Selasa, 7 Oktober 2025

Indonesia Bisa Belajar dari Jepang dan Singapura dalam Membangun Infrastruktur Ramah Disabilitas

Jepang memiliki fasilitas ramah disabilitas seperti travelator kecil yang dipasang di tangga stasiun kereta api

Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Erik S
Istimewa
ARSITEK - Arsitek penyandang disabilitas pengguna kursi roda, Christie Damayanti, dalam workshop bertajuk TransNusa Ramah Disabilitas yang digelar di Terminal 3 Bandar Udara Soekarno-Hatta (T3 Bandara Soetta), Tangerang Banten, Jakarta, Senin (14/4/2025). Indonesia memiliki potensi besar untuk meningkatkan aksesibilitas bagi penyandang disabilitas dengan meniru praktik terbaik dari negara seperti Jepang dan Singapura 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia memiliki potensi besar meningkatkan aksesibilitas bagi penyandang disabilitas dengan meniru praktik terbaik dari negara seperti Jepang dan Singapura.

Hal ini disampaikan oleh arsitek penyandang disabilitas pengguna kursi roda, Christie Damayanti, dalam workshop bertajuk TransNusa Ramah Disabilitas yang digelar di Terminal 3 Bandar Udara Soekarno-Hatta (T3 Bandara Soetta), Tangerang Banten, Jakarta, Senin (14/4/2025).

Christie, yang juga dikenal sebagai blogger dan advokat aksesibilitas, menyoroti bagaimana Jepang telah menjadi panutan dalam menyediakan fasilitas ramah disabilitas.

Baca juga: Jelajah 3 Masjid Ikonik Jakarta, Salah Satunya Didirikan untuk Kantor Biro Arsitek Belanda

"Jepang, khususnya, memberi perhatian luar biasa kepada penyandang disabilitas," ujarnya. 

Ia mencontohkan fasilitas seperti travelator kecil yang dipasang di tangga stasiun kereta api di Jepang.

Alat ini dirancang khusus untuk memudahkan penyandang disabilitas pengguna kursi roda naik dan turun antarlantai dengan aman.

Selain itu, lanjut Christie, Jepang juga menyediakan ramp dan pegangan besi yang hampir ada di setiap sudut fasilitas umum.

Ramp ini tidak hanya memudahkan pengguna kursi roda, tetapi juga membantu penyandang disabilitas lain, seperti mereka yang memiliki gangguan mobilitas.

Bagi penyandang disabilitas netra, Jepang memiliki guiding block berwarna kuning yang terpasang rapi di trotoar, stasiun, dan gedung-gedung publik.

"Di Terminal Bus Shinjuku, misalnya, penanda untuk penyandang disabilitas dibuat dengan warna mencolok sehingga mudah dikenali," tambah Christie, yang juga arsitek di balik desain megah Central Park di Jakarta Barat.

Tak hanya Jepang, Singapura juga menjadi contoh sukses dalam menciptakan lingkungan inklusif.

Christie menjelaskan bahwa di Singapura, sistem transportasi publik seperti MRT dan bus telah dirancang dengan aksesibilitas tinggi.

Baca juga: Arsitek Rencana Para Jenderal IDF: Ada 3 Kesalahan yang Bikin Israel Gagal Total di Gaza

"Semua stasiun MRT di Singapura dilengkapi lift, jalur landai, dan toilet ramah disabilitas. Bahkan, halte bus memiliki desain khusus agar penyandang disabilitas bisa naik-turun dengan mudah," ungkapnya.

Ia juga memuji pendekatan Singapura dalam melibatkan komunitas disabilitas sejak tahap perencanaan infrastruktur, sehingga kebutuhan mereka benar-benar terpenuhi.

Namun, Christie menegaskan bahwa membangun fasilitas ramah disabilitas bukan sekadar soal teknologi atau infrastruktur, melainkan juga tentang filosofi desain yang inklusif.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved