Selasa, 7 Oktober 2025

Jokowi Dulu Mau Jadi Rakyat Biasa, Kini Masuk Bursa Caketum PSI, Ray Rangkuti: Masa Kaget?

Ray Rangkuti menilai ada kebalikan antara Jokowi yang dulu ingin jadi rakyat biasa setelah lengser dan kini yang masuk bursa caketum PSI.

TribunSolo.com/Ahmad Syarifuddin
BURSA CAKETUM PSI - Dalam foto: Mantan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) saat ditemui di kediamannya di Jalan Kutai Utara Nomor 1, Kelurahan Sumber, Kota Solo,Senin (5/5/2025). Indikasi kembalinya Jokowi ke dunia politik Indonesia dengan masuk bursa Caketum PSI berkebalikan dengan keinginan Jokowi untuk jadi rakyat biasa setelah tak lagi menjabat jadi presiden. 

TRIBUNNEWS.COM - Pengamat politik Ray Rangkuti menyoroti soal kemungkinan Mantan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) maju ke bursa calon ketua umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI).

Indikasi kembalinya Jokowi ke dunia politik Indonesia dengan masuk bursa Caketum PSI tersebut pun berkebalikan dengan keinginan Jokowi setelah tak lagi menjabat jadi presiden.

Beberapa waktu lalu, Jokowi pernah mengaku ingin kembali jadi rakyat biasa setelah lengser dari kursi presiden.

Terkait hal tersebut, Direktur Eksekutif Lingkar Madani (Lima) itu menilai pernyataan dan tindakan Jokowi ini berkebalikan, tetapi tidak mengejutkan.

Hal ini dia sampaikan dalam program INTERUPSI yang diunggah di kanal YouTube Official iNews, Jumat (16/5/2025).

"Ya, masa masih terkejut juga, kita sudah biasa dong. Beliau mengatakan nggak ingin rekomendasi  birokrasi soal staf KPK itu, dia jalan juga. Ya kan nggak ingin, ini dia jalan juga," kata Ray.

"Yang bolak-balik begitu kan sudah biasa di zamannya Pak Jokowi."

"Jadi kalau Pak Jokowi dulu mengatakan saya ingin jadi warga biasa, sekali-kali lihat sebaliknya, berarti mungkin beliau nggak ingin jadi warga biasa, gitu kira-kira," tambah Ray.

"Dan itulah kemungkinan yang akan terjadi kalau benar beliau akan masuk ke partai politik itu gitu ya."

Sebagai informasi, Jokowi mengungkap bahwa dirinya akan pulang kampung ke Solo setelah pelantikan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka sebagai Presiden RI dan Wakil Presiden RI, 20 Oktober 2024 lalu.

Sebelumnya, Jokowi pernah mengungkap rencananya setelah pensiun sebagai presiden. 

Baca juga: Roy Suryo Sebut Ahli Forensik Digital Amerika Siap Bantu soal Ijazah Jokowi: Polri Harus Terbuka

Setelah purnatugas, Jokowi akan menjadi rakyat biasa. 

Mantan Wali Kota Solo itu juga mengaku akan menyibukkan diri dengan aktif dalam bidang lingkungan hidup. 

"Saya akan kembali ke kota saya, Solo sebagai rakyat biasa," ujar Jokowi dalam sebuah wawancara dengan The Economist, Sabtu (12/11/2022) lalu, dilansir Tribunnews.com.

"Saya akan aktif di bidang lingkungan hidup," imbuhnya.

Dalam foto: Joko Widodo (Jokowi) saat masih menjabat sebagai Presiden RI berpose bersama sejumlah tokoh Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
Dalam foto: Joko Widodo (Jokowi) saat masih menjabat sebagai Presiden RI berpose bersama sejumlah tokoh Partai Solidaritas Indonesia (PSI). (Istimewa via psi.id)

Namun, belakangan ini, nama Jokowi santer terdengar jelang pendaftaran calon ketua umum (caketum) PSI.

Adapun Jokowi sudah menanggapi soal kemungkinan dirinya mendaftar sebagai kandidat.

Menurut Jokowi, jika ikut maju jadi kandidat ketum PSI, dirinya tidak mau kalah.

"Ya, masih dalam kalkulasi. Jangan sampai, kalau nanti misalnya saya ikut, saya kalah," kata Jokowi kepada wartawan, Rabu (14/5/2025).

Saat ditanya apakah sudah mendaftarkan diri sebagai kandidat, Jokowi menyatakan belum. 

Dia menyatakan, kalkulasi masih terus dilakukan mengingat pendaftaran masih panjang, hingga Juni 2025.

Jokowi juga hanya berseloroh singkat saat disinggung kesiapannya bersaing dengan putra bungsunya sekaligus Ketua Umum PSI saat ini, Kaesang Pangarep.

"Ya nggak tahu, kalau saya mendaftar, mungkin yang lain nggak mendaftar mungkin," ucap Jokowi sambil tertawa.

Sebelumnya, Wakil Ketua Umum PSI Andy Budiman berdoa agar Jokowi benar-benar mendaftar jadi bakal calon ketua umum.

"Kemudian apakah Pak Jokowi akan menjadi calon (Ketua Umum PSI), kita doakan," kata Andy dalam konferensi pers di Basecamp DPP PSI, Jakarta, Selasa (13/5/2025).

Sebagai informasi, pendaftaran calon ketua umum PSI dibuka mulai Selasa (13/5/2025), lalu pengumuman bakal calon ketua umum disampaikan pada 18 Juni 2025.

Selanjutnya, PSI akan menggelar Pemilu Raya sebagai forum terbuka untuk memilih ketua umum partai pada Juli 2025 mendatang di Solo, Jawa Tengah.

Nantinya, pemilihan ketua umum PSI akan menggunakan konsep "one man, one vote" atau satu anggota untuk satu suara.

Masih Punya Ambisi untuk Berkuasa

Ray Rangkuti juga menilai, Jokowi masih memiliki ambisi untuk berkuasa setelah dia membuka peluang untuk ikut dalam pemilihan Caketum PSI.

Ray menyebut cara berpolitik seperti yang dilakukan Jokowi tersebut adalah 'politik negarawan'.

"Pertanyaannya mengapa memilih politik harian? Ya, harus diakui politik harian itu ya tujuannya berkuasa. Buat apa kalau nggak berkuasa? Jadinya, politik negarawan kan," kata Ray dikutip dari YouTube iNews, Jumat (16/5/2025), dilansir Tribunnews.com.

Ray mengakui bahwa Jokowi yang membuka peluang ikut berkontestasi dalam pemilihan Ketua Umum PSI bukan untuk kepentingan dirinya semata.

Namun, sambungnya, hal tersebut dilakukan agar Jokowi bisa berkuasa secara politik melalui keluarganya.

Diketahui, ada tiga anggota keluarga Jokowi yang berkecimpung di dunia politik, seperti putra sulungnya, Gibran Rakabuming Raka, yang kini menjadi Wakil Presiden RI.

Lalu, ada menantunya yakni Bobby Nasution yang tengah menjabat sebagai Gubernur Sumatera Utara (Sumut).

Serta, putra bungsunya yakni Kaesang Pangarep sebagai Ketua Umum PSI saat ini.

"Dengan ada partai, itu bisa di-setting semua itu untuk kepentingan politik itu semua," tuturnya.

"Kalau Anda mau menjadi ketua partai dan sekaligus menjadi negarawan, itu dalam tradisi Indonesia tidak terlalu dikenal tuh. Kalau mau ingin rebutan jadi ketua partai karena dia ingin berkuasa," jelas Ray.

Ray mengatakan jika Jokowi masih memiliki ambisi untuk berkuasa dan tidak memiliki partai, maka tujuannya tak tercapai.

Selain itu, dalam Pemilu 2029 mendatang, negoasiasi seperti berkoalisi dengan partai lain juga akan sulit dilakukan jika ingin mencalonkan keluarganya.

"Kalau Pak Jokowi nyetting ini, nyetting itu, basisnya nggak kelihatan. Yang kedua, di pasar pemilu, negosiasinya akan lemah karena orang melihatnya kehilangan relevansi," jelas Ray.

(Tribunnews.com/Rizki A./Yohanes Liestyo Poerwoto/Jayanti TriUtami)

 

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved