Minggu, 5 Oktober 2025

Ada Gerakan Menjadikan Pariwisata sebagai Kultur

Pariwisata yang sekarang ini berkembang dan turut andil dalam perkembangan hidup manusia perlu terus didalami.

Editor: Eko Sutriyanto
zoom-inlihat foto Ada Gerakan Menjadikan Pariwisata sebagai Kultur
TRIBUN/DANY PERMANA
Rektor Universitas Prasetiya Mulya Djisman Simanjuntak

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rektor Universitas Prasetiya Mulya, Djisman S Simandjuntak mengatakan, pertumbuhan industri pariwisata yang semakin besar jumlahhya di dunia.

Layanan leisure ini memang dulu lebih ke arah hedonis sifatnya, bahkan cenderung ke sensual leisure.

"Namun ada gerakan besar sekarang ini yang menjadikan pariwisata sebagai kultur,” jelas Djisman di sela-sela pembukaan program studi Bisnis Pariwisata (Hospitality Business)  Universitas Prasetiya Mulya di Jakarta, Kamis (9/2/2017).

Mantan ekonom senior CSIS ini berpendapat, pariwisata yang sekarang ini berkembang dan turut andil dalam perkembangan hidup manusia perlu terus didalami.

Baca: DNA Kita Seni Budaya dan Pariwisata kata Presiden Joko Widodo

“Inilah yang disebut eudaimonia (dari bahasa Latin “spirit kebaikan”) services. Layanan eudemonia ini semakin besar sekarang ini, yang dengan begitu membutuhkan banyak SDM andal di bidangnya,” katany.

Berbagai persoalan pariwisata di Indonesia yang membutuhkan pendalaman ilmu khusus dan menyeluruh, mengingat beberapa pertanyaan di dekade silam tentang keilmuan pariwisata yang cakupannya begitu luas, dan tidak spesifik.

Pendapat Djisman dipertegas I Gde Pitana, Deputi Bidang Pengembangan dan Pemasaran Pariwisata Kementerian Pariwisata yang menyebutkan pariwisata adalah ilmu.

"Kita punya banyak tugas untuk mengembangkan ilmu ini karena masih jarang pekerja profesional pariwisata yang berlatar belakang pendidikan tinggi spesifik pariwisata," katanya.

Baca: Ini Sederet Pekerjaan Rumah Pemerintah untuk Kembangkan Sektor Pariwisata

Bidang turisme memang baru diakui sebagai ilmu yang perlu diajarkan di Indonesia di tahun 2008.

“Bandingkan di negara-negara maju yang sudah lama menggeluti ilmu ini dan membangun industri pariwisata mereka yang maju pesat,” jelas Agus W. Soehadi, Dekan Sekolah Bisnis dan Ekonomi Universitas Prasetiya Mulya menambahkan pernyataan Djisman.

Menurutnya, tren pariwisata di dunia diwarnai empat fenomena penting.

“Pertama, komoditisasi lebih besar, yang semakin menantang beberapa pengelola pariwisata karena ruang kegiatan yang lebih luas.

Kedua, ekonomi berbagi (sharing economy) yang di beberapa tempat memporak-porandakan sistem pemasaran pariwisata konvensional.

Ketiga, kemajuan teknologi yang memacu peningkatan dan pengembangan pariwisata, antara lain pemanfaatan Big Data Analysis untuk mendalami perilaku konsumen pariwisata.

Dan keempat, generasi milenial yang merupakan segmentasi pasar yang menarik,” jelas Agus.

Baca: Dinas Pariwisata Kota Ambon Memperkenalkan Empat Agenda Kegiatan Berkelas Dunia

Menurut Agus, Prasetiya Mulya tak akan lepas dari ciri khas institusi yang telah lama bergelut dalam pendidikan bisnis di Indonesia dalam mendesain kurikulum prodi baru ini dan akan mengambil posisi dengan menawarkan 3 pilar dasar dalam kurikulum program studi pariwisata.

Pertama, learning pathways yang akan menempatkan mahasiswa pada studi teori-teori dasar kepariwisataan yang terintegrasi dengan pengalaman nyata di lapangan.

Kedua, practical and management experience yang membekali mahasiswa dengan praktik-praktik nyata yang harus dialami langsung.

"Dan ketiga, entrepreneural learning yang mengasah mahasiswa untuk menjadi pengusaha-pengusaha pariwisata yang bukan hanya andal pada level-level dasar ilmu dan praktik industri pariwisata, tetapi juga menguasai kemampuan-kemampuan strategis manajerial,” kata Agus.

Baca: Pelabuhan Tulehu Bakal Didorong Jadi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata

Menanggapi pembukaan prodi pariwisata Prasetiya Mulya, dengan mencermati, perkembangan pariwisata dunia dan di Tanah Air, pada sesi akhir Mari Elka Pangestu menyimpulkan pentingnya pendidikan pariwisata.

“Ilmu pariwisata itu penting, agar ada perencanaan destinasi, demand dan market analysis, simply dan persiapan kapasitas daya ukur, dan kesiapan SDM yang mendahului semua, “ kata Mari.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved