Senin, 29 September 2025

Gempa di Rusia

Mengapa Gempa Rusia Bisa Berpotensi Buat Indonesia Dilanda Tsunami meski Jaraknya 8.000 Km?

Begini penjelasan BMKG soal gempa di Rusia yang bisa membuat Indonesia berpotensi terkena tsunami meski jaraknya sejauh 8.000 kilometer.

TRIBUNGORONTALO/JEFRI POTABUGA
TSUNAMI GORONTALO - Kondisi di Pantai Pohe Kecamatan Hulothalangi, Kota Gorontalo,Provinsi Gorontalo terpantau normal, Rabu (30/7/2025). Berikut cerita warga di tengah ancaman tsunami pasca gempa bumi dahsyat berkekuatan magnitudi 8,7 melanda Kamchatka, Rusia, Rabu (30/7/2025) pagi waktu setempat. Begini penjelasan BMKG soal gempa di Rusia yang bisa membuat Indonesia berpotensi terkena tsunami meski jaraknya sejauh 8.000 kilometer. 

TRIBUNNEWS.COM - Gempa berkekuatan magnitudo 8,7 mengguncang Kamchatka, Rusia, Rabu (30/7/2025) waktu setempat.

Gempa dahsyat itu ternyata juga berdampak ke negara-negara lain, termasuk Indonesia. Padahal jarak Kamchatka ke Jakarta diperkirakan sejauh 8.226 kilometer.

Kepala Gempabumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Daryono mengungkapkan hal tersebut bisa terjadi karena kekuatan guncangan yang besar.

Hal itu membuat adanya dorongan yang jauh terhadap laut sehingga menimbulkan gelombang besar dan menimbulkan potensi tsunami di Indonesia.

"Karena memang kekuatannya besar, dan itu memberikan daya dorong timbul gelombang tsunami yang cukup jauh dampaknya, sehingga bisa sampai di wilayah Indonesia, berhubungan dengan magnitudo yang terjadi sebagai pembangkit gempanya dan informasi terminal deformasi yang terjadi di dasar laut," katanya dalam konferensi pers secara daring, dikutip dari YouTube BNPB.

Daryono mengatakan gempa dahsyat di Rusia itu dipicu deformasi batuan yang berada di dasar laut. Dia juga menjelaskan kawasan Kamchatka memang memiliki riwayat untuk terjadinya gempa berkekuatan besar.

Baca juga: Gempa 8,7 M Guncang Rusia, Ini Estimasi Waktu Tiba Gelombang Tsunami di Indonesia Menurut BMKG

Di sisi lain, Daryono menekankan bahwa gempa yang terjadi jauh dari Indonesia seperti di Rusia tetap bisa menjadi ancaman nyata.

"Gempa ini berkekuatan 8,7 memang kawasan tersebut secara historis memang bisa terjadi gempa-gempa besar, dan ini juga menjadi pelajaran kita bahwa gempa megathrust yang disampaikan ini, bukanlah sesuatu yang harus diragukan, tetapi ini ancaman nyata meskipun ini terjadi di Rusia," jelasnya.

Daryono menjelaskan tsunami bukanlah gelombang laut tetapi pergeseran masa air yang berpindah dan bergerak.

Ia menjelaskan semakin jauh pergeserannya, maka gelombangnya pun akan terus melemah.

Namun, Daryono tetap meminta warga yang terdampak gempa Rusia untuk waspada meski potensi tsunami yang melanda hanya setinggi 50 cm.

Pasalnya, Indonesia dikelilingi teluk sempit yang justru bisa memicu peningkatan tinggi gelombang tsunami.

"Dan meskipun di Indonesia statusnya waspada akan tetapi kita waspadai faktor-faktor lokal seperti teluk-teluk yang sempit berpotensi terjadi amplifikasi gelombang tsunami, sehingga dia akan terjadi peningkatan ketinggian, jadi lebih dari 50 cm," ucapnya.

BPBD Tetap Minta Warga Jauhi Pantai meski Tsunami Pertama Sudah Terjadi

Pada kesempatan yang sama, Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Abdul Muhari turut mengingatkan agar warga yang terdampak gempa Rusia tetap menjauhi pesisir pantai setelah tsunami pertama jika terjadi.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan