Sikapi Gejolak di Filipina hingga Nepal, Buruh Bakal Gelar Apel Kebangsaan di Bekasi
KSPSI dan KSPI menegaskan komitmen mereka menjaga stabilitas nasional di tengah situasi regional yang tengah bergejolak.
Penulis:
Alfarizy Ajie Fadhillah
Editor:
Adi Suhendi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) dan Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) menegaskan komitmen mereka menjaga stabilitas nasional di tengah situasi regional yang tengah bergejolak.
KSPSI adalah sebuah organisasi serikat buruh yang menghimpun berbagai federasi pekerja di Indonesia yang berdiri pada 7 November 1973.
Sementara adalah organisasi yang menjadi wadah bagi pekerja untuk menyuarakan aspirasi dan memperjuangkan keadilan sosial dan ekonomi yang berdiri pada 1 Februari 2003.
Presiden KSPSI Andi Gani Nena Wea menyebut pihaknya akan menggelar apel besar kebangsaan pada 8 Oktober 2025 di kawasan Jababeka, Bekasi, yang rencananya diikuti 100 ribu buruh dari berbagai daerah.
"Tanggal 8 Oktober kami akan menggelar apel besar kebangsaan. Dihadiri 100 ribu buruh di Bekasi. Apel kebangsaan ini untuk menegaskan bahwa NKRI harga mati, dan supremasi sipil adalah segalanya bagi kami," kata Andi Gani setelah bertemu Ketua DPR RI Puan Maharani, Senin (22/9/2025).
Baca juga: 26 Media Sosial Diblokir, Gen Z Nepal Beraksi lewat Discord dan Bitchat
Ia menjelaskan, langkah ini diambil sebagai bentuk kewaspadaan buruh terhadap potensi kerawanan politik dan keamanan di Indonesia, menyusul kabar gejolak di sejumlah negara kawasan.
"Sangat mengerikan hari ini. Dari kemarin Filipina bergejolak. Nepal, Australia. Yang saya dengar Thailand sedang bersiap-siap. Kalau kita tidak jaga bersama, akan sangat bahaya kondisi Indonesia,” ucap Andi Gani.
Menurutnya, kerusuhan yang terjadi di beberapa negara Asia Tenggara bisa menjadi peringatan keras bagi Indonesia untuk menjaga stabilitas.
Baca juga: Dosen Indonesia Terjebak di Demonstrasi di Nepal, Pelatihan Ditemani Sirine hingga Kepulan Asap
Buruh menilai, jika kericuhan sampai meluas di dalam negeri, maka yang paling dirugikan adalah rakyat dan pekerja karena investasi bisa hengkang.
"Ketika kita rusuh atau ricuh, pasti investasi akan lari dari Indonesia. Dan itu yang dirugikan adalah rakyat dan juga buruh Indonesia," katanya.
Andi menegaskan, apel kebangsaan di Bekasi akan menjadi momentum konsolidasi buruh Indonesia untuk menjaga keutuhan bangsa.
Lebih lanjut, pihaknya juga mengundang langsung Presiden Prabowo Subianto hadir dalam apel tersebut sebagai bentuk dukungan buruh terhadap pemerintahan yang sah.
"Bangsa ini harus aman dan nyaman. Karena kalau stabilitas terganggu, ujung-ujungnya nasib buruh juga yang terkena imbas," pungkasnya.
Rusuh di Nepal, Filipina, dan Indonesia
Demonstrasi besar terjadi di Nepal dimulai sejak Senin (8/9/2025), dipimpin gerakan Generasi Z (gen Z).
Mereka berdemo dengan tuntutan agar pemerintah mencabut larangan media sosial dan mengatasi korupsi di negara tersebut.
Selama beberapa hari terakhir setidaknya 20 orang tewas dan lebih dari 500 terluka dalam bentrokan di sekitar Kathmandu dan kota-kota lain termasuk Pokhara, Butwal dan Birgunj.
Buntut demo tersebut, Perdana Menteri (PM) negara itu, KP Sharma Oli mengundurkan diri dari jabatannya.
Sementara di Filipina, demonstrasi berujung ricuh terjadi Minggu (21/9/2025).
Ribuan orang turun ke jalanan Ibu Kota Filipina, Manila, untuk memprotes dugaan korupsi yang melibatkan proyek pengendalian banjir.
Dugaan korupsi proyek pengendalian banjir di Filipina ini disebut-sebut merugikan negara sebesar 118,5 miliar peso atau setara Rp 34 triliun dalam periode 2023-2025.
Di Indonesia sendiri demonstrasi besar terjadi pada akhir Agustus 2025.
Demonstrasi yang berujung ricuh di sejumlah wilayah Indonesia dipicu kemarahan publik atas kenaikan tunjangan anggota DPR RI di tengah ekonomi masyarakat sedang tidak baik-baik saja.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.