisa memberikan dampak positif bagi masyarakat dan sesuai dengan kebutuhan bangsa.

Baca juga: Lingkungan Bebas dari Kekerasan Tingkatkan Kualitas Pendidikan dan Riset di Perguruan Tinggi

Laksmi Evasufi Widi, Dosen Universitas Sultan Ageng Tirtayasa menyampaikan beberapa aspirasi dari para dosen terkait dengan pengembangan riset bangsa.

"Kami mendorong pemerintah untuk menghidupkan kembali adanya hibah buku, sehingga hasil penelitian dosen dapat diterbitkan menjadi buku," kata Laksmi.

Di akhir, Ibas mengajak seluruh pihak untuk bersama-sama mendukung peningkatan kesejahteraan dosen dan penguatan riset

“Peningkatan kesejahteraan dosen bukanlah tanggung jawab tunggal pemerintah semata, melainkan sebuah upaya bersama yang butuh dukungan dan kerja sama dari seluruh stakeholders yang berkepentingan, di antaranya akademisi, sektor swasta, dan masyarakat,” jelas Ibas.

Diskusi ini dihadiri oleh profesor dan dosen dari berbagai universitas di Indonesia. 

Beberapa di antaranya Prof. Dr. Ir. Aman Wiratakusumah, M.Sc., Ph.D., Mantan Rektor IPB; Julian Aldrin Pasha M.A. Ph.D., Ketua Senat Fakultas Akademik Unsur Departemen Ilmu Politik Universitas Indonesia; Prof. Dr. Delik Hudalah, S.T., M.T., M.Sc., Guru Besar PWK SAPPK ITB; Anggun Gunawan S.FiI., M.A, Wakil Ketua Aliansi Dosen ASN Kemdiktisaintek Seluruh Indonesia (ADAKSI). 

Hadir pula Anggota DPR RI Fraksi Partai Demokrat dari Komisi X: Anita Jacob Gah, Bramantyo Suwondo, Sabam Sinaga, dan Sekretaris FPD Marwan Cik Asan.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved