Minggu, 5 Oktober 2025

Momen Megawati di Upacara Hari Lahir Pancasila, Prabowo Dinilai Bijak, Gibran Disebut Hilang Marwah

Perjumpaan Presiden Prabowo Subianto, Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, dan Presiden ke-5 Megawati Soekarnoputri memunculkan berbagai respons.

Setwapres - YouTube Setkab
GIBRAN PRABOWO MEGA - Dalam foto: Momen ketika Wakil Presiden RI Gibran Rakabuming Raka berjalan sendirian di belakang Presiden RI Prabowo Subaianto yang melangkah berdampingan dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri di Gedung Pancasila, Kantor Kementerian Luar Negeri RI, Jakarta, Senin (2/6/2025). Berikut tanggapan sejumlah analis. 

TRIBUNNEWS.COM - Momen perjumpaan Presiden Prabowo Subianto, Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, dan Presiden ke-5 Megawati Soekarnoputri pada momen upacara peringatan Hari Lahir Pancasila, Senin (2/6/2025) memunculkan sejumlah respons.

Terdapat momen menarik saat Megawati yang juga merupakan Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), mendampingi Prabowo saat menuju lapangan upacara yang digelar di halaman Monumen Nasional (Monas), Jakarta.

Sementara itu Gibran berada di belakang Prabowo-Megawati.

Momen tersebut mendapat pemaknaan simbolik dari pengamat.

Prabowo Dinilai Bijak

Analis politik Hendri Satrio menyoroti momen itu memiliki makna yang kuat.

Momen itu adalah kali pertama Megawati dan Gibran bertemu setelah gelaran Pilpres 2024.

Terkait posisi Megawati di samping Prabowo dan Gibran di belakang, Hendri menilai hal itu wujud hormat presiden terhadap pendahulunya.

"Bijaksana sekali Presiden Prabowo menempatkan Megawati untuk berdiri di depan Gibran. Ini menunjukkan sikap kenegarawanan dan penghormatan terhadap sejarah kepemimpinan bangsa," ungkap Hendri, dikonfirmasi Tribunnews, Senin (2/5/2025).

Menurut Hensat, panggilan akrabnya, Prabowo terlihat ingin merangkul seluruh pihak termasuk Megawati yang tidak berada di dalam pemerintahan saat ini.

"Posisi ini mencerminkan upaya Prabowo untuk merangkul semua elemen bangsa, termasuk tokoh-tokoh dari generasi sebelumnya."

"Ini adalah sinyal politik yang positif, menunjukkan bahwa pemerintahan baru ingin membangun harmoni dan kesinambungan," ucap Hendri.

Baca juga: PKB Sebut Prabowo Canggih Bisa Kondisikan Pertemuan Gibran dan Megawati

Hendri menilai momen ini bisa menjadi upaya Prabowo meredam spekulasi tentang ketegangan politik antara kubu Megawati dan Gibran pasca-Pilpres 2024.

"Ada isu-isu yang beredar bahwa hubungan politik antara PDIP dan Gibran renggang setelah dinamika pilpres. Namun, kehadiran mereka dalam satu bingkai upacara ini menunjukkan bahwa di atas semua perbedaan, ada kepentingan yang lebih besar, yaitu persatuan bangsa," ungkapnya.

Gibran Kehilangan Marwah

Sementara itu pengamat politik Rocky Gerung juga menyampaikan pandangannya tentang posisi Gibran yang berjalan di belakang Prabowo dan Megawati.

Menurut Rocky, hal tersebut berkaitan dengan ketegangan politik antara PDIP dengan kubu ayah Gibran, mantan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Hal ini ia sampaikan dalam tayangan video yang diunggah di kanal YouTube Rocky Gerung Official, Senin (2/6/2025).

"Yang menarik, netizen mulai melihat bahwa ada yang kurangĀ fit and proper, kurang tepat atau kurang pas. Karena Gibran yang wakil presiden justru berjalan di belakang Megawati yang ketua partai PDIP," papar Rocky Gerung.

"Tentu konteksnya adalah ketegangan politik, atau sebut aja awalnya ketegangan sekarang jadi konflik politik antara PDIP dengan Jokowi, dan Gibran tidak lagi dilihat sebagai wajah dari kekuasaan, tetapi wajah dari Jokowi," jelasnya.

GIBRAN DAN ROCKY - Gibran Rakabuming Raka bertemu dengan Rocky Gerung, Jumat (23/9/2022). Pertemuan itu terjadi saat Gibran masih menjabat Wali Kota Solo.
GIBRAN DAN ROCKY - Gibran Rakabuming Raka bertemu dengan Rocky Gerung, Jumat (23/9/2022). Pertemuan itu terjadi saat Gibran masih menjabat Wali Kota Solo. (Twitter/Gibran Rakabuming)

Kemudian, Rocky menilai, masyarakat sudah melihat bahwa Gibran tidak lagi memiliki posisi atau status dalam dunia politik.

"Jadi kalau Gibran berjalan di belakang Megawati, lalu netizen mulai menganggap bahwa ya itu artinya secara moral atau bahkan secara sebetulnya, politik aristokratik," ujar Rocky.

"Gibran itu tidak lagi dianggap sebagai sosok yang punya political standing apalagi moral standing untuk berjalan berdampingan dengan Ibu Mega atau Presiden," paparnya.

Rocky Gerung juga menyoroti bahasa tubuh yang dapat menyiratkan adanya ketegangan politik di antara para tokoh.

Pendiri SETARA Institute ini menilai, ada kecanggungan yang terlihat dari bahasa tubuh Gibran.

Dengan berjalan di belakang Megawati dan Prabowo padahal statusnya sudah Wakil Presiden RI, Gibran dinilai Rocky sudah kehilangan marwahnya.

"Lalu terlihat bahwa ada kecanggungan pada Saudara Gibran tuh. Dan kecanggungan itu tentu bagi mereka yang doyan untuk mengamati bahasa tubuh, tercermin di dalam langkah atau prosesi menuju panggung," jelas Rocky.

"Ketika Ibu Mega berjalan dan sejajar dengan Presiden, tapi Gibran berjalan di belakang Presiden itu mungkin biasa juga," tambahnya.

"Tapi berjalan di belakang Megawati, jadi kelihatannya sosok Gibran ini yang sebetulnya officially adalah seorang wakil presiden kehilangan marwahnya. Kira-kira begitu atau ya memang kehilangan marwahnya karena problem-problem sebelumnya," tandas Rocky.

(Tribunnews.com/Gilang P, Fersianus W, Rizki A)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved