6 Kebiasaan Anak Sekolah Jepang yang Bisa Diterapkan di Indonesia
Inilah daftar kebiasaan anak sekolah Jepang yang bisa diterapkan di Indonesia, mulai keseragaman antar siswa hingga ruang kelas tidak berubah.
TRIBUNNEWS.COM - Inilah daftar kebiasaan anak sekolah Jepang yang bisa diterapkan di Indonesia.
Jepang adalah negara maju yang masyarakatnya dikenal akan keteraturan hidup, disiplin tinggi, dan maju dalam bidang teknologi.
Perlu diketahui keteraturan dan kedisiplinan orang Jepang sudah ditanamkan sejak dini, salah satunya saat menempuh pendidikan di sekolah.
Sejumlah kebiasaan anak sekolah di Jepang ternyata juga bisa diterapkan di Indonesia.
Lantas, apa saja kebiasan anak sekolah Jepang yang bisa diterapkan di Indonesia?
6 Kebiasaan Anak Sekolah Jepang yang Bisa Diterapkan di Indonesia
1. Keseragaman Antar Siswa
Sekolah di Jepang menerapkan keseragaman bagi siswanya.
Tidak hanya soal seragam sekolah, namun juga soal makanan hingga kurikulum yang diajarkan.
Melansir laman On Set of Rules, manfaat dari pendekatan ini adalah mengabaikan hambatan sosial apa pun yang mungkin dialami anak-anak dengan pakaian dan aksesori bermerek yang mahal.
Porsi makan siang anak sekolah Jepang sama sepanjang tahun dan disediakan oleh sekolah sendiri atau oleh pusat makan siang khusus yang khusus menyediakan makan siang sekolah.
Porsi yang disajikan untuk setiap siswa juga sama.
Keseragaman dalam segala hal menciptakan rasa kebersamaan antara siswa dan guru. Hal ini mengajarkan kedisiplinan.
Baca juga: Materi MPLS SMP 2025, Guru dan Calon Siswa Baru Wajib Tahu!
Kesamaan dalam berpakaian dan kebiasaan makan merupakan sesuatu yang melekat dalam budaya Jepang.
Alasan mengapa sekolah-sekolah di Jepang berhasil adalah karena kepala sekolah, guru, anggota parlemen, dan orang tua memahami dan menyepakati tujuan yang sama, adanya keseragaman dalam apa yang ingin mereka capai.
2. Tata Cara Memulai dan Mengakhiri Kelas
Semua kelas dimulai dan diakhiri dengan tata cara di mana para siswa menyapa guru dan membungkukkan badan sebagai tanda hormat, lalu meminta guru untuk mengajar mereka.
Kata-kata ini meliputi kiritsu (berdiri); rei (membungkukkan badan); dan chakuseki (duduk).
Setelah pelajaran selesai, mereka berdiri untuk menghormati guru atas usaha dan energi yang telah dicurahkan dalam mengajar.
Guru mengucapkan terima kasih kepada para siswa di akhir kelas sebelum para siswa dipulangkan.
Manfaat dari pendekatan ini dan alasan mengapa dunia perlu mengadaptasinya adalah siswa tidak hanya lebih bersemangat untuk mengikuti pelajaran dengan cara ini, tetapi juga sangat fokus untuk belajar karena pengingat bawah sadar ini bahwa waktu belajar telah dimulai.
Karakter luhur, nilai-nilai luhur yang mengakar, dan perilaku baik sangat digalakkan oleh sistem pendidikan formal.
Nilai-nilai ini dipelajari anak-anak dari lingkungan rumah atau di kelas taman kanak-kanak, tetapi sepanjang masa wajib belajar, sistem ini memotivasi anak-anak untuk menjunjung tinggi nilai-nilai budaya disiplin dan rasa hormat terhadap orang lain.
3. Menggunakan Transportasi Umum ke Sekolah
Jepang memang memiliki sistem transportasi publik yang sangat baik.
Oleh karenanya, siswa di sana juga dapat memanfaatkannya untuk pergi ke mana pun, tak terkecuali ke sekolah.
Mengutip dari laman Stanford Program on International and Cross-Cultural Education, banyak siswa Jepang yang berjalan kaki atau menggunakan sepeda jika bepergian.
Sementara, jika tujuan mereka cukup jauh, maka mereka akan memanfaatkan bus atau kereta api.
4. Selalu Tertib di Tempat Umum
Kebiasaan siswa Jepang selama perjalanan ke sekolah diatur oleh sekolah yang bersangkutan.
Kebiasaan-kebiasaan ini merupakan peraturan yang bisa berupa larangan melakukan hal tertentu seperti mengunyah permen karet.
Mulai membaca buku sambil berjalan, dan kebiasaan yang dinilai buruk lainnya.
Namun, setiap sekolah memang punya seragam yang otentik, sehingga mudah untuk mengidentifikasi seorang siswa dari sekolah mana.
Aturan sekolah ini juga kerap kali meminta siswanya tidak mengambil kursi prioritas di kendaraan umum.
5. Ruang Kelas Tidak Berubah
Melansir laman Halfway Anywhere, anak sekolah Jepang tidak berpindah kelas selama menempuh pendidikan.
Kecuali ketika kelas membutuhkan ruang kelas yang dilengkapi peralatan khusus (untuk eksperimen sains, seni, atau terkadang bahkan belajar Bahasa Inggris).
Sebaliknya, gurulah yang berpindah dari satu kelas ke kelas lain selama waktu istirahat.
Ini berarti setiap kelas memiliki siswa yang sama setiap harinya.
Satu-satunya waktu siswa dapat berbaur (atau bahkan bertemu) dengan teman-temannya adalah selama waktu istirahat, saat makan siang (di mana mereka masih duduk sesuai ruang kelas mereka), atau setelah sekolah.
6. Makan Siang Bersama Guru di Kelas
Kelas-kelas bergantian setiap minggu antara makan di ruang kelas dan makan di kafetaria.
Saat makan di kafetaria, para siswa telah ditentukan tempat duduknya (bersama kelas mereka).
Saat makan di ruang kelas, para siswa mengubah meja mereka menjadi kelompok-kelompok meja yang telah ditentukan dan makan dengan pengawasan guru mereka dari depan kelas.
(Tribunnews.com/M Alvian Fakka)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.