Rabu, 1 Oktober 2025

Skill Khusus Regu Terjun Wingsuit Kopasgat, Melayang Ke Lokasi Target 5 Kilometer Dari Exit Pesawat

Regu terjun wingsuit Kopasgat TNI AU telah dinyatakan MURI sebagai pelopor terjun wingsuit militer pada Jumat (11/7/2025).

Penulis: Gita Irawan
Editor: Adi Suhendi
Tribunnews.com/ Gita Irawan
TERJUN WINGSUIT - Regu terjun wingsuit Komando Pasukan Gerak Cepat (Kopasgat) TNI AU di Lapangan Tembak Djamsuri Wing Komando I Kopasgat, Halim Perdanakusumah Jakarta pada Jumat (11/7/2025). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Di Indonesia, regu terjun wingsuit Komando Pasukan Gerak Cepat (Kopasgat) TNI AU telah dinyatakan Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai pelopor terjun wingsuit militer pada Jumat (11/7/2025).

Berbeda dengan terjun free fall (terjun bebas) militer yang diterjunkan di atas titik target pendaratan, penerjun wingsuit dapat mencapai target lebih jauh dari titik exit pesawat.

Bahkan, penerjun wingsuit Kopasgat diklaim mampu melayang horizontal sejauh 5 Km dari titik exit pesawat ke titik target pendaratan yang ditentukan secara lebih cepat, tepat, dan senyap.

Komandan Tim Regu Terjun Wingsuit Kopasgat Lettu (Pas) Yudi Agung Prasetyo mengungkapkan hal itu di antaranya karena wingsuit yang mereka pakai dirancang secara khusus.

Bahkan, setiap wingsuit didesain khusus mengikuti ukuran tubuh penerjun.

Baca juga: Kopasgat Raih Rekor MURI Pelopor Regu Terjun Wingsuit, Marsda Deny Muis akan Lipat Gandakan Personel

Hal itu diungkapkannya usai penyerahan rekor MURI oleh Direktur Operasional MURI Yusuf Ngadri kepada Komandan Kopasgat Marsda TNI Deny Muis disaksikan Ketua Komite Terjun Payung PB FASI Irvan Zuladry di Lapangan Tembak Djamsuri Wing Komando I Kopasgat, Halim Perdanakusumah Jakarta pada Jumat (11/7/2025).

"Kita sudah dicoba beberapa kali fire power demo. Jadi saya dan rekan-rekan mengikuti fire power demo di Lumajang (Jawa Timur). Saya exit dari 5 Km sebelum Lumajang, menuju ke Lumajang. Meluncur," ungkap Yudi.

"Ya (bisa tepat sasaran), dengan wingsuit ini, karena saya menggunakan GPS. Menuju kemana trackingnya, saya sudah mempunyai rencana penerbangan saya menggunakan wingsuit. Saya mau kemana-kemana, ada posisi kawan di mana, posisi musuh di mana, saya sudah mempunyai flight plan," lanjut dia.

Baca juga: Wing 1 Kopasgat Kirim Sniper Hingga Rudal Chiron Untuk Amankan KTT WWF ke-10 di Bali

Selain itu dengan wingsuit, dia dan rekan-rekan satu regunya menggunakan wingsuit intermediate Barracuda 4 (B4) produksi Bulgaria berstandar internasional.

Dengan wingsuit tersebut, ia mengaku bisa meluncur terbang dengan kecepatan 120 Km per jam hingga maksimal 165 Km per jam di atas langit.

Bahkan, kata dia, seluruh anggota regu terjun wingsuit Kopasgat juga telah bersertifikasi instruktur terjun free fall dengan rata-rata jam terjun di atas 1.500 jam.

Mereka, jelas Yudi, juga telah berkualifikasi untuk terjun menggunakan teknik HALO (High Altitude-Low Opening) atau penerjun dari ketinggian tinggi dan membuka parasut pada ketinggian rendah serta teknik HAHO (High Altitude-High Opening) atau penerjun yang melompat dari ketinggian tinggi dan membuka parasut pada ketinggian tinggi juga.

Kedua teknik tersebut, ucap Yudi, memungkinkan mereka untuk menempuh jarak terjun yang lebih jauh.

Dengan kedua teknik tersebut ditambah alat navigasi, ujar Yudi, mereka mampu terjun dalam kondisi gelap.

"Jadi diterjunkan dari misalkan ketinggian 30 ribu ataupun 25 ribu kaki menggunakan oksigen. Kondisi apapun di bawah gelap dan sebagainya kita (bisa) terjunkan karena menggunakan GPS. Jadi menuju kemana-mana kita menggunakan GPS," ujarnya.

"Nah kemarin kita laksanakan di saat kondisinya seperti ini, gelap, kita tetap diterjunkan. Karena kita menggunakan GPS," ucap dia.

Yudi menceritakan awalnya ia menjadi penerjun wingsuit Kopasgat.

Pada tahun 2018, ujar dia, diadakan seleksi oleh pelatih dari luar.

Setelah seleksi dilaksanakan, kemudian ia melaksanakan penerjunan assessment untuk memilih seorang penerjun wingsuit. 

"Untuk saya pertama di tahun 2018, dua orang terlebih dahulu yang melaksanakan seleksi dan lolos. Untuk yang selanjutnya tahun 2024 kemarin 10 orang dinyatakan lolos untuk melaksanakan assessment dan menjadi seorang penerjun wingsuit. Dipilih dari 10 yang terbaik," ungkap dia.

"Pertama kita didampingi oleh satu orang instructor. Jadi satu orang seleksi, itu nanti melaksanakan penerjunan bareng dengan instructor. Di situ ada program assessment. Assessment yang dilaksanakan itu tergantung dari kemampuan setiap penerjun yang di assessment," lanjutnya.

Indikator atau assessment yang digunakan, ujar Yudi, adalah terjun horizontal atau mendatar.

Hal itu, berbeda dengan terjun free fall (terjun bebas) yang menerapkan teknik terjun vertikal atau menurun.

"Jadi wingsuit menggunakan baju sayap, kita terbangnya adalah horizontal, maju. Sehingga assessment yang kita gunakan adalah pelayangan melaksanakan secara horizontal. Jadi pelaksanaan yang biasanya vertikal (free fall), kita melaksanakan pelayangan yang horizontal yaitu yang maju," pungkasnya.

Komandan Kopasgat Marsda TNI Deny Muis mengungkapkan Kopasgat TNI AU membentuk regu penerjun wingsuit karena kebutuhan operasi.

Dengan wingsuit, kata dia, prajurit Kopasgat mampu melakukan operasi-operasi khusus.

"Selama ini kita melaksanakan operasi khusus seperti infiltrasi melalui terjun freefall tempur, kemudian kita kembangkan dengan menerjunkan prajurit kita menggunakan wingsuit," ungkapnya.

"Nah ini lebih cepat, lebih senyap, dan lebih tidak terdeteksi. Jadi dari beberapa kajian kita ternyata wingsuit inilah yang mungkin lebih cocok," pungkasnya.

Tahun ini, Deny mengatakan akan melipatgandakan jumlah regu terjun wingsuit Kopasgat.

Saat ini, kata dia, Kopasgat memiliki satu regu terjun wingsuit berisi 10 prajurit.

"Paling tidak (tahun ini) kita akan menambah dua kali lipat dari yang sekarang ini ada," pungkasnya.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved