Program Makan Bergizi Gratis
Program MBG Harus Tetap Dilanjutkan Meski Banyak Kasus Keracunan, Pakar Ungkap Alasannya
Eki Baehaki menilai program MBG harus tetap dilanjutkan dengan perbaikan tata kelola secara radikal.
Penulis:
Danang Triatmojo
Editor:
Dewi Agustina
Namun dirinya meyakini pihak sekolah sudah melakukan pengecekan terhadap makanan sebelum disajikan kepada murid-muridnya.
"Kalau dengar dari berita ya khawatir (keracunan). Tapi guru-guru di sini (SD Negeri 2 Cimareme selalu cek makanan itu satu-satu. Jadi sebelum dikasih ke murid, dicoba dulu sama gurunya. Kalau ada yang basi, ya nggak dikasih ke murid. Itu yang membuat saya yakin makanan untuk anak saya aman," jelasnya.
Linda, ibu dari murid kelas 2 di SD Negeri 2 Cimareme, merasa terbantu dengan program MBG. Khususnya dalam hal meringankan beban untuk menyiapkan bekal makan anak di sekolah.
"Ayeuna (adanya) program MBG janten (menjadi) tidak memberatkan beban keluarga untuk makan anak di sekolah. Sangat membantu," kata Linda.
Terkait penyediaan MBG, Linda mengusulkan agar menu makanan diperbaiki agar tak mudah basi, seperti perbaikan pengolahan dan pengemasan makanan.
Mengingat, ada jeda beberapa jam antara waktu pembuatan MBG, dengan waktu saat menu itu disantap siswa.
Namun dia menyerahkan apapun keputusan terkait MBG kepada pemerintah.
"Kalau mau diteruskan, gimana pemerintah aja. Saya mengikuti aja," ujar Linda yang tinggal di Desa Cilame, Kecamatan Ngamprah.
Di sisi lain, SMP Negeri 1 Padalarang, Kabupaten Bandung Barat belum terdistribusi program MBG.
Tak jauh dari SMP Negeri 1 Padalarang, ada SMK Negeri 4 Padalarang yang sudah menerima penyaluran MBG.
Sejumlah siswa SMK ini mengaku kehadiran MBG sudah membantu mereka dalam menghemat uang jajan sekolah.
"Selain untuk menambah gizi kami, uang jajan dari rumah juga bisa kami sisihkan untuk ditabung," kata Farid, murid kelas XI jurusan teknik elektro.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.