Sabtu, 4 Oktober 2025

Wakaf Hijau untuk Pulihkan Ekosistem Ciliwung

SKSG UI mencanangkan program Green Waqf UI memadukan nilai spiritual, kepedulian ekologis, kolaborasi lintas sektor menyelamatkan ekosistem Ciliwung

Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Erik S
Istimewa
WAKAF HIJAU -  Universitas Indonesia (UI), yang melalui Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG), mencanangkan program Green Waqf UI yang memadukan nilai spiritual, kepedulian ekologis, dan kolaborasi lintas sektor untuk menyelamatkan ekosistem Sungai Ciliwung, Sabtu (21/6/2025). Konsep wakaf kini mengalami transformasi. Tak lagi terbatas pada dimensi sosial dan keagamaan, wakaf berkembang menjadi instrumen pelestarian lingkungan melalui gerakan wakaf hijau 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Konsep wakaf kini mengalami transformasi.

Tak lagi terbatas pada dimensi sosial dan keagamaan, wakaf berkembang menjadi instrumen pelestarian lingkungan melalui gerakan wakaf hijau.

Salah satu pionirnya adalah Universitas Indonesia (UI), yang melalui Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG), mencanangkan program Green Waqf UI.

Baca juga: Mantan Ketua MWA UI Saleh Husin Bangga UI Tembus Rangking Dunia 189 QS WUR

Gerakan ini memadukan nilai spiritual, kepedulian ekologis, dan kolaborasi lintas sektor untuk menyelamatkan ekosistem Sungai Ciliwung.

Peluncuran Green Waqf UI dilakukan dalam rangka Dies Natalis ke-9 SKSG dan Sekolah Ilmu Lingkungan (SIL), yang dikoordinasikan oleh Center for Strategic and Global Studies (CSGS) UI. Kegiatan dipusatkan di Kampung Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Sabtu (21/6/2025).

Kepala CSGS UI, Dr. Shobichatul Aminah, menjelaskan bahwa kegiatan ini menjadi tonggak awal wakaf hijau di Indonesia.

Penanaman diawali secara simbolis oleh UI dan mitra dengan 9 rumpun bambu, lalu dilanjutkan oleh warga dan petugas Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta dengan total 100 rumpun.

"Setiap rumpun terdiri dari 3 sampai 5 pohon, sehingga jumlah total yang ditanam lebih dari 300 pohon. Ini bukan sekadar seremoni, tapi awal gerakan konkret pemulihan lingkungan," ungkap Shobichatul.

Menurutnya, program ini merupakan bentuk baru dari wakaf produktif—yaitu wakaf yang hasilnya langsung dirasakan masyarakat dan alam, khususnya dalam mengatasi abrasi, banjir, dan perubahan iklim.

Gerakan Green Waqf UI merupakan hasil sinergi berbagai lembaga, seperti Lembaga Wakaf MUI, Yayasan Mitra Mikro, Insan Tani dan Nelayan Indonesia (Intani), Pusat Riset Kebijakan Strategis (CSPS), Islamic Middle East Research Center (IMERC), serta Pegadaian Peduli.

Baca juga: Kementerian Agama Percepat Implementasi Asta Protas melalui Sembilan Kota Wakaf

Ketua CSPS UI dan Ketua Panitia Green Waqf, Guntur Subagja Mahardika, menyebut bahwa gerakan ini adalah respons atas tantangan ekologis yang semakin nyata, terutama di wilayah urban seperti Jakarta.

“Wakaf tidak hanya untuk membangun masjid atau pesantren. Melalui Green Waqf, masyarakat bisa menanam pohon atau berdonasi untuk pelestarian lingkungan. Ini bentuk amal jariyah yang bermanfaat panjang untuk bumi dan generasi mendatang,” ujar Guntur, yang juga Sekretaris Lembaga Wakaf MUI.

Ia menambahkan, program ini menjadi bagian dari Sosial Leadership and Impact Drive Summit (Solid Summit) — sebuah inisiatif UI yang mengedepankan kepemimpinan sosial berbasis dampak dan partisipasi sukarela.

Komitmen UI pada Gerakan Hijau Dunia

UI telah lama menunjukkan komitmen terhadap pelestarian lingkungan.

Guru Besar UI, Prof. Dr. Muhammad Luthfi Zuhdi, menyampaikan bahwa dari total 320 hektare luas kampus, 200 hektare di antaranya merupakan kawasan hutan.

Baca juga: Daftar 26 Kampus Terbaik di Indonesia Versi QS WUR 2026, UI Tempati Posisi Tertinggi

“UI termasuk kampus yang sangat peduli lingkungan. Bahkan, kami memprakarsai Green Metric World University Rankings yang kini diikuti lebih dari 60 negara,” ungkap Prof Luthfi.

Gerakan Green Waqf UI juga mendapat apresiasi dari berbagai pihak. Mery Andriati Surya dari Pegadaian Peduli menilai program ini sebagai langkah strategis yang menyatukan nilai keagamaan dengan aksi ekologis.

“Gerakan ini menunjukkan bahwa peduli lingkungan bisa sejalan dengan nilai spiritual. Ini bentuk kontribusi nyata dunia usaha untuk keberlanjutan,” ujarnya.

Hal senada disampaikan Ketua Sahabat Wakaf MUI, Hazuarli Haz, dan Sekretarisnya, Andi YH Djuwaeli. Mereka menegaskan bahwa konsep wakaf hijau membuka ruang luas bagi partisipasi publik.

“Wakaf hijau adalah cara baru untuk berdonasi secara bermakna, bukan hanya untuk sosial, tetapi juga ekologi. Kami siap mendukung penuh dan mengajak masyarakat luas untuk terlibat,” kata Hazuarli. (Eko Sutriyanto) 

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved