Anwar Abbas Kritik Menaker: Jangan Bungkus Fakta Krisis Lapangan Kerja dengan Kata-kata Halus
Anwar Abbas mengkritik pernyataan Menteri Ketenagakerjaan yang membantah anggapan bahwa Indonesia tengah berada dalam krisis lapangan kerja.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), Anwar Abbas, mengkritik pernyataan Menteri Ketenagakerjaan yang membantah anggapan Indonesia tengah krisis lapangan kerja.
Anwar Abbas, yang juga Ketua PP Muhammadiyah ini menyebut pernyataan tersebut tidak selaras dengan fakta di lapangan.
"Pernyataan Menaker yang membantah Indonesia berada dalam fase krisis lapangan kerja terasa aneh dan terkesan tidak mau mengakui kenyataan," kata Anwar Abbas dalam keterangannya kepada Tribunnews Jumat (18/7/2025).
Sektor ketenagakerjaan Indonesia sendiri disebut tengah alami krisis lapangan pekerjaan.
Kecemasan ini muncul dari membludaknya para pelamar kerja pada acara job fair maupun walk-in interview.
Namun, Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli membantah Indonesia mengalami krisis lapangan kerja. Yassierli menyatakan optimismenya meskipun enggan berkomentar banyak.
"Nggak sih nggak, optimis. Optimis kita ya," katanya saat ditemui di Jakarta, Kamis (17/7/2025).
Namun, menurut Anwar Abbas, faktanya Indonesia krisis lapangan kerja.
Ia kemudian mengungkapkan ketika mantan Wapres Jusuf Kalla menceritakan perusahaannya butuh 20 orang insinyur yang melamar 23 ribu orang.
"Lalu di kawasan Santiong Cianjur terlihat antrean pelamar kerja yang mengular hanya untuk satu lowongan toko ritel. Apakah ini tidak mencerminkan bahwa di negeri ini telah terjadi krisis lapangan kerja?" kata Anwar Abbas.
Ia menilai Menaker ingin mengkondisikan masyarakat luas untuk tetap optimis. Oleh karena itu Menaker tidak mau mempergunakan kata-kata yang menyatakan bahwa di negeri ini telah terjadi krisis lapangan kerja.
"Karena kata-kata itu secara psikologis kata sang menteri akan menimbulkan ketakutan. Pernyataan sang menteri mungkin ada benarnya," kata Anwar Abbas.
Anwar Abbas mengingatkan menggunakan kata-kata halus untuk menggantikan kata-kata yang tidak menyenangkan, yang disebut dengan eufimisme juga memiliki beberapa dampak negatif.
"Karena eufemisme itu terkadang dapat menyamarkan masalah yang sebenarnya, bahkan suka-suka tidak mendorong kita untuk melakukan tindakan perbaikan. Sehingga akibatnya melakukan eufimisme bisa menjadi sesuatu yang menyesatkan," jelasnya.
Anwar Abbas meminta sebaiknya pemerintah jangan sibuk memperhalus kata-kata lugas yang disampaikan masyarakat.
"Tapi akan lebih baik kiranya jika pemerintah dengan dunia usaha serta masyarakat luas sibuk untuk mengatasi masalah yang ada dalam kata-kata tersebut. Dengan menciptakan lapangan kerja sehingga masalah pengangguran dan pencari kerja di negeri ini dapat kita atasi dengan sebaik-baiknya," tandasnya.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya
A member of

Follow our mission at www.esgpositiveimpactconsortium.asia
Anwar Abbas
Menteri Ketenagakerjaan
Yassierli
lapangan kerja
SDG09-Industri, Inovasi dan Infrastruktur
Profil Afriansyah Noor, Calon Wamenaker Baru Pengganti Immanuel Ebenezer, Bakal Dilantik Sore Ini? |
![]() |
---|
Peluang Pemanggilan Menaker Yassierli dalam Kasus Noel, KPK: Sesuai Kebutuhan Penyidik |
![]() |
---|
Pemerintah Siap Kucurkan Rp 200 Triliun ke Sektor Riil, HKI: Momentum Percepatan Ekonomi Nasional |
![]() |
---|
Ide Menkeu Purbaya Kucurkan Dana ke Perbankan Dinilai Mirip dengan Eks Menteri Ekonomi Era Megawati |
![]() |
---|
Menaker Dorong Pendidikan Vokasi sebagai Bekal Hadapi Green Jobs |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.