Dealer Mobil Mewah Rocket Motor Company Ungkap Krisis Daya Beli Tekan Penjualan Supercar
Di sektor otomotif, penurunan daya beli kian kentara, dimana penjualan mobil 2024 hanya 865.723, turun sebesar 13,9 persen
Penulis:
Lita Febriani
Editor:
Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penurunan daya beli masyarakat mulai terlihat sejak akhir tahun 2023. Kondisi melemahnya konsumsi masyarakat semakin terlihat nyata pada awal 2025.
Di sektor otomotif, penurunan daya beli kian kentara, dimana penjualan mobil 2024 hanya 865.723, turun sebesar 13,9 persen dibandingkan dengan tahun 2023.
Di kuartal pertama 2025, penjualan mobil turun 4,7 persen menjadi 205.160 unit, dibandingkan 215.250 unit pada kuartal I 2024.
Baca juga: Alvi Sofran: Merintis Mimpi dari Garasi, Hingga Pimpin Supercar Showroom Rocket Motor Company
Di segmen mobil mewah, penurunan penjualan mobil juga terasa. Hal ini diungkapkan oleh dealer supercar Rocket Motor Company.
"Kalau di 2020 start pandemi itu justru masa jaya-jayanya untuk penghobi supercar, karena dari 2020 sampai 2023 dan 2024 itu harga mobil cenderung naik," tutur Chief Marketing Office (CMO) Rocket Motor Company Alvi Sofran saat ditemui Tribunnews.com, Selasa (3/6/2025).
Tahun 2025 dinilai Alvi sebagai momen yang lebih sulit daripada pandemi untuk segmen supercar. Penjualan segmen ini mulai terkoreksi.
"Sekarang ini turun sedikit atau koreksi. Cuma tidak balik seperti harga awal. Jadi sebenarnya mobil ini, khususnya untuk supercar, mobil penghobi klasik dan lain-lain itu pasti turun harga dan permintaannya," sebutnya.
Rocket Motor Company menilai, kondisi pelemahan pasar ini terjadi akibat dari masih terbawa situasi peralihan kepemimpinan di pemerintah.
Sehingga banyak hal masih dalam penyesuaian dan memerlukan waktu sedikit lebih lama untuk daya beli masyarakat kembali seperti semula.
Alvi memprediksi, pasar kendaraan termasuk super car baru akan kembali membaik saat awal tahun 2026 mendatang.
"Nanti akan ada kenaikan dan bounce back-nya kalau saya lihat setelah keuangan stabil. Jadi sekarang banyak pergantian di kepresidenan baru, banyak yang diganti-ganti (kebijakan). Kalau semuanya sudah stabil, urusan negaranya beres, daya beli pasti bisa pulih kembali. Harapan saya mungkin di awal tahun depan," ungkapnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.