Mendikdasmen Belum Berencana Ganti Kurikulum Terkait Adanya Temuan Siswa SMP Tak Bisa Baca
Abdul Mu'ti, merespons soal adanya temuan yang memprihatinkan atas masih banyaknya siswa SMP yang belum bisa baca, tulis dan menghitung.
Penulis:
Rizki Sandi Saputra
Editor:
Muhammad Zulfikar
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah RI (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti menyatakan, sejauh ini belum ada rencana pemerintah mengganti atau mengevaluasi kurikulum pendidikan yang ada saat ini.
Pernyataan itu disampaikan Mu'ti, merespons soal adanya temuan yang memprihatinkan atas masih banyaknya siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang belum bisa baca, tulis dan menghitung.
Baca juga: MK Minta Risalah Rapat DPR saat Bahas RUU TNI, Hakim: Kami Ingin Membaca Apa yang Diperdebatkan
"Nggak ada (rencana ganti kurikulum). Itu kan opini, kita harus mengambil kebijakan berbasis data ya," kata Mu'ti saat ditemui awak media usai rapat kerja dengan Komisi X DPR RI, di Gedung Nusantara I Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (16/7/2025).
Sekretaris Umum PP Muhammadiyah itu justru menyatakan, akan melihat terlebih dahulu persoalan-persoalan yang ada atas fenomena ini.
Kata dia, setiap persoalan tidak bisa direspons atau dipandang penyebabnya dari satu penyebab saja dalam hal ini kurikulum, melainkan juga dari aspek lain.
"Soal-soal begitu nanti kita lihat, masalahnya apa, ada di mana. Kan tidak bisa kita lihat satu persatu masalah itu," tandas dia.
Sebelumnya, Anggota Komisi X DPR RI Furtasan Ali Yusuf menyinggung soal realita anak-anak sekolah yang terjadi saat ini.
Kata dia, masih banyak siswa sekolah tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) saat ini tidak bisa membaca, menulis bahkan menghitung. Kondisi itu jelas-jelas menciptakan kekhawatiran bagi masa depan Indonesia.
Pernyataan itu disampaikan Furtasan saat rapat kerja (raker) antara Komisi X DPR RI dengan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah RI (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti.
"Banyak di lapangan Pak Menteri, saya menemukan anak kelas 1 dan kelas 2 SMP, ini sampai sekarang belum bisa baca. Padahal capaian literasi di sini adalah mencapai 68 persen dan numerasi 66 persen. Termasuk juga numerasi masih rendah, saya melihat di lapangan," kata Furtasan dalam ruang rapat Komisi X DPR RI, Gedung Nusantara I, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (16/7/2025).
Furtasan bahkan menyebut, dirinya sampai melakukan kunjungan-kunjungan ke beberapa sekolah di daerah-daerah, termasuk Kabupaten Serang.
Dalam temuannya, Furtasan mengaku merasa ironi, karena masih banyak anak sekolah kelas 1 SMP yang kebingungan saat diminta untuk menulis kalimat sederhana.
Baca juga: 10 Provinsi dengan Masyarakat Paling Gemar Membaca di Indonesia, Daerahmu Termasuk?
"Ini fakta. Di Serang, kabupaten Serang, saya masuk ke kelas-kelas, ngecek, ngetes sekilas saja, suruh nulis Indonesia Raya, Indonesia Emas, Indonesia Masa Depan. Agak susah mereka. Itu baru kelas 1 SMP," kata Furtasan.
Terhadap hal tersebut, Furtasan mengaku sempat menanyakan kepada Kepala Sekolah yang bersangkutan.
Kepada dirinya, Kepala Sekolah menyebut kalau hal itu wajar terjadi, lantaran dalam kurikulum yang berlaku sebelumnya tidak mewajibkan setiap siswa bisa membaca dan menulis untuk naik kelas.
Pengakuan Roni, Kepsek di Prabumulih Viral usai Dicopot, Legawa Dimutasi Jadi Guru Biasa |
![]() |
---|
Alasan Kepsek di Prabumulih Dicopot, Disdik: Bukan Tegur Anak Wali Kota, Kalau Disebutkan Malu Dia |
![]() |
---|
Pengumuman Finalis OSN Nasional 2025 SD, SMP, dan SMA/SMK Sederajat, Ini Daftar Nama yang Lolos |
![]() |
---|
Kompetensi Guru Jadi Fokus, Kemendikdasmen Siapkan Rp95 Miliar dari Total Anggaran Rp55,4 Triliun |
![]() |
---|
Menteri Mu'ti Ungkap Ada Aspek Penting yang Belum Bisa Terdanai Meski Anggaran Naik Rp400 M |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.