Minggu, 5 Oktober 2025

Program Makan Bergizi Gratis

Eks Direktur WHO Ungkap Penyebab Keracunan MBG: Bakteri, Cacing hingga Kontaminasi Bahan Kimia

Menurut WHO ada lima hal yang bisa dideteksi di laboratorium untuk menilai sebuah kasus keracunan makanan, termasuk dalam kasus MBG.

Tribun Jabar/Gani Kurniawan
PERAWATAN KORBAN - Pelajar korban keracunan Makanan Bergizi Gratis (MBG) dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cililin, Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Kamis (25/9/2025). Korban keracunan MBG terjadi di Kecamatan Cipongkor dan Cihampelas sejak Senin (22/9/2025) hingga Kamis (25/9/2025), mencapai lebih dari 1.200 orang. Menurut WHO ada lima hal yang bisa dideteksi di laboratorium untuk menilai sebuah kasus keracunan makanan, termasuk dalam kasus MBG. (TRIBUN JABAR/GANI KIRNIAWAN) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penyebab banyaknya kasus keracunan massal menu Makan Bergizi Gratis(MBG) akhirnya ditemukan. 

Eks Direktur Penyakit Menular WHO, Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan kasus keracunan makanan tidak hanya terjadi pada program Makan Bergizi Gratis(MBG) saja.  

Setidaknya kata dia menurut WHO ada lima hal yang bisa dideteksi di laboratorium untuk menilai sebuah kasus keracunan makanan. 

"Dan ada baiknya lima hal yang bisa dideteksi ini dilakukan di laboratorium kita terkait MBG ini," ujar Prof Tjandra dalam keterangan tertulisnya, Minggu(28/9/2025) malam.

Lima hal yang dimaksud tersebut adalah:

1. Ditemukannya bakteri Salmonella Campylobacter dan Escherichia Coli pada sampel makanan korban keracunan. Selain itu ditemukan juga Listeria dan Vibrio cholerae. 

Listeria adalah bakteri bernama Listeria monocytogenes yang menyebabkan penyakit listeriosis, sebuah infeksi yang umumnya ditularkan melalui makanan yang terkontaminasi seperti daging olahan, ikan asap, atau produk susu yang tidak dipasteurisasi. 

Penyakit ini bisa berbahaya, terutama bagi wanita hamil, bayi baru lahir, lansia, dan orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. 

Baca juga: Seluruh SPPG atau Dapur MBG Kini Wajib Punya Sertifikat Higienis

Sementara vibrio cholerae adalah bakteri yang menyebabkan penyakit kolera, suatu infeksi usus yang ditandai dengan diare berair dan muntah-muntah yang dapat menyebabkan dehidrasi parah hingga mengancam jiwa. Penularan terjadi melalui konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi bakteri kolera. 

2. Ada virus yang disebut WHO sebagai jenis norovirus dan virus hepatitis A. 

3. Keberadaan parasit seperti cacing trematoda dan cacing pita seperti ekinokokus maenia taenia.

4. Prion sebagai pemicu keracunan makanan. Prion adalah bahan infeksi yang terdiri dari protein contohnya adalah Bovine Spongiform encephalopathy atau BSE. 

BSE adalah penyakit progresif dan fatal pada sistem saraf sapi yang disebabkan oleh akumulasi protein abnormal yang disebut 'prion' di jaringan saraf.

5. Waspadai kemungkinan kontaminasi bahan kimia pada makanan

PERAWATAN KORBAN - Pelajar korban keracunan Makanan Bergizi Gratis (MBG) dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cililin, Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Kamis (25/9/2025). Korban keracunan MBG terjadi di Kecamatan Cipongkor dan Cihampelas sejak Senin (22/9/2025) hingga Kamis (25/9/2025), mencapai lebih dari 1.200 orang. (TRIBUN JABAR/GANI KIRNIAWAN)
PERAWATAN KORBAN - Pelajar korban keracunan Makanan Bergizi Gratis (MBG) dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cililin, Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Kamis (25/9/2025). Korban keracunan MBG terjadi di Kecamatan Cipongkor dan Cihampelas sejak Senin (22/9/2025) hingga Kamis (25/9/2025), mencapai lebih dari 1.200 orang. (TRIBUN JABAR/GANI KIRNIAWAN) (Tribun Jabar/Gani Kurniawan)

Terkait lima hal itu, menurut Direktur Pascasarjana Universitas Yarsi ini merujuk pemeriksaan hasil laboratorium terkait sampel MBG di laboratorium kesehatan daerah Provinsi Jawa Barat setidaknya ada dua penyebab keracunan makanan.

Pertama kata dia adalah ditemukan bakteri yang sebagian besar adalah Salmonella pada sampel makanan MBG. Menurut WHO, kontaminasi ini pada umumnya terkait dengan makanan tinggi protein seperti daging, unggas dan telur.

Kemudian yang kedua adalah ditemukan bakteri Bacillus Cereus. Berdasarkan data dari NSW food authority Australia, bakteri tersebut dapat memicu keracunan dan disebabkan karena penyimpanan nasi yang tidak tepat.

 

Profil Prof. Dr. Tjandra Yoga Aditama

Nama Lengkap: Prof. Dr. Tjandra Yoga Aditama

Gelar Akademik:

Dokter, Universitas Indonesia (1980)

Spesialis Paru, Universitas Indonesia (1988)

Spesialis Paru Konsultan, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (1993)

Diploma TB Control & Epidemiology, Tokyo (1987)

Diploma Tropical Medicine & Hygiene, London School of Hygiene & Tropical Medicine (1994)

Master Administrasi Rumah Sakit, Universitas Indonesia (1998)

Pakar kesehatan Prof Tjandra Yoga Aditama
Pakar kesehatan Prof Tjandra Yoga Aditama (Dok. Pribadi)

Jabatan Saat Ini:

Direktur Program Pascasarjana Universitas YARSI

Guru Besar Pulmonologi & Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Adjunct Professor, Centre for Environment and Population Health, Griffith University, Australia

Governing Board Member, SEAMEO

Pengalaman Profesional:

Direktur Penyakit Menular, WHO SEARO (2018–2020)

Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kemenkes RI (2009–2014)

Kepala Badan Litbangkes, Kemenkes RI (2014–2015)

Regional Coordinator & Senior Advisor, WHO SEARO (2015–2020)

Komisaris Utama, PT Itama Ranoraya Tbk (2020–sekarang)

Ketua Dewan Pengawas RSUP Fatmawati (2013–2015)

Direktur Pelayanan Medis dan Keperawatan RS Persahabatan (2001–2006)

DOKTER PARU - Berikut ini disampaikan empat pesan atau tips yang dapat dilakukan untuk pasien penyakit dengan masalah paru dan pernafasan lainnya agar terkontrol baik selama puasa Ramadan oleh Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Prof Tjandra Yoga Aditama seperti ditulis pada Sabtu (1/3/2025).
DOKTER PARU - Berikut ini disampaikan empat pesan atau tips yang dapat dilakukan untuk pasien penyakit dengan masalah paru dan pernafasan lainnya agar terkontrol baik selama puasa Ramadan oleh Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Prof Tjandra Yoga Aditama seperti ditulis pada Sabtu (1/3/2025). (IST)

Publikasi dan Penghargaan:

Telah menulis lebih dari 192 artikel ilmiah dan 215 artikel populer

Buku: COVID-19 dalam Tulisan Prof.

Penghargaan:

Dokter Teladan (1983)

Penghargaan WHO Tobacco Free World (1998)

Satyalancana Karya Satya XXX Tahun, Presiden RI (2011)

Ksatria Bakti Husada Aditya, Menteri Kesehatan RI (2011)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved