Selasa, 7 Oktober 2025

Ngaji Budaya Muharam, Menteri Agama: Cara Mencintai Tuhan Bisa Lewat Seni 

Menteri Agama Nasaruddin Umar mengatakan seni dan budaya memiliki peran penting dalam membentuk penajaman hati. 

Ist
MUHARAM - Menag Nasaruddin Umar saat membuka Ngaji Budaya Tradisi Muharam di Nusantara di Auditorium HM Rasjidi, Kantor Kementerian Agama, Jakarta, Senin (23/6/2025). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Agama Nasaruddin Umar mengatakan seni dan budaya memiliki peran penting dalam membentuk penajaman hati. 

Nasaruddin mengutip pesan Imam Ghazali bahwa orang yang tidak punya rasa seni, hatinya kering. 

Seni, menurutnya, adalah salah satu jalan mendekatkan diri kepada Tuhan.

"Cara mencintai Tuhan bisa lewat seni. Jadi, membaca Al-Qur’an pun harus dengan lantunan yang indah, azan juga begitu. Jadi, tradisi Muharam ini adalah upaya menajamkan hati nurani kita," kata Nasaruddin saat membuka Ngaji Budaya Tradisi Muharam di Nusantara di Auditorium HM Rasjidi, Kantor Kementerian Agama, Jakarta, Senin (23/6/2025). 

Dirinya menyebut tradisi Muharam melalui kegiatan Ngaji Budaya merupakan upaya menajamkan hati nurani dan mengasah batin umat beragama. 

"Tradisi seperti ini harus dilestarikan di Kemenag, apa pun agama kita,” ujar Nasaruddin. 

Sementara itu, Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Abu Rokhmad menyampaikan dua pesan dalam Ngaji Budaya agar dapat dipahami dan dihayati seluruh masyarakat Indonesia. 

Ia menyebut Muharam memiliki kekayaan tradisi di berbagai daerah dan suku di Nusantara.
 
Ia mencontohkan, di Semarang, masyarakat biasa mandi di sungai dekat Tugu Soeharto pada malam satu Syuro. 

Ritual ini diiringi doa sebagai permohonan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa untuk memperoleh energi dan semangat baru menyambut Tahun Baru Hijriah.

“Hal-hal semacam ini perlu kita refleksikan kembali agar maknanya tetap hidup di tengah masyarakat,” kata Abu.

Pesan kedua yang ingin disampaikan adalah pentingnya nilai ekoteologi dalam tradisi Muharam

Masyarakat di masa lalu, kata Abu, sering menyampaikan cerita-cerita mistis untuk menanamkan kesadaran menjaga alam. 

Ia menilai, kisah-kisah yang terkesan menakutkan itu sejatinya adalah cara leluhur mengingatkan agar manusia senantiasa merawat dan melestarikan lingkungan sekitar.

“Cerita-cerita itu adalah simbol bahwa menjaga lingkungan adalah bagian dari tanggung jawab spiritual,” ucap Abu.

Budayawan sekaligus cendekiawan muslim, Ngatawi Al Zastrouw, mengulas tradisi lokal di Nusantara yang berperan dalam mempererat silaturahmi masyarakat. 

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved