Tindak Pidana Perdagangan Orang
Kementerian P2MI - Kemlu Upayakan Repatriasi Jenazah Gadis Medan Nazwa Aliya Korban TPPO di Kamboja
Pemerintah masih berupaya untuk repatriasi jenazah Nazwa Aliya (19) asal Sumatera Utara, korban TPPO yang meninggal di Kamboja.
“Awalnya anak saya minta izin untuk ikut study tour, tapi saya tolak. Lalu, ia minta izin untuk interview di salah satu bank, dan itu saya izinkan,” tutur Lanniari saat ditemui wartawan, Jumat (15/8/2025).
Baca juga: Komnas Perempuan Catat Sejak 2020 Ada 267 Kasus TPPO yang Korbannya Perempuan
Dengan alasan tersebut, pada 28 Mei 2025, Nazwa berpamitan dari rumah.
Tak lama berselang, kabar mengejutkan datang. Sang ibu mendapat informasi bahwa Nazwa ternyata berada di Bangkok, Thailand, dan sempat menginap di Hotel Center Point.
“Saya sempat pingsan saat mendengar itu. Waktu saya tanya dengan siapa ke Bangkok, Nazwa bilang bersama teman PKL-nya. Tapi setelah saya desak, ia mengaku pergi sendiri,” ucap Lanniari.
Sejak saat itu, komunikasi antara Nazwa dan ibunya semakin renggang.
Bahkan, Nazwa sering menolak untuk mengangkat telepon dari sang ibu.
Lanniari yang panik sempat berencana melaporkan anaknya hilang ke Polsek Medan Tembung, namun laporan tersebut ditolak karena keberadaan Nazwa sudah diketahui dan ia bukan lagi anak di bawah umur.
Perjalanan panjang penuh kecemasan itu akhirnya berakhir pada Kamis (7/8/2025).
Pihak Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Phnom Penh memberi kabar bahwa Nazwa sedang dirawat di sebuah rumah sakit di Kamboja. Namun, Lanniari tidak diizinkan untuk langsung berangkat ke sana.
"KBRI melarang saya datang ke Kamboja karena katanya anak saya benci melihat saya. Mereka sarankan adik saya atau keluarga lain yang berangkat," kata Lanniari lirih.
Beberapa hari setelah menjalani perawatan, pada Senin (12/8/2025), kabar duka itu datang. Nazwa dinyatakan meninggal dunia.
"Saya dapat kabar tanggal 7 Agustus anak saya dirawat di RS, dan kemarin, 12 Agustus, saya kembali dikabarkan kalau anak saya sudah meninggal dunia,” ungkap sang ibu dengan suara bergetar.

Kini, jenazah Nazwa masih tertahan di Kamboja. Hambatan biaya menjadi kendala utama.
Untuk memulangkan jenazah ke Indonesia, keluarga membutuhkan sekitar USD 8.500 atau setara Rp 138 juta, jumlah yang mustahil mereka penuhi sendiri.
"Saya tidak punya uang sebanyak itu. Saya sangat berharap pemerintah membantu pemulangan jenazah anak saya," ucap Lanniari dengan penuh harap.
Tangisan seorang ibu yang kehilangan anaknya kini menggema, meminta pertolongan agar jasad putrinya bisa kembali ke tanah kelahiran.
Harapannya hanya satu, bisa mengantar Nazwa ke peristirahatan terakhirnya di kampung halaman, bersama keluarga dan orang-orang yang mencintainya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.