Senin, 29 September 2025

Pergerakan Bitcoin Stabil di Tengah Tekanan Geopolitik, Ini Penyebabnya

Harga Bitcoin menunjukkan kestabilan dalam kisaran US$ 84.000 hingga US$ 86.000 pada pertengahan April 2025.

Editor: Sanusi
Freepik
PERGERAKAN ASET KRIPTO - Harga Bitcoin menunjukkan kestabilan dalam kisaran US$ 84.000 hingga US$ 86.000 pada pertengahan April 2025. Stagnasi ini mencerminkan sikap hati-hati investor terhadap kemungkinan resesi di Amerika Serikat serta ketegangan perang dagang global. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Harga Bitcoin menunjukkan kestabilan dalam kisaran US$ 84.000 hingga US$ 86.000 pada pertengahan April 2025.

Stagnasi ini mencerminkan sikap hati-hati investor terhadap kemungkinan resesi di Amerika Serikat serta ketegangan perang dagang global.

Salah satu faktor pendorong sentimen pasar adalah laporan bahwa pemerintahan Donald Trump tengah mempertimbangkan pembelian Bitcoin menggunakan pendapatan dari tarif perdagangan.

Baca juga: Pasar Kripto Amblas Imbas Tarif Impor Trump, Kapitalisasi Bitcoin CS Susut 1 Triliun Dolar AS  

Langkah ini disebut sebagai bagian dari strategi diversifikasi cadangan nasional AS.

Di sisi lain, sentimen pasar juga terangkat oleh masuknya modal baru ke dalam ETF Bitcoin spot.

Laporan terbaru mencatat bahwa pada 14 April 2025, ETF ini mencatatkan arus masuk sebesar US$1,47 juta, setelah tujuh hari berturut-turut mengalami arus keluar.

CEO Indodax, Oscar Darmawan, menilai volatilitas harga dalam beberapa hari terakhir, terutama saat Bitcoin sempat menyentuh US$86.000 sebelum kembali terkoreksi di bawah US$84.000, merupakan respons pasar terhadap dinamika kebijakan perdagangan global dan minimnya likuiditas di akhir pekan.

Baca juga: Bitcoin Jadi Cadangan Strategis Amerika, Bagaimana Sikap RI Seharusnya?

"Kenaikan singkat ke level US$86.000 beberapa waktu lalu dipicu oleh reaksi pasar terhadap kabar pengecualian tarif yang memberikan nafas segar sementara. Namun, faktor likuiditas yang rendah di akhir pekan dan belum adanya kejelasan arah kebijakan perdagangan AS membuat pasar kembali ragu, sehingga harga terkoreksi secara alami ke bawah US$84.000," jelas Oscar dikutip Senin (21/4/2025).

Oscar juga menggarisbawahi, adopsi institusional, seperti lewat ETF dan potensi kebijakan pemerintah AS, menunjukkan bahwa kripto kini masuk dalam perhitungan serius para pengambil kebijakan.

“Narasi bahwa Bitcoin adalah alat spekulatif perlahan mulai tergantikan dengan posisi Bitcoin sebagai penyimpan nilai dan pelindung kekayaan jangka panjang,” ujarnya.

Menurutnya, jika pemerintah besar seperti Amerika Serikat secara terbuka mempertimbangkan akumulasi Bitcoin, maka kepercayaan terhadap teknologi blockchain dan aset digital akan meningkat signifikan, bukan hanya dari investor ritel tetapi juga dari lembaga keuangan dan negara-negara lain.

Di sisi lain, Oscar juga menilai bahwa potensi gangguan makroekonomi seperti konflik dagang atau resesi tetap harus diwaspadai.

“Bitcoin memang bisa menjadi alternatif investasi yang sudah teruji, tetapi investor harus tetap disiplin dalam manajemen risiko. Jangan berinvestasi karena euforia sesaat,” tegasnya.

Oscar menyarankan penggunaan strategi investasi jangka panjang seperti Dollar-Cost Averaging (DCA), mengingat harga Bitcoin saat ini berada pada titik konsolidasi.

“DCA adalah strategi yang bisa mengurangi tekanan emosional dalam menghadapi volatilitas pasar, apalagi saat situasi ekonomi global belum stabil,” tambahnya. 

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan