Ibaratkan Kekuasaan Seperti Cinta Segitiga, Puan: Kadang Terasa Pedih Tapi Harus Move On 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua DPR RI sekaligus Ketua DPP PDI Perjuangan (PDIP), Puan Maharani, mengibaratkan kekuasaan seperti cinta segitiga.

Cinta segitiga adalah situasi emosional di mana tiga orang terlibat dalam hubungan romantis yang saling berkaitan, biasanya dengan konflik kepentingan atau perasaan. 

Bentuk paling umum adalah ketika satu orang dicintai oleh dua orang sekaligus, atau seseorang mencintai dua orang secara bersamaan.

Puan menegaskan, kekuasaan bukan untuk menakuti rakyat, melainkan menyelesaikan urusan rakyat-meskipun sering kali urusannya rumit.

"Ibarat cinta segitiga antara aspirasi, anggaran, dan aturan," kata Puan dalam pidatonya di sidang tahunan MPR/DPR di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (15/8/2025).

Namun, kata Puan, serumit-rumitnya cinta segitiga itu, selalu ada jalan untuk menemukan solusi terbaik bagi bangsa dan negara.

Baca juga: Sidang Tahunan MPR, Prabowo Ungkap Prestasi Mentereng Presiden RI dari Sukarno hingga Jokowi

"Walaupun kadang terasa pedih, patah hati, tetapi ya kita harus move on," ujarnya.

Pemerintah, menurutnya, harus senantiasa mawas diri dalam menjalankan kekuasaannya. 

Sebab, bagi Puan, kekuasaan sejatinya adalah untuk melayani, membantu, dan memberdayakan rakyat.

"Kekuasaan bukan untuk menakuti rakyat, melainkan untuk menyelesaikan urusan rakyat-meskipun sering kali urusannya rumit," ungkapnya.

Profil Puan Maharani

Puan Maharani Nakshatra Kusyala Devi adalah seorang politikus senior Indonesia dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P). 

Ia lahir pada 6 September 1973 di Jakarta dan merupakan anak dari Megawati Soekarnoputri, Presiden ke-5 RI, serta cucu dari Ir. Soekarno, Presiden pertama Indonesia.

Karier Politik:

Ketua DPR RI (2019–2024 & 2024–2029) Puan adalah perempuan pertama yang menjabat sebagai Ketua DPR RI secara tetap dan berhasil menjabat selama dua periode berturut-turut.