Belajar dari Setetes Air, Ketika Anak SD Menulis Tentang Krisis Air
Gencerling hadir untuk membekali anak-anak Indonesia dengan pengetahuan dan keterampilan menjaga sumber daya air sejak dini.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Di tengah bayang-bayang krisis air yang kian nyata, sebuah inisiatif pendidikan lingkungan bernama Generasi Cerdas Lingkungan (Gencerling) hadir untuk membekali anak-anak Indonesia dengan pengetahuan dan keterampilan menjaga sumber daya air sejak dini.
Diluncurkan pada 2023 oleh Collective for Climate, Environment, and Sustainability (CEST) Indonesia, program ini berangkat dari kenyataan pahit: hanya 11,8 persen rumah tangga di Indonesia yang memiliki akses terhadap air minum yang dikelola dengan aman.
Bahkan, 7 dari 10 rumah tangga masih mengonsumsi air yang terkontaminasi bakteri E. coli.
Ancaman ini bukan sekadar statistik.
Laporan Bappenas 2020 memperkirakan bahwa pada 2045, sejumlah wilayah seperti Sumatera Selatan, NTB, dan Sulawesi Selatan akan menghadapi krisis air, sementara Jawa dan Bali diprediksi memasuki status langka hingga kritis.
Proporsi wilayah krisis air diperkirakan meningkat dari 6 persen pada tahun 2000 menjadi 9,6 persen pada 2045.
Melihat minimnya pendidikan ketahanan air dalam kurikulum dasar, Gencerling dirancang untuk mengisi kekosongan tersebut.
Baca juga: Kapolda NTT: Keberadaan Sumur Bor Meringankan Krisis Air Bersih Warga di Kota Kupang
Program ini menggunakan pendekatan Problem-Based Learning (PBL) yang kontekstual dan partisipatif, mengajak siswa sekolah dasar untuk belajar melalui isu nyata di lingkungan mereka.
Sejak awal implementasi, Gencerling telah melatih 100 guru untuk mengadaptasi modul pembelajaran di sekolah masing-masing.
Program ini kemudian berkembang secara berantai, menjangkau lebih dari 669 guru dan 8.502 siswa dari Aceh hingga Papua.
“Perubahan besar dimulai dari ruang kelas,” ujar Dr. Cindy Rianti Priadi, Dosen Teknik Lingkungan Universitas Indonesia dan Pembina CEST Indonesia.
“Lewat Gencerling, anak-anak tidak hanya belajar tentang air, tetapi juga menjadi ilmuwan kecil dan jurnalis muda yang aktif di komunitasnya.”
Gencerling juga membuka ruang digital bagi siswa untuk membagikan karya mereka—mulai dari artikel, puisi, video, hingga catatan observasi lingkungan.
Hingga September 2025, tercatat 525 karya telah diunggah, termasuk dari daerah dengan keterbatasan jaringan internet.
Putri, siswa SDN Sukahati di Haurgeulis, mengaku baru menyadari bahwa air adalah sumber daya terbatas.
Mahasiswa Terlibat dalam Gerakan Hijau, 10.000 Bibit Terkumpul di Pusat Edukasi Lingkungan |
![]() |
---|
Datangi Polda Metro, Sejumlah Mahasiswa UI Minta Delpedro Cs Dibebaskan Tanpa Syarat |
![]() |
---|
Mahasiswa dari 27 Kampus Adu Inovasi Logistik, ITB Raih Juara Pertama |
![]() |
---|
Sekolah Ilmu Lingkungan UI Paparkan Soal Pengelolaan Limbah hingga Mitigasi Banjir Rob di Bekasi |
![]() |
---|
Rektor UI Heri Hermansyah Jelaskan Soal Dana Abadi, Sumbangan dari Wisudawan Bersifat Sukarela |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.