Sabtu, 4 Oktober 2025

Harga Bitcoin Merosot Usai Cetak Rekor Tertinggi, Investor Diimbau Evaluasi Ulang Portofolio

Harga Bitcoin (BTC) merosot usai mencatat rekor tertinggi baru di level 111.900 dolar AS beberapa waktu lalu.

Editor: Sanusi
HO
Harga Bitcoin (BTC) merosot usai mencatat rekor tertinggi baru di level 111.900 dolar AS beberapa waktu lalu. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Harga Bitcoin (BTC) merosot usai mencatat rekor tertinggi baru di level 111.900 dolar AS beberapa waktu lalu.

Tercatat, harga BTC pada perdagangan kemarin, Jumat (30/5/2025), berada di kisaran level 105.000 dolar AS.

Koreksi ini terjadi di tengah meningkatnya tekanan jual yang dipicu oleh aksi ambil untung dan kekhawatiran pasar terhadap data ekonomi makro global, khususnya inflasi Amerika Serikat dan ketidakpastian kebijakan suku bunga The Fed.

Kapitalisasi pasar kripto global juga mengalami tekanan, tercatat turun lebih dari 1,7 persen dalam 24 jam terakhir. 

Kapitalisasi pasar aset kripto global saat ini tercatat sebesar 3,32 triliun dolar AS, mengalami penurunan sebesar 1,97?lam 24 jam terakhir, dengan volume perdagangan harian mencapai 145,13 miliar dolar AS.

Menanggapi hal ini, Vice President Indodax, Antony Kusuma menyatakan, fluktuasi seperti ini merupakan bagian alami dari dinamika pasar kripto yang sangat reaktif terhadap sentimen global. 

"Ketika harga menyentuh titik tertinggi historis, wajar bila terjadi aksi ambil untung. Namun penting untuk dipahami bahwa koreksi jangka pendek tidak selalu mencerminkan pelemahan fundamental Bitcoin," papar Antony dikutip Sabtu (31/5/2025).

Baca juga: Harga Bitcoin Sentuh Level Rp1,7 Miliar, Berikut Faktor Pendorongnya

Antony menjelaskan, dalam siklus pasar kripto, pergerakan tajam baik naik maupun turun sering kali membuka peluang strategis bagi investor yang disiplin dan memiliki perspektif jangka panjang.

“Para investor untuk memanfaatkan momentum ini sebagai waktu evaluasi ulang portofolio, apakah sudah sesuai dengan profil risiko, dan apakah strategi yang dijalankan sudah mempertimbangkan aspek manajemen risiko. Di tengah kondisi seperti ini, pendekatan rasional, bukan emosional, adalah kunci,” tambahnya.

Level harga antara 100.000 dolar AS hingga 104.000 dolar AS saat ini menjadi area yang banyak dipantau oleh investor, karena dianggap sebagai zona akumulasi potensial. Jika tekanan jual berlanjut dan harga menyentuh level ini, ada potensi rebound yang bisa terjadi.

Kondisi pasar saat ini menuntut kewaspadaan lebih tinggi. Investor disarankan menggunakan fitur-fitur pengelolaan risiko seperti stop-loss, take-profit, dan diversifikasi portofolio untuk meminimalisir potensi kerugian.

“Dalam kondisi seperti ini, bukan hanya pemahaman teknis yang dibutuhkan, tapi juga ketenangan berpikir dan kesiapan mental dari setiap investor. Penting bagi kita untuk melihat pasar secara menyeluruh, memahami konteksnya, dan tidak terjebak pada kondisi jangka pendek," tuturnya.

Antony menekankan pentingnya peningkatan literasi dan kedewasaan dalam menghadapi fluktuasi pasar. Ia menyebut bahwa kepanikan justru sering muncul karena kurangnya pemahaman mendalam terhadap siklus pasar dan nilai fundamental aset digital itu sendiri.

“Koreksi harga bukan semata-mata sinyal negatif. Dalam banyak kasus, justru menjadi titik refleksi dan peluang untuk masuk ke pasar secara lebih terukur. Investor yang memiliki pandangan jangka panjang dan disiplin dalam strategi umumnya akan lebih siap menghadapi kondisi ini,” jelasnya.

Ia juga menambahkan, sejarah Bitcoin menunjukkan bahwa koreksi adalah bagian dari perjalanannya sebagai aset yang terus berkembang. 

“Volatilitas memang tidak bisa dihindari, tapi bila didekati dengan perspektif yang tepat, justru bisa menjadi ruang belajar dan penempaan karakter sebagai investor,” tutur Antony.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved