Senin, 29 September 2025

Konflik Iran Vs Israel

Jaga Pasokan Energi RI dari Potensi Penutupan Selat Hormuz, DPR Dorong Koordinasi Lintas Sektor

Anggota Komisi VI DPR RI Ahmad Labib menyatakan Parlemen siap memberikan dukungan anggaran dan regulasi untuk memastikan Indonesia mampu bertahan

|
Editor: Wahyu Aji
RNTV/TangkapLayar
KETAHANAN ENERGI - Penutupan Selat Hormuz imbas serangan Amerika Serikat ke Iran, akhir pekan kemarin, menjadi ancaman energi secara global. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi VI DPR RI Ahmad Labib menyatakan Parlemen siap memberikan dukungan anggaran dan regulasi untuk memastikan Indonesia mampu bertahan dalam tekanan energi global.

Hal tersebut disampaikan menyikapi adanya potensi penutupan Selat Hormuz imbas serangan Amerika Serikat ke Iran, akhir pekan kemarin.

Ia juga mendorong adanya koordinasi lintas sektor antara Pertamina, Kementerian BUMN, Kementerian ESDM, serta TNI dalam pengamanan jalur distribusi energi nasional. 

Selain itu, ia menyerukan pentingnya penguatan produksi migas dalam negeri untuk ketahanan energi jangka panjang. 

“Jangan sampai rakyat yang menjadi korban jika kita tidak siap menghadapi krisis pasokan,” papar Ahmad dikutip Senin (23/6/2025).

Ahmad mengapresiasi langkah cepat dan strategis yang dilakukan PT Pertamina dalam menjaga stabilitas pasokan Bahan Bakar Minyak (BBM) nasional di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik antara Amerika Serikat dan Iran, yang berpotensi mengganggu jalur vital distribusi energi global.

Ahmad menilai, respons Pertamina dalam mengelola risiko global ini menunjukkan profesionalisme dan kesiapan tinggi dalam menjaga ketahanan energi nasional, di tengah potensi gangguan pasokan dan lonjakan harga minyak mentah dunia. 

“Komisi VI DPR RI memberikan dukungan penuh kepada Pertamina yang telah bekerja cepat, profesional, dan antisipatif dalam mengelola risiko global ini. Ini menunjukkan kesiapan Pertamina dalam menjaga ketahanan energi nasional,” ujar Ahmad.

Ahmad juga menegaskan, skenario darurat yang tengah disiapkan Pertamina, termasuk antisipasi jika Selat Hormuz ditutup, merupakan bagian dari strategi jangka panjang yang harus didukung secara politik dan fiskal. 

“Penutupan Selat Hormuz bukan hanya menjadi ancaman regional, tapi risiko global. Sebagian besar impor minyak mentah Indonesia selama ini melalui jalur tersebut. Karena itu, skema mitigasi yang disiapkan Pertamina harus kita dukung dan kawal bersama,” lanjutnya. 

Ahmad menilai, langkah-langkah strategis Pertamina seperti diversifikasi sumber impor di luar kawasan Teluk, peningkatan cadangan operasional BBM, serta penguatan infrastruktur kilang dan distribusi nasional, sebagai bentuk kesiapan dalam menghadapi dinamika geopolitik global dan menjaga kelancaran suplai energi dalam negeri. 

“Kita memahami bahwa konflik AS-Iran bisa berdampak pada lonjakan harga minyak mentah dunia. Tapi Pertamina tidak panik. Justru mereka memperkuat stok, membuka peluang pasokan dari kawasan lain, dan tetap menjaga harga di dalam negeri agar tidak memberatkan masyarakat,” kata Labib. 

Ahmad pun mengajak seluruh elemen bangsa untuk tidak panik, menggunakan energi secara bijak, dan percaya pada kemampuan nasional dalam menjaga kedaulatan energi di tengah dinamika global yang tak menentu. (*)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan