Selasa, 7 Oktober 2025

Tambang Nikel di Raja Ampat

Kisruh Tambang Nikel Raja Ampat, Jokowi Pernah Sebut Nikel Masa Depan Otomotif dan Kendaraan Listrik

Tengah ramai tambang nikel di Raja Ampat, dulu Jokowi pernah bilang nikel masuk desain besar masa depan kendaraan listrik

|
Sekretariat Negara
JOKOWI SEBUT NIKEL - Dokumentasi Presiden Joko Widodo dalam sebuah acara di Universitas Tadulako, Kota Palu, Provinsi Sulawesi Tengah, 30 Agustus 2023. Tengah ramai tambang nikel di Raja Ampat, dulu Jokowi pernah bilang nikel sebagai masa depan otomotif dan kendaraan listrik 

Menurutnya, Indonesia memiliki hampir semua yang dibutuhkan untuk membuat ekosistem tersebut dan membuat negara lain bergantung kepada Indonesia.

"Bagaimana membangun sebuah ekosistem besar sehingga negara lain tergantung pada kita karena kita memiliki nikel, memiliki tembaga, memiliki bauksit, memiliki timah, dan potensi kita ini gede sekali," ujar Jokowi saat menyampaikan pidato kunci pada acara Kompas100 CEO Forum Tahun 2022 yang digelar di Istana Negara, Jakarta, dikutip dari artikel berjudul presidenri.go.id.

Indonesia sendiri memiliki potensi yang sangat besar untuk membangun ekosistem kendaraan listrik, utamanya dalam membuat baterai listrik.

Ia memerinci, cadangan nikel Indonesia adalah nomor satu di dunia, timah nomor dua di dunia, bauksit nomor enam di dunia, dan tembaga nomor tujuh di dunia.

"Membangun ekosistem EV baterai itu kita hanya kurang litium, enggak punya. Saya kemarin sudah sampaikan ke Prime Minister Albanese, Australia punya litium, kita boleh beli, dong, dari Australia. Terbuka, silakan."

"Tapi, ternyata dari kita sudah ada yang punya tambang di sana. Ini strategis, benar melakukan intervensi seperti itu sehingga ekosistem besar yang ingin kita bangun jadi," ungkapnya.

Menurut Jokowi, yang kemudian menjadi tantangan adalah mengintegrasikan bahan-bahan tersebut karena posisinya yang tersebar di beberapa tempat berbeda di Indonesia, misalnya tembaga ada di Papua dan Sumbawa, nikel ada di Sulawesi, dan bauksit ada di Kalimantan Barat dan Kepulauan Riau.

"Mengintegrasikan ini sebuah barang yang tidak gampang sehingga jadi sebuah ekosistem itu. Inilah yang terus, saya mati-matian, harus jadi karena inilah yang akan melompatkan kita, meloncati, leap frog menuju ke peradaban yang lain. Saya mati-matian untuk ini," tegasnya.

Lebih jauh, Jokowi meyakini, ketika ekosistem besar kendaraan listrik tersebut jadi, maka investasi akan datang dengan sendirinya ke Indonesia.

Lanjutnya, Indonesia terbuka terhadap hal tersebut, asal para investor turut menggandeng perusahaan swasta Indonesia maupun dengan badan usaha milik negara (BUMN) sehingga terjadi transfer teknologi.

"Kalau ini jadi, percaya saya, perkiraan saya (tahun) 2026, 2027 kita sudah lompatan ini akan kelihatan, akan berbondong-bondong masuk karena industri otomotif ke depan, baik itu sepeda motor listrik, mobil listrik, itu akan menggantikan mungkin lebih dari 50 persen dari demand pasar yang ada."

"Inilah yang harus kita tangkap. Begitu ini jadi, saya kemarin hitung-hitungan, saya hitung berapa sih? 60 persen mobil listrik, kendaraan listrik akan tergantung pada EV baterai kita, 60 persen dari pangsa pasar yang ada di dunia. Inilah kekuatan besar kita nanti, seperti tadi komponen digital, seperti tadi cip," jelasnya.

Selain itu, kehadiran ekosistem besar kendaraan listrik juga akan mendongkrak pendapatan negara, baik melalui penerimaan pajak, royalti, dividen, bea ekspor, hingga penerimaan negara bukan pajak (PNBP).

Jika penerimaan negara bertambah, Jokowi melanjutkan, artinya anggaran untuk Dana Desa juga bertambah.

Dengan demikian, kata dia, masyarakat desa juga akan turut menikmati hasil dari ekosistem kendaraan listrik yang tengah dibangun oleh pemerintah.

Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved