Materi Sekolah
Kehidupan Sosial Masyarakat Indonesia pada Masa Praaksara: Berburu, Bercocok Tanam, dan Perundagian
Kehidupan masyarakat Indonesia pada masa Praaksara dapat dibagi ke dalam tiga masa. Masa Berburu, praaksara, dan perundagian.
Perkembangan selanjutnya, manusia praaksara masa ini mampu membuat alat-alat dari batu yang sudah diasah lebih halus serta mulai dikenalnya pembuatan gerabah.
Alat-alatnya berupa beliung persegi dan kapak lonjong, alat-alat pemukul dari kayu, dan mata panah.
Pada masa bercocok tanam, manusia mulai hidup menetap di suatu perkampungan yang terdiri atas tempat-tempat tinggal sederhana yang didiami secara berkelompok oleh beberapa keluarga.
Mereka mendirikan rumah panggung untuk menghindari binatang buas.
Kebersamaan dan gotong royong mereka junjung tinggi.
Semua aktivitas kehidupan, mereka kerjakan secara gotong royong.
Tinggal hidup menetap menimbulkan masalah berupa penimbunan sampah dan kotoran, sehingga timbul pencemaran lingkungan dan wabah penyakit.
Pengobatan dilakukan oleh para dukun.
Pada masa bercocok tanam, bentuk perdagangan bersifat barter.
Barang-barang yang dipertukarkan waktu itu ialah hasil-hasil bercocok tanam, hasil kerajinan tangan (gerabah, beliung), garam, dan ikan yang dihasilkan oleh penduduk pantai.
c. Masa Perundagian
Masa perundagian merupakan masa akhir Prasejarah di Indonesia.
Menurut R.P. Soejono, kata perundagian berasal dari bahasa Bali: undagi, yang artinya adalah seseorang atau sekelompok orang atau segolongan orang yang mempunyai kepandaian atau keterampilan jenis usaha tertentu, misalnya pembuatan gerabah, perhiasan kayu, sampan, dan batu (Nugroho Notosusanto, et.al, 2007).
Manusia Praaksara yang hidup pada masa perundagian adalah ras Australomelanesoid dan Mongoloid.
Pada masa perundagian, manusia hidup di desa-desa, di daerah pegunungan, dataran rendah, dan di tepi pantai dalam tata kehidupan yang makin teratur dan terpimpin.