Senin, 29 September 2025

Ojol hingga Konten Kreator Terancam Tergusur Teknologi, Pemerintah Rumuskan Pengembangan SDM

Menteri Koordinator PMK, Pratikno, menegaskan bahwa Indonesia harus sigap merespons pergeseran jenis pekerjaan.

Penulis: Reynas Abdila
Istimewa
PENGEMBANGAN SDM - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Pratikno melalui virtual membuka Simposium Integrasi Kebijakan Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Sektor Digital Informal di Jakarta. Berbagai pemangku kepentingan turut merumuskan strategi pengembangan SDM digital informal, seperti pengemudi ojol dan konten kreator. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah mulai menyusun strategi pengembangan sumber daya manusia (SDM) untuk sektor digital informal yang tumbuh pesat. 

Pekerja transportasi online, konten kreator, hingga kurir logistik masuk dalam daftar perhatian utama, seiring tantangan disrupsi teknologi dan perubahan lanskap kerja yang semakin cepat.

Simposium Integrasi Kebijakan Pengembangan SDM dan Sektor Digital Informal yang digelar Kemenko PMK, Rabu (25/6/2025), menyatukan berbagai pemangku kepentingan untuk membahas respons terhadap disrupsi digital.

Menteri Koordinator PMK, Pratikno, menegaskan bahwa Indonesia harus sigap merespons pergeseran jenis pekerjaan.

"Adopsi teknologi dan ekonomi digital yang berkembang pesat memiliki tantangan berupa kesenjangan keterampilan SDM kita," ujar Pratikno.

Baca juga: Alasan Driver Ojol Sulit Naik Status Jadi Karyawan, Ada yang Nggak Tamat SMP

Ia menekankan pentingnya pengembangan SDM digital berbasis kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan institusi pendidikan.

"Diperlukan pengembangan SDM dengan mengintegrasikan kompetensi talenta digital sebagai prioritas utama dan kemitraan tripartit," tambahnya.

Simposium ini menggarisbawahi pentingnya fleksibilitas pendidikan dan sistem pelatihan kerja yang lebih inklusif terhadap realitas sektor digital informal.

Pendidikan Tinggi Harus Adaptif, Mikro Kredensial Jadi Solusi

Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi, Stella Christie, menyoroti perlunya kurikulum yang mampu menjawab tantangan zaman. Ia menyebut kampus tidak lagi hanya bertugas mencetak lulusan, tetapi juga harus membentuk pembelajar seumur hidup.

"Perguruan tinggi harus mampu menjadi pusat pembelajaran yang adaptif, bukan hanya mencetak lulusan tetapi juga membentuk para pembelajar yang adaptif," jelasnya.

Stella mendorong penguatan skema mikro kredensial agar pendidikan tinggi lebih terjangkau oleh pekerja informal digital.

"Ini akan menjangkau lebih banyak pembelajar lintas usia dan sektor," ujarnya.

Baca juga: Manfaat Teknologi AI untuk Cegah Penipuan Digital yang Marak di Indonesia

Ojol hingga Kurir Butuh Perlindungan dan Reskilling

Direktur Ekonomi Digital Chelios Nailul Huda menambahkan bahwa sektor digital informal, seperti pekerja ojol dan kurir, memberi dampak ekonomi positif yang signifikan. Ia merujuk data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2022 yang mencatat sekitar 1 juta pengemudi ojol aktif.

“Kota-kota yang memiliki layanan ride-hailing tercatat memiliki tingkat kemiskinan 37 persen lebih rendah,” ungkapnya.

Namun, ia menegaskan bahwa kesejahteraan dan akses terhadap jaminan sosial para pekerja ini masih jauh dari ideal.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan