Hari Anti Sunat Perempuan Sedunia: Ini Alasan Penulis Nawal El Sadawi Tolak Praktik Sunat Perempuan
Hari Anti Sunat Perempuan Sedunia, ternyata ini alasan logis Nawal El Sadawi sangat menolak praktik sunat perempuan!
Bahkan sampai ia tutup usia, Nawal El Sadawi konsisten menyuarakan aspirasinya ini.
Praktik sunat perempuan sebenarnya sudah dilarang sejak lama namun faktanya masih banyak yang mempraktikkannya.
World Health Organization (WHO) mendeskripsikan sunat perempuan adalah pengangkatan sebagian atau seluruh alat kelamin wanita bagian luar dan membuat luka lain pada alat kelamin wanita untuk alasan non-medis.
Menurut WHO, ada 4 jenis utama sunat perempuan yang masih kerap ditemukan, semuanya berkaitan dengan perusakan alat genital wanita termasuk klitoris dan vulva.
- Klitoridektomi, yaitu memotong sebagian atau seluruh klitoris yang merupakan bagian sensitif pada alat kelamin perempuan berupa daging atau gumpal jaringan kecil pada ujung atas lubang vagina.
-
Infibulasi, yaitu menjahit atau “menyegel” vagina dengan cara memotong beberapa bagian dari labia minora atau labia majora, dengan atau tanpa memotong bagian klitoris.
- Eksisi, yaitu memotong sebagian atau seluruh bagian klitoris dan labia minora (bibir vagina bagian dalam), dengan atau tanpa memotong labia majora (bibir vagina bagian luar).
-
Meliputi seluruh praktik dan prosedur yang berisiko pada alat kelamin perempuan yang dilakukan di luar kepentingan medis, seperti menindik, menggores, atau menusuk area kelamin.
WHO juga menggolongkan praktik sunat perempuan sebagai salah satu bentuk pelanggaran HAM bagi perempuan.
Pasalnya, tindakan ini melanggar hak seksual dan reproduksi yang seharusnya dimiliki perempuan.
Banyak bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa praktik sunat perempuan tidak memberikan manfaat kesehatan.
Kebalikannya, praktik sunat perempuan dapat menyebabkan perdarahan hebat dan masalah buang air kecil, kista, infeksi, serta komplikasi saat melahirkan dan peningkatan risiko kematian bayi baru lahir.
WHO juga mencatat jika lebih dari 200 juta anak perempuan dan perempuan di 30 negara di Afrika, Timur Tengah dan Asia mengalami sunat perempuan.
Biasanya praktik ini tetap dijalankan dengan dasar adat tradisi atau moralitas yang telah mengakar di pemikiran masyarakat tertentu. (*)
Baca juga: Profil Poppy Dihardjo, Pejuang Hak Ibu Tunggal yang Alami Diskriminasi