Sabtu, 4 Oktober 2025

Guru Besar LSPR Institute: Indonesia Belum Miliki Model Komunikasi Politik yang Jelas

Lely menyampaikan orasi Ilmiah berjudul "Komunikasi Politik Tanpa Model: Tantangan Menemukan Model Komunikasi Politik Khas Indonesia Menuju 2045”. 

Dok Pribadi
KOMUNIKASI POLITIK - Guru Besar Bidang Komunikasi LSPR Institute, Prof. Dr. Lely Arrianie, mengatakan bahwa Indonesia mengalami ketiadaan model komunikasi politik. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Guru Besar LSPR Institute of Communication and Business (LSPR Institute), Prof. Dr. Lely Arrianie, mengatakan bahwa Indonesia mengalami ketiadaan model komunikasi politik.

Dirinya menilai Indonesia belum memiliki model komunikasi politik yang jelas. 

"Indonesia belum memiliki model komunikasi politik yang jelas, kalaupun ada, kita bisa sebut sebagai model komunikasi politik yang tidak ada model. Kondisi ini berdasarkan dinamika panggung politik sejak reformasi hingga saat ini," kata Lely melalui keterangan tertulis, Sabtu (12/4/2025).

Hal ini disampaikan Lely pada pengukuhan dirinya sebagai Guru Besar Bidang Komunikasi oleh LSPR Institute of Communication and Business (LSPR Institute). 

Lely menyampaikan orasi Ilmiah berjudul "Komunikasi Politik Tanpa Model: Tantangan Menemukan Model Komunikasi Politik Khas Indonesia Menuju 2045”. 

Menurut hasil penelitiannya, terjadi pergeseran komunikasi politik dari yang bersifat santun dan seragam ke arah komunikasi politik yang mengabaikan etika dan budaya politik.

Lely menjelaskan dengan ketiadaan model komunikasi politik maka semua pilar demokrasi eksekutif, legislatif, dan yudikatif lebih didominasi oleh gaya atau pola komunikasi politik.

Dia menjelaskan bahwa komunikasi politik yang berlangsung saat ini tidak lagi linear, tetapi bergerak ke arah yang lebih konvergen, sirkular, bahkan lebih transaksional yang ditandai dengan praktik negosiasi yang intens. 

"Padahal komunikasi politik adalah tentang pertukaran pesan politik bukan lagi penyampaian pesan yang membuat panggung politik lebih kaya impression management," katanya. 

Lely juga melihat para komunikator politik lebih mengutamakan kepentingan individu. 

Sementara yang diperlukan adalah sebuah model komunikasi politik yang mengedepankan etika, moral, keadilan dan tanggung jawab.

Meski demikian, Prof. Lely optimistis proses komunikasi politik Indonesia sedang berjalan ke arah yang lebih baik, meskipun sampai saat ini Indonesia belum memiliki acuan model politik.

"Komunikasi politik juga berbicara tentang kepemimpinan politik, yang mana dalam kepemimpinan koordinasi, hendaknya bisa menjadi pembicara politik ala motivator yang mengunggah dan membangun kehidupan yang lebih baik," katanya.

"Meski dapat dikatakan tidak memiliki model komunikasi politik, namun saya optimistis proses politik yang terjadi akan menciptakan komunikasi model politik. Sehingga dapat menjadi acuan praktik komunikasi politik yang berbudaya, dan bertanggung jawab," tambahnya. 

Acara pengukuhan tersebut berlangsung di Auditorium LSPR Institute di Jakarta, Jumat yang dihadiri sejumlah pejabat tinggi negara seperti Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT), Yandri Susanto, SPt. M.Pd, Gubernur Lemhannas RI, Dr. H. TB. Ace Hasan Syadzily, M.Si, Gubernur dDr. Pramono Anung Wibowo, M.Si. serta 43 Guru Besar dan Dosen S3 lainnya.

"Kita tahu, dunia komunikasi saat ini sedang menghadapi banyak tantangan: disinformasi, polarisasi media, krisis kepercayaan publik, kecanduan algoritma digital, dan budaya viral yang seringkali menenggelamkan nilai substansi," kata Prita Kemal Gani.
 
Sementara itu, Rektor LSPR Institute, Dr. Andre Ikhsano, M.Si menegaskan LSPR Institute saat ini semakin menunjukkan keseriusan dalam dunia akademis. 

"Orasi menunjukkan pentingnya komunikasi politik bagi setiap aktor politik agar menciptakan sebuah gaya, pola dan model komunikasi yang menunjukkan kekhasan Indonesia," pungkasnya. 

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved