Senin, 29 September 2025

Publik Khawatir WNI Jadi Kelinci Percobaan Vaksin Bill Gates, Peneliti Nasional: Proses Uji Ketat

Program uji klinis vaksin TBC yang disponsori The Gates Foundation belakangan kecurigaan publik. 

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
capture zoom meeting
Dokter Spesialis Paru sekaligus Ketua Satgas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Dr. dr. Erlina Burhan, Sp.P(K)., dalam virtual media briefing bertajuk 'Update Kasus Covid dan Cacar Monyet dari PB IDI', Jumat (26/8/2022). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Program uji klinis vaksin TBC yang disponsori The Gates Foundation belakangan kecurigaan publik. 

Beragam isu mengenai teori konspirasi, bermunculan soal risiko dan dampak kesehatan yang mungkin dialami para pesertanya. 

Salah satu isu konspirasi perihal pelaksanaan program vaksin TBC tersebut di media sosial, adalah Warga Indonesia menjadi "kelinci percobaan". 

Terkait hal ini, peneliti utama nasional kandidat vaksin tuberkulosis M72/AS01E, Profesor Erlina Burhan beri tanggapan. 

Baca juga: Peneliti Nasional Bantah Isu Konspirasi Uji Klinik Vaksin TBC M72 untuk Bunuh Masyarakat Indonesia

Menurutnya masyarakat tidak boleh sembarangan dan harus berhati-hati dalam menggunakan istilah kelinci percobaan. 

"Nah harus hati-hati nih ya dengan istilah kelinci percobaan," ungkapnya dalam video yang diunggah di Instagram Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Selasa (11/5/2025). 

Erlina menegaskan jika penelitian vaksin ini sudah memiliki aturan yang ketat. 

Ada beberapa tahapan yang perlu dilakukan dalam proses uji vaksin. 

Vaksin TBC yang kebetulan disponsori oleh Gates Foundation ini tidak langsung diujikan pada manusia. 

Pada tahap pertama, uji coba dilakukan secara in vitro, yaitu pengujian atau penelitian yang dilakukan di luar organisme hidup.

Uji coba ini dilakukan di dalam laboratorium, seperti di tabung reaksi atau cawan petri. 

Kemudian penelitian berlanjut pada hewan untuk melihat efektivitas dan juga keamanannya.

"Pada hewan itu sampai 10 tahun loh diteliti. Barulah di tahun 2006 itu terbukti pada hewan cukup efektif dan juga aman," imbuhnya. 

Setelah lulus di percobaan hewan, maka uji klinis dilakukan pada manusia. 

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan