Khutbah Jumat, 3 Oktober 2025: Meneladani Akhlak Nabi Muhammad SAW
Berikut contoh teks khutbah yang berjudul "Meneladani Akhlak Nabi Muhammad SAW" yang bisa dibacakan saat shalat Jumat, 3 Oktober 2025.
TRIBUNNEWS.COM - Teks khutbah yang berjudul "Meneladani Akhlak Nabi Muhammad SAW" ini bisa dibacakan saat shalat Jumat, 3 Oktober 2025.
Teks khutbah ini dirilis oleh Kementerian Agama (Kemenag) pada Rabu, 24 September 2025.
Khutbah Jumat merupakan ceramah agama yang disampaikan oleh seorang khatib sebelum pelaksanaan salat Jumat.
Ini merupakan bagian penting dari ibadah salat Jumat dan memiliki beberapa fungsi, seperti memberikan nasihat, bimbingan moral, dan pesan-pesan agama kepada jamaah.
Teks khutbah dalam artikel berikut akan mengajak kita untuk mempelajari dan meneladani akhlak Nabi Muhammad SAW.
Dikutip dari laman Simbi Kemenag, berikut teks khutbah Jumat, 3 Oktober 2025.
Meneladani Akhlak Nabi Muhammad SAW
Khutbah Pertama
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلَامِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ، وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ، وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَام. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ، اِتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى مَا هَدَاكُمْ لِلإِسْلاَمِ، وَأَوْلاَكُمْ مِنَ الْفَضْلِ وَالإِنْعَامِ، وَجَعَلَكُمْ مِنْ أُمَّةِ ذَوِى اْلأَرْحَامِ. قَالَ تَعَالَى: فَٱسْتَقِمْ كَمَآ أُمِرْتَ وَمَن تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا۟ ۚ إِنَّهُۥ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ.
"Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahi kita nikmat iman dan Islam. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad, sebaik-baik manusia, juga kepada keluarga beliau dan para sahabat yang mulia. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, Raja yang Maha Suci, Maha Sejahtera. Dan aku bersaksi bahwa junjungan dan kekasih kita, Nabi Muhammad, adalah hamba dan utusan-Nya, pemilik kemuliaan dan kehormatan. Wahai orang-orang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa, dan janganlah kalian mati kecuali dalam keadaan Muslim (berserah diri kepada-Nya). Bersyukurlah kepada-Nya atas petunjuk yang diberikan kepada kalian menuju Islam, dan atas limpahan karunia serta nikmat-Nya kepada kalian, serta karena Dia telah menjadikan kalian sebagai bagian dari umat yang memiliki ikatan kasih sayang dan persaudaraan. Allah Ta'ala berfirman: 'Maka tetaplah kamu (di jalan yang benar), sebagaimana telah diperintahkan kepadamu, dan juga orang-orang yang telah bertobat bersamamu. Dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.' (QS. Hud: 112)".
Baca juga: Apakah Boleh Tidak Shalat Jumat karena Bekerja? Apa Hukumnya?
Ma’asyiral mu’minin rahimakumullah,
Puji syukur atas segala limpahan nikmat, rahmat, dan kasih sayang yang Allah berikan kepada kita semua. Dalam setiap tarikan napas, dalam setiap langkah yang dimudahkan, dan dalam setiap kesempatan untuk berbuat baik, sesungguhnya kita sedang menikmati karunia dari-Nya yang tak ternilai. Maka sudah sepantasnya kita bersyukur, atas nikmat-nikmat tersebut.
Selawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad saw. Beliau merupakan teladan terbaik yang diutus untuk menyempurnakan akhlak umat manusia. Kesabaran, kejujuran, kasih sayang dan semua sifat mulia lainnya tertanam dalam dirinya. Semoga kita termasuk umatnya yang senantiasa berusaha meneladani akhlaknya dan kelak dikumpulkan bersamanya di surga.
Selanjutnya, sudah menjadi kewajiban bagi kami selaku khatib, untuk terus mengajak menumbuhkan iman dan menyuburkan takwa dalam diri kita semua. Takwa tidak hanya sekadar simbol religius, tidak juga sekadar menjalankan ibadah formal, takwa juga bisa diartikan sebagai upaya menjaga diri dari yang haram meskipun tak ada yang melihat, menahan diri dari amarah saat mampu membalas, dan tetap lurus meski dunia seolah memaksa untuk menyimpang.
Ma’asyiral muslimin,
Kita hidup di zaman ketika amarah lebih cepat tersebar daripada kasih sayang, dan kata-kata kasar lebih banyak viral dibanding ucapan lembut yang penuh kasih sayang. Sehingga anak muda zaman sekarang tumbuh dalam lingkungan yang lebih sering melihat tontonan viral daripada tokoh teladan. Di tengah keadaan seperti ini, membumikan akhlak Rasulullah tak sekadar tuntunan moral, tapi kebutuhan untuk menata kembali arah hidup umat. Akhlak yang Nabi contohkan tidak hanya narasi sejarah, tapi peta jalan bagi siapa saja yang ingin tetap di jalan yang Allah ridai.
Ketika budaya saling menjatuhkan, kekerasan, ketidakadilan, dan hal-hal tidak baik lainnya sering terjadi, maka akhlak Rasulullah menjadi sangat penting untuk kita teladani saat ini, mulai dari kelembutan, kasih sayang, kebijakan, dan semua sifat-sifatnya yang mulia. Bahkan dalam Al-Qur’an, ditegaskan bahwa orang-orang yang mengaku cinta kepada Allah, ia harus mengikuti apa yang telah dicontohkan oleh
Rasulullah. Allah berfirman:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ.
“Katakanlah (Nabi Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. Ali ‘Imran [3]: 31).
Mengikuti Rasulullah tidak hanya sekadar menunaikan salat dengan khusyuk atau puasa dengan tekun saja, melainkan juga menghidupkan ruh akhlakul karimah dalam setiap interaksi sosial kita. Ketika kita menjaga lisan dari dusta dan fitnah, itu juga bagian dari ibadah. Ketika kita menghormati hak tetangga dengan tidak mengganggu ketenangannya, itu bagian dari ibadah. Bahkan senyum tulus kepada saudara kita pun bernilai sedekah di sisi Allah. Demikianlah yang Rasulullah lakukan dalam laku kesehariannya. Nabi mengajarkan bahwa seorang muslim sejati adalah yang lisannya jujur, perilakunya santun, dan kehadirannya membawa ketenteraman dan kedamaian bagi siapa saja. Maka tidak heran, Al-Qur’an memberikan pujian kepada Rasulullah disebabkan akhlaknya yang mulia dan budi pekertinya yang luhur. Allah berfirman:
وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ .
“Sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (Q.S. Al-Qalam [68]: 4).
Ma’asyiral muslimin,
Pernah suatu ketika Sayyidah Aisyah ditanya tentang bagaimana akhlak Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari. Lalu beliau menjawab bahwa Rasulullah bukanlah pribadi yang kasar, tidak pula berkata keji, tidak suka berteriak di pasar, dan tidak pernah membalas keburukan dengan keburukan. Sebaliknya, Nabi selalu memaafkan dan berlapang dada. Riwayat ini sebagaimana tercatat dalam Musnad Ahmad, yaitu:
كَانَ أَحْسَنَ النَّاسِ خُلُقًا لَمْ يَكُنْ فَاحِشًا وَلَا مُتَفَحِّشًا وَلَا سَخَّابًا بِالْأَسْوَاقِ وَلَا يُجْزِئُ بِالسَّيِّئَةِ مِثْلَهَا وَلَكِنْ يَعْفُو وَيَصْفَحُ.
“Nabi adalah manusia yang paling baik akhlaknya. Nabi tidak pernah berkata keji dan tidak berbuat keji, tidak bersuara keras di pasar, dan tidak membalas keburukan dengan keburukan yang serupa. Namun ia memaafkan dan berlapang dada.” (H.R. Ahmad).
Tidak hanya itu, Syekh Shafiyurrahman Al-Mubarakfuri mengisahkan dalam kitab Ar-Rahiqul Makhtum, halaman 62, bahwa pernah suatu ketika, saat pemugaran Kakbah sedang berlangsung dan pembangunan telah sampai pada bagian Hajar Aswad, terjadi perselisihan antar kabilah perihal siapa yang berhak meletakkan batu mulia itu di tempat semula. Pertikaian semakin memanas dan hampir saja menimbulkan pertumpahan darah di dalam Masjidil Haram. Karena pertikaian tak kunjung selesai, akhirnya Abu Umayyah bin Al-Mughirah menawarkan usulan agar keputusannya diserahkan kepada orang pertama yang masuk masjid dari pintu Masjidil Haram. Benar saja, orang pertama yang masuk ke masjid kala itu adalah Rasulullah Muhammad saw. Ketika orang Quraisy melihat itu, mereka berkata:
وَشَاءَ اللهُ أَنْ يَكُوْنَ ذَلِكَ رَسُوْلُ اللهِ، فَلَمَّا رَأَوْهُ هَتَفُوْا هَذَا الْأَمِيْنُ، رَضِيْنَاهُ هَذَا مُحَمَّدٌ.
“Allah menghendaki bahwa orang itu adalah Rasulullah. Ketika mereka melihatnya, mereka berseru, ‘Inilah Al-Amin (yang terpercaya),’ kami rela dia yang melakukannya, ini adalah Muhammad.”
Ma’asyiral muslimin,
Kisah ini mengajarkan bahwa akhlak Rasulullah tak sekadar narasi sejarah saja, tapi realitas yang mampu meredakan konflik nyata. Ketika bara pertikaian antarsuku di Makkah, kehadiran Nabi justru menjadi titik temu yang menyatukan hati-hati yang keras. Hal itu karena ia hadir dengan akhlak yang luhur, dan itulah yang menyelesaikan masalah. Maka hari ini, ketika kita hidup di tengah masyarakat yang mudah tersulut emosi, gampang saling mencela, dan terbiasa menilai tanpa memahami, meneladani Rasulullah tidak lagi perihal idealisme belaka. Tetapi tentang bagaimana kita bisa hadir seperti Nabi yang hadir dengan membawa ketenangan, memulihkan dan menyatukan orang-orang yang konflik. Tidak hanya di mimbar, tapi di meja keluarga, di ruang kerja, di jalan, hingga di media sosial.
Karena itu, mari kita jadikan akhlak Rasulullah sebagai kompas dalam bersikap dan bertindak. Tidak hanya untuk menjadi sempurna, tapi agar kita tidak kehilangan arah di zaman yang krisis akan keteladanan seperti saat ini. Doa dan harapan ini tidak hanya ditujukan kepada umat, tetapi juga kepada para pemimpin kita supaya dalam setiap pengambilan keputusan dan membuat kebijakan senantiasa memperhatikan dan meneladani Rasulullah saw. Amin.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِآيآتِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ جَمِيْعَ أَعْمَالِنَا إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
"Semoga Allah memberkahi kita semua dengan Al-Qur’an yang agung, dan semoga Dia memberikan manfaat kepadaku dan kepada kalian melalui ayat-ayat-Nya dan peringatan yang penuh hikmah. Semoga Allah menerima semua amal kita, sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. Aku menyampaikan perkataan ini, dan aku memohon ampun kepada Allah untukku dan untuk kalian. Maka mohonlah ampun kepada-Nya, sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ للهِ حَمْدًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ كَانَ لَهُمْ مِنَ التَّابِعِيْنَأَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَذَرُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ. وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ وَالصَّوْمِ وَجَمِيْعِ الْمَأْمُوْرَاتِ وَالْوَاجِبَاتِ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ بِنَفْسِهِ. وَثَنَى بِمَلَائِكَةِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. إِنَّ اللّٰهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً .اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فِيْ العَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وِالْأَمْوَاتِ. اَللّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَةً، اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ, رَبَّنَا آتِنَا فِي ٱلدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِي ٱلْآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ. عِبَادَ اللَّهِ! إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي القُرْبَى، وَيَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالمُنْكَرِ وَالبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ. فَاذْكُرُوا اللَّهَ العَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَر.
"Segala puji bagi Allah dengan pujian sebagaimana yang telah Dia perintahkan. Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah, Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Ya Allah, limpahkanlah sholawat dan salam kepada junjungan kami Nabi Muhammad, juga kepada keluarga dan para sahabat beliau, serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga akhir zaman.
Wahai para hadirin sekalian, bertakwalah kalian kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa, dan jauhilah segala perbuatan keji, baik yang tampak maupun yang tersembunyi. Peliharalah ketaatan kepada Allah, termasuk kehadiran dalam shalat Jumat dan berjamaah, menjalankan puasa, serta seluruh perintah dan kewajiban agama.
Ketahuilah, sesungguhnya Allah telah memerintahkan suatu perintah yang Dia mulai dari Diri-Nya sendiri, kemudian diikuti oleh para malaikat-Nya yang selalu bershalawat kepada Nabi-Nya: "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya."
Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada junjungan kami Nabi Muhammad, dan kepada keluarga beliau, sebagaimana Engkau telah bershalawat kepada Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi Ibrahim. Dan berikanlah keberkahan kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, sebagaimana Engkau telah memberkahi Nabi Ibrahim dan keluarganya di seluruh alam. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia.
Ya Allah, ampunilah dosa-dosa kaum muslimin dan muslimat, mukminin dan mukminat, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia. Ya Allah, jauhkanlah kami dari bencana, mahalnya harga-harga, wabah penyakit, perbuatan keji, kemungkaran, kedzaliman, pertikaian bersenjata, kesulitan, dan cobaan—baik yang tampak maupun yang tersembunyi—khususnya di negeri kami ini, dan umumnya di seluruh negeri-negeri kaum muslimin. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Wahai Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, serta lindungilah kami dari siksa api neraka. Wahai hamba-hamba Allah! Sesungguhnya Allah memerintahkan keadilan, berbuat kebaikan, dan memberi kepada kaum kerabat. Dan Allah melarang perbuatan keji, kemungkaran, dan kedzaliman. Dia memberikan pengajaran kepada kalian agar kalian selalu mengingat. Maka ingatlah Allah Yang Maha Agung, niscaya Dia akan mengingat kalian. Bersyukurlah atas nikmat-Nya, niscaya Dia akan menambah nikmat-Nya kepada kalian. Dan ketahuilah bahwa mengingat Allah adalah yang paling besar (utama)".
Link download pdf. >>> di sini
(Tribunnews.com/Latifah)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.