Selasa, 30 September 2025

Jamuan Kuliner Nusantara Prabowo untuk PM China Li Qiang: Sop Buntut & Wingko Babat Istimewa

Prabowo Subianto menjamu PM China Li Qiang dengan hidangan nusantara seperti sop buntut dan wingko babat di Istana Merdeka.

Editor: Glery Lazuardi
Tribunnews.com/ Taufik Ismail
KUNJUNGAN PM CHINA - Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto menggelar pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri Republik Rakyat Tiongkok atau China Li Qiang di Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Minggu (25/5/2025). Dalam pertemuan disepakati kerja sama Bakamla dengan China Coast Guard. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Prabowo Subianto menjamu Perdana Menteri China Li Qiang dengan hidangan khas Nusantara, mulai dari sop buntut hingga wingko babat, dalam acara makan siang resmi di Istana Merdeka, Jakarta, Minggu (25/5/2025). 

Jamuan istimewa ini sekaligus mempererat hubungan bilateral dan persahabatan strategis antara Indonesia dan China.

PM Li tiba pukul 10.00 WIB melalui pintu utama, Jalan Medan Merdeka Utara. 

Ketibaan PM Li diiringi Pasukan Berkuda dan Pasukan Nusantara dari Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres). Kedatangan PM Li disambut pasukan Jajar Kehormatan. Turun dari mobil PM Li langsung disalami Presiden Prabowo. Keduanya berpelukan hangat sambil berbincang singkat.

Kepala Negara lalu mengajak PM Li ke mimbar kehormatan untuk mengikuti upacara penyambutan dengan diperdengarkannya lagu kebangsaan kedua negara.

Dentuman meriam mengiringi upacara penyambutan tersebut. Setelah itu Presiden mengajak PM Li melakukan Inspeksi pasukan. Kedua pemimpin berjalan di atas karpet biru sambil melihat barisan pasukan.

Setelah itu Presiden dan PM Li saling mengenalkan delegasi masing-masing. Adapun delegasi yang ikut menyambut kedatangan PM Li yakni:

Sekretaris Kabinet Letkol Teddy Indra Wijaya, Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Sekretaris Negara Prasety Hadi, Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono, Menteri Luar Negeri Sugiono, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, Wakil Menteri Pendidikan Sains dan Teknologi Stella Christie, Wakil Menteri Luar Negeri Arrmanatha Nasir, Wakil Menteri Pertanian Sudaryono.

Baca juga: Indonesia-China Kompak Dukung Perdamaian di Gaza, Dorong Solusi Dua Negara Akhiri Konflik

Makan Siang dengan Hidangan Nusantara dan Hiburan Tradisional

Prabowo juga menjamu PM Li untuk makan siang. Beberapa menu disiapkan saat makan siang tersebut. Berbagai hidangan nusantara disajikan diantaranya Sop Buntut hingga Wingko Babat.

Sembari menikmati hidangan makan siang, para tamu dihibur dengan Tari Burung Enggrang. Ada juga sejumlah lagu mulai dari 'One Moment in Time' dan 'When I Fall in Love', hingga lagu-lagu klasik dan populer dari kedua negara seperti 'Ni Wen Wo Ai', 'Xing Xing Suo', 'Gemu Fa Mi Re', dan 'Wo He Wo De Zhu Guo'. Saat makan siang Prabowo terlihat ditemani putranya, Didit Hedi Prasetyo hingga seluruh delegasi kedua negara.

Dalam pertemuan tersebut Presiden Prabowo mengatakan perjumpaan dengan PM Li mempertegas persahabatan antar kedua negara.

“Kunjungan Yang Mulia menegaskan persahabatan yang baik erat antara Tiongkok dan Republik Indonesia dan juga lebih penting antara rakyat Tiongkok dan Indonesia,” kata Prabowo.

Menurut Kepala Negara kunjungan PM Li menandai 75 tahun hubungan diplomatik Indonesia-China dan juga hubungan 70 tahun Konferensi Asia-Afrika.  Kedua negara kata Presiden Prabowo memiliki hubungan strategis dan komprehensif.

Presiden mengatakan bahwa dalam pertemuan bilateral, ia telah melakukan pembicaraan produktif dengan PM Li.  Kedua negara kata Presiden telah mencapai kesepakatan dalam banyak bidang.

"Kami optimis bahwa kerjasama ini membawa kebaikan bagi kedua dan bangsa negara kita," katanya.

Presiden berharap kunjungan PM Li, akan membawa kedamaian di kawasan. Tidak hanya Asia Tenggara, tapi juga Asia Pasifik. "Jadi sekali lagi, terimakasih kunjungan Yang Mulia," ujar Prabowo.

Terpisah, Badan Pengelola Investasi Daya Agata Nusantara (BPI Danantara) menyebut ada empat perusahaan asal China yang bakal membangun pabriknya di Indonesia. Hal tersebut merupakan tindak lanjut dari kunjungan pemerintah China melalui kedatangan PM Li Qiang.

"O banyak tapi yang leading itu ada empat," kata Chief Investment Officer (CIO) BPI Danantara, Pandu Patria Sjahrir saat acara Global Business Summit di Kantor Kementerian Investasi dan Hilirisasi, Jakarta.

Pandu enggan menyebut secara spesifik perusahaan apa saja yang bakal membangung pabriknya di Indonesia. Namun ia memberikan kisi-kisi empat perusahaan China yang dimaksud bergerak di bidang electric vehicle(EV), investment, serta consumers goods.

"Kan saya sudah bilang tadi dari sisi baterai dan dari sisi electric vehicle mereka tertarik disana, dari sisi data center mereka juga tertarik lalu dari sisi investment juga dari sisi consumers mereka juga tertarik," kata Pandu.

Keponakan Luhut Binsar Pandjaitan ini juga memastikan dalam waktu dekat akan diumumkan perusahaan-perusahaan asal China apa saja yang bakal membuka pabriknya di Indonesia."The next couple days bakal ada announcement satu demi satu. Kita akan umumkan kerjasama satu demi satu dan akan diannounce dalam waktu dekat banget," katanya.

Menurut Pandu pembicaraan antara China dan Indonesia lebih kepada hubungan 75 tahun keduanya dan perkembangan tersebut sudah sangat baik dari sisi hal diplomasi dan investasi. Apalagi China saat ini sudah naik kelas menjadi 'The Top Two' seluruh dunia dari sisi investasi.

Namun yang jelas tegas Pandu hubungan antara Indonesia dan China yang ditekankan adalah win win. "Memang poin pentingnya dari tarif war ini adalah bagaimana pengembangan investasi yang win win. PM (Li Qiang) juga bilang yang paling penting itu adalah mutual respect, growth together dan juga investasi bersama untuk kepentingan China dan kepentingan Indonesia," kata Pandu.

Baca juga: VIDEO Saat Prabowo Bertemu PM China Li Qiang: Bakamla Jalin Kerja Sama dengan China Coast Guard

Diketahui sebelumnya perusahaan kendaraan listrik besar asal China BYD(Build Your Dreams) membangun pabrik di Indonesia, tepatnya di Subang, Jawa Barat. Nilai pembangunan tersebut mencapai Rp 16 triliun.

Kapasitas produksinya pabrik tersebut mencapai 150.000 unit kendaraan listrik (EV) per tahun. Perusahaan bakal menjadikan Indonesia untuk fokus pada pasar ekspor.

Sementara itu beberapa perusahaan dari China sudah melakukan pertemuan dengan pemerintah Indonesia terkait penjajakan investasi. Salah satu yang menjadi ketertarikan dari China untuk berinvestasi adalah soal energi hijau.

Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi/Wakil Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal, Todotua Pasaribu mengatakan Indonesia memiliki potensi besar di bidang energi hijau diantaranya solar(matahari), angin dan geothermal.

Namun potensi yang besar tersebut kata Todotua tidak dibarengi dengan pertumbuhan investasi dan ekonomi yang besar karena masalah teknologi yang belum mumpuni di Tanah Air. Karenanya yang menjadi salah satu topik pembicaraan dengan beberapa perusahaan China adalah soal partner teknologi, sebab itu sangat dibutuhkan.

"Kita butuh partner teknologi untuk tumbuh, apalagi kebutuhan kita atas energi terutama green energy sangat besar apalagi tren global sudah melakukan itu semua, sudah kampanye green energy," kata Todotua.

China lanjut Todotua juga sudah memiliki komitmen yang besar mengenai energi hijau. Mereka sudah melakukan transisi energi dari PLTU ke green energy. Komitmen tersebut lanjutnya serupa dengan apa yang diinginkan Indonesia.

Karena kesamaan tujuan itulah menurut Todotua, China tertarik berinvestasi di Indonesia. Terlebih potensi energi hijau di Tanah Air sangat besar. "Pastinya(China pensiunkan PLTU) karena China sendiri sekarang sudah mulai develop atau mengembangkan banyak soal green energy mereka punya PLTA 100 MW lalu mereka kembangkan lagi dari angin, ombak laut, solar panel mereka sangat masif. Sementara potensi kita sangat besar 3700 MW tapi kita butuh partner teknologi," ujarnya.

Sepanjang tahun 2024 nilai investasi China meningkat 9,5 persen menjadi 8,1 miliar dolar AS. Ada tiga besar bidang yang China sudah melakukan investasinya di Indonesia salah satunya adalah smelter nikel.

"Kalau bicara top three yang pertama itu processing smelter itu nomor satu proses hilirisasi. Karena success story di kita kan nikel. Smelter nikel itu sebabyak 80-90 persen datang dari China," kata Todotua.

Selain smelter lanjut Todotua ada industri manufaktur dan nomor tiganya adalah energi."Berikutnya adalah manufaktur populasi mereka(China) kan besar jadi mereka advance di manufaktur penduduk mereka besar 1 miliar lebih dari manufaktur ada sepatu pakaian dll mereka lihat market kita besar. Lalu energi mereka punya pengelolaan energi yang besar konsumsi batubara di China untuk energi 4 miliar per tahun tapi mereka kan sudah mulai mengurangi kan jadi tujuannya sama," ujar Todotua.

Todotua dalam pidatonya juga menjelaskan, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi hingga 8 persen dalam lima tahun mendatang. Target tersebut katanya demi mewujudkan Indonesia Emas 2045 juga capaian SDGs. “Prioritas kita mencakup hilirisasi sumber daya alam berkelanjutan, energi baru dan terbarukan, pertanian, pangan, farmasi, alat kesehatan, pendidikan tinggi, dan vokasi,” ujar Todotua.

(Tribun Network/fik/wly)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan