Minggu, 5 Oktober 2025

Angka Putus Sekolah Jenjang SMA Mencapai 20 Persen, Penyebabnya karena Pernikahan Dini

Abdul Mu'ti mengungkapkan tingginya angka putus sekolah di jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) yang mencapai lebih dari 20 persen.

Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Dodi Esvandi
Tribunnews/Fahdi Fahlevi
PUTUS SEKOLAH - Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu'ti pada peluncuran Gerakan 1000 Anak Putus Sekolah (APS) SMK Berdaya melalui Program PKK (Pendidikan Kecakapan Kerja) dan PKW (Pendidikan Kewirausahaan) di Kantor Kemendikdasmen, Jakarta, Senin (30/6/2025). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu'ti mengungkapkan tingginya angka putus sekolah di jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) yang mencapai lebih dari 20 persen.

Menurut Abdul Mu'ti, terdapat sejumlah faktor seorang siswa tidak melanjutkan sekolah.

Hal tersebut diungkapkan Abdul Mu'ti pada peluncuran Gerakan 1000 Anak Putus Sekolah (APS) SMK Berdaya melalui Program PKK (Pendidikan Kecakapan Kerja) dan PKW (Pendidikan Kewirausahaan) di Kantor Kemendikdasmen, Jakarta, Senin (30/6/2025).

"Betapa memang angka putus sekolah di jenjang SLTA itu masih sangat tinggi. Masih lebih dari 20 persen anak-anak usia sekolah di jenjang SLTA berhenti sekolah karena beberapa alasan," kata Abdul Mu’ti.

Menurutnya, ada tiga faktor utama penyebab tingginya angka putus sekolah, yakni faktor ekonomi, infrastruktur pendidikan, dan alasan kultural.

Faktor ekonomi, kata Abdul Mu'ti menjadi penyebab paling dominan tingginya angka putus sekolah.

Ia mengungkapkan banyak keluarga tidak mampu membiayai pendidikan anak-anaknya hingga tingkat atas.

Sehingga para siswa memilih berhenti sekolah dan bekerja membantu ekonomi keluarga.

"Ini memang menjadi salah satu tantangan tersendiri. Di mana faktor ekonomi masih menjadi kendala," ucapnya.

Selain faktor ekonomi, Abdul Mu'ti mengungkapkan kendala dari sisi ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan juga menjadi penyebab putus sekolah.  

Semangatnya ada, ekonominya ada, tapi lembaganya tak ada. Ini juga menjadi tantangan tersendiri," ucapnya.

Faktor penyebab putus sekolah yang lain, kata Abdul Mu'ti, adalah persoalan kultural.

Salah satunya, adalah budaya pernikahan dini yang masih banyak ditemui di sejumlah daerah.

"Tantangan pernikahan dini di tantangan kita ini masih sangat tinggi. Sebagian karena alasan budaya, sebagian karena alasan pemahaman," katanya.

Menurut Abdul Mu'ti terdapat juga pandangan masyarakat di daerah tertinggal, terjauh, terluar (3T) yang menganggap pendidikan tidak lagi relevan.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved