Senin, 6 Oktober 2025

Jokowi dan Kiprah Politiknya

Rocky Gerung Mengaku Kenal PSI: Sejak Awal Saya Sudah Duga Partai Ini Bakal Jadi Tunggangan Jokowi

Rocky Gerung mengaku sudah menduga bahwa PSI memang disiapkan oleh kalangan pendukung Jokowi.

|
Kompas.com/Idham Khalid, YouTube/Tribunnews.com
KOMENTARI JOKOWI : Rocky Gerung dan Presiden ke-7 RI Joko Widodo atau Jokowi. Rocky Gerung mengaku sudah menduga bahwa PSI memang disiapkan oleh kalangan pendukung Jokowi. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat politik Rocky Gerung mengomentari indikasi mantan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) akan bergabung dengan Partai Solidaritas Indonesia (PSI). 

Menurut Rocky, langkah tersebut juga secara tidak langsung mengubah partai berlambang mawar merah itu sebagai partai oligarki. 

Pengamat yang setia mengkritik Jokowi sejak masih menjabat presiden hingga purna tugas ini menyebut PSI sudah berganti haluan dari idealisme yang ada ketika pertama kali dibentuk. 

Awalnya Rocky Gerung menceritakan PSI pada awalnya menjadikan anak muda membawa ide sosialisme, keadilan, maupun kebebasan manusia. 

"Tentu saya kenal PSI dari awal, karena di awal-awal pembentukan partai itu, saya termasuk yang jadi semacam narasumber untuk memberi ceramah pada teman-teman muda pada waktu itu ya," kata Rocky di kanal YouTube Rocky Gerung Official, Senin (9/6/2025).

"Pada waktu itu saya menganggap bahwa PSI sebuah partai yang diajukan untuk menjadikan sebut saja ide sosialisme, ide kebebasan manusia, ide keadilan dilaksanakan melalui anak-anak muda ini kan. Itu idealnya begitu," jelasnya.

Ketika itu Rocky Gerung tahu betul gagasan PSI saat awal dibentuk dengan menuliskan jurnal perihal apa saja yang menjadi makna dan fondasi utama PSI.

"Waktu itu, saya ikut menulis, bahkan mungkin saya pertama kali menulis atau diminta menulis di jurnal mereka. Saya juga ikut atau mungkin juga yang pertama menjelaskan, apa artinya solidaritas, apa artinya bunga mawar merah, apa artinya sistem partai," papar Rocky Gerung.

Namun itu semua sekarang ini telah berubah di mana idealisme yang dibentuk, kini berubah menjadi oligarki.  

Dirancang untuk Jokowi

Rocky Gerung juga mengaku sudah menduga bahwa PSI memang disiapkan oleh kalangan pendukung Jokowi.

Sehingga, ia menilai memang masuk akal jika sekarang Jokowi melempar sinyal untuk merapat ke partai yang diketuai oleh Kaesang Pangarep tersebut.

"Itu yang bukan kita sesalkan ya, memang begitu nasibnya sebetulnya. Karena dari awal saya juga menduga bahwa itu partai yang disiapkan untuk kalangan pendukung Jokowi," kata Rocky.

Jadi kalau partai itu kemudian jadi tunggangan Jokowi hari ini ya makin masuk akal," lanjutnya.

"Mungkin Pak Jokowi jadi semacam ketua dewan pembina. Saudara Kaesang tetap sebagai ketuanya. Pak Gibran akan ada di situ untuk melengkapi sejarah kedinastian," jelasnya.

Menurut Rocky Gerung, PSI memang didesain eksklusif, untuk kalangan orang dekat Jokowi.

"Kita boleh sebutkan itu, karena dari awal memang sifat partai itu adalah eksklusif. Sebetulnya dia mau inklusif memasukkan semua, tetapi arah kepemimpinan selalu eksklusif dan basis finansialnya tentu dari oligarki itu," papar Rocky.

Kata Rocky, Jokowi melakukan manuver untuk menstarter kembali kiprah politiknya dengan bergabung PSI, partai yang dari awal memang disediakan untuk Mantan Wali Kota Solo tersebut.

"Jadi sekali lagi kemampuan Jokowi untuk manuvering memang walaupun makin terbatas tetapi dia harus keluar dengan semacam percikan politik baru. Jadi masuk PSI itu artinya membuat percikan, menstarter kembali politiknya," jelasnya.

"Dengan harapan bahwa partai itu bisa ikut Pemilu 2029. Jadi dari awal kita dukung aja Pak Jokowi ikut di dalam partai yang memang disediakan oleh dari dan untuk dia itu dengan alasan apa pun," tandasnya.

DNA Jokowi ke PSI

Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno menyoroti sinyal Mantan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) mendekat ke Partai Solidaritas Indonesia (PSI).

Menurut Adi, sinyal tersebut dilontarkan Jokowi untuk memotong spekulasi yang menyebut dirinya menolak dikaitkan dengan peluang menjadi Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Selain itu, Adi juga menyoroti beberapa hal yang membuat Jokowi lebih condong ke PSI, seperti konflik internal di PPP, DNA politik, hingga chemistry.

Hal ini disampaikan Adi dalam tayangan yang diunggah di kanal YouTube Liputan6, Minggu (8/6/2025).

Adi melanjutkan, ada dua hal mengapa Jokowi tak mau dikaitkan dengan PPP.

Yang pertama, Jokowi tak mau terjebak dalam konflik internal di partai yang berlambang Kakbah tersebut.

"Saya kira pertama ini untuk mengamputasi spekulasi liar bahwa Jokowi menolak secara tegas dikaitkan dengan soal kemungkinannya untuk menjadi ketua umum PPP," kata Adi.

"Faktornya dua hal," cetus Adi.

"Pertama, sepertinya Jokowi tidak mau terjebak pada konflik internal di PPP, karena di PPP itu kan sebenarnya masih ada yang menginginkan yang jadi ketua umum adalah kader mereka, tapi ada juga yang mengusulkan supaya pihak eksternal seperti Jokowi, kemudian Dudung, Amran, Gus Ipul untuk menjadi ketua umum," jelasnya.

"Sepertinya Pak Jokowi tidak mau terlalu jauh terlibat dalam pro kontra di internal PPP," lanjutnya.

Kedua, menurut Adi, DNA politik Jokowi lebih identik dengan PSI setelah dia diberhentikan dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).

"Nah, yang kedua kalau mau jujur, sebenarnya secara prinsip DNA politik Jokowi setelah tak lagi bersama dengan PDIP memang lebih identik dengan PSI," ujar Adi.

Sumber: Warta Kota

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved