Kisah Yurike Sanger, Istri Ketujuh Soekarno Berjuang Belasan Tahun Melawan Kanker Hingga Wafat di AS
Yurike Sanger, istri ketujuh Presiden pertama RI Soekarno, meninggal dunia setelah berjuang melawan kanker payudara selama 12 tahun.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Yurike Sanger, istri ketujuh Presiden pertama RI Soekarno, meninggal dunia setelah berjuang melawan kanker payudara selama 12 tahun.
Padahal, saat pertama kali divonis pada 2013, dokter hanya memberi waktu enam bulan untuk bertahan hidup.
"Mama itu seorang pejuang. Dari dulu dia selalu bilang, apapun yang terjadi, semua tergantung Tuhan,” ujar putranya, Lintar Wardana, saat ditemui usai pemakaman di TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan, Senin (6/10/2025).
Lintar mengenang bagaimana sang ibu tidak pernah kehilangan semangat meski kondisinya sering naik turun akibat penyakit yang diderita sejak lama.
"Dia divonis kanker payudara dari 2013, dan dokter bilang enam bulan. Tapi kenyataannya dia terus berjuang, dia terus beriman sampai Tuhan panggil," tuturnya.
Baca juga: Profil Yurike Sanger dan Kisah Hidupnya, Istri ke-7 Ir Soekarno
Putri Yurike, Eka Putri, yang tinggal bersama Yurike di Amerika Serikat, menceritakan detik-detik terakhir sang ibu sebelum berpulang.
"Tanggal 15 September pagi, Mama mengeluh sakit dada dan muntah. Kami bawa ke rumah sakit, dan malamnya dokter bilang sudah tidak bisa berbuat apa-apa. Tapi Mama bilang, ‘Saya tidak akan menyerah, semua tergantung Tuhan.’ Besoknya masuk ICU, dan Rabu pagi Mama dipanggil Tuhan,” kata Eka.
Yurike menghembuskan napas terakhir di San Gorgonio Memorial Hospital, Banning, California, Amerika Serikat pada 17 September 2025 waktu setempat, di usia 80 tahun.
Baca juga: Sosok Yurike Sanger, Mantan Istri Ir Soekarno yang Meninggal Dunia di Los Angeles, Dinikahi saat SMA
Eka menambahkan, selama bertahun-tahun keluarga sepakat tidak memberi tahu kondisi terburuk kepada ibunya agar ia tetap bersemangat.
"Kami sepakat tidak memberitahu hal terburuk supaya Mama tetap semangat. Dia selalu bilang, dokter bukan Tuhan. Kata-kata itu terus dia pegang sampai akhir," ujar Eka.
Jenazah Yurike tiba di Indonesia pada Minggu (5/10/2025) malam dan dimakamkan keesokan harinya di TPU Tanah Kusir, Blok Perintis dan Pejuang Kemerdekaan, Jakarta Selatan.
Putranya yang lain, Tri Wahyudi, mengenang sang ibu adalah sosok yang mandiri hingga akhir hayatnya.
"Mama kalau ke Amerika–Indonesia itu selalu terbang sendiri, benar-benar mandiri. Dari muda memang suka jalan-jalan dan menikmati hidup,” ucapnya.
Sebelum wafat, Yurike sempat berpesan agar dimakamkan di Indonesia, negara yang selalu ia cintai.
"Permintaan terakhirnya adalah dia mau kembali ke Indonesia. Karena dia tetap mencintai Indonesia dan tidak pernah melepaskan kewarganegaraannya," kata Eka.
Yurike Sanger memiliki nama lengkap Yurike Marianne Sanger di lahir di Poso, Sulawesi Tengah, pada 22 Mei 1945.
Ia pertama kali bertemu Soekarno pada 1963.
Kala itu Yurike yang masih berstatus pelajar menjadi satu anggota Barisan Bhinneka Tunggal Ika pada acara kenegaraan.
Dari pertemuan itulah hubungan Yurike dan Soekarno mulai terjalin.
Selanjutnya pada 6 Agustus 1964, Yurike Sanger dinikahi Soekarno dan menjadikannya istri ketujuh sang proklamator.
Usianya saat itu baru 19 tahun, sedangkan Soekarno sudah berusia 63 tahun.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.