Minggu, 5 Oktober 2025

Lebaran 2025

4 Khutbah Idul Fitri 2025 Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa yang Menyentuh Hati

Simak naskah khutbah Idul Fitri 2025 dalam bahasa Indonesia dan bahasa Jawa yang menyentuh hati dalam berbagai tema sebagai referensi.

Penulis: Sri Juliati
Canva/Tribunnews
GRAFIK KHUTBAH LEBARAN - Grafis khutbah Idul Fitri yang dibuat di aplikasi Canva, Rabu (26/3/2025). Simak naskah khutbah Idul Fitri 2025 dalam bahasa Indonesia dan bahasa Jawa yang menyentuh hati dalam berbagai tema sebagai referensi. 

Hadis Nabi tersebut mengajarkan agar kita menjadi sumber kedamaian dan menegakkan perdamaian; mengajarkan kita memperhatikan nasib para fuqara’ dan masakin serta orang-orang yang sedang menderita pada umumnya; mengajarkan kita untuk menyayangi sesama, dan tidak menunjukkan permusuhan; mengajarkan kita untuk mendekatkan diri kepada Allah di keheningan malam. 

Islam sesungguhnya adalah agama kemanusiaan yang menjunjung tinggi kehormatan dan kemuliaan manusia.

Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah SWT semenjak Nabi Adam AS sampai dengan Nabi Muhammad SAW

ان الدين عند الله الإسلام

untuk kemaslahatan di dunia dan akhirat. Islam adalah agama unggul

الإسلام يعلو و لايعلى عليه

Islam adalah agama yang mengajarkan kemajuan dalam seluruh aspek kehidupan manusia. Kalau kita memahami ajaran Islam dengan benar dan mengamalkannya dengan sungguh-sungguh, maka umat Islam akan menjadi umat yang maju. Kalau masih terbelakang, berarti ada yang salah dalam memahami dan mengamalkan Islam. 

Karena itu, mari kita terus belajar dan berjuang untuk mewujudkan ajaran Islam sehingga menjadi rahmat bagi dunia seisinya. Allah juga telah menitahkan bahwa umat Islam adalah umat terbaik yang telah diciptakan bagi seluruh manusia

كنتم خير امة أخرجت للناس

Dan demikian juga Allah menjadikannya sebagai ummat yang terbaik, teradil, untuk menjadi bukti kebenaran dan keunggulan Islam bagi seluruh umat manusia

و كذالك جعلناكم امة وسطا لتكونوا شهداء على الناس ويكون الرسول عليكم شهيدا

Dengan kualitas umat yang unggul, maka Allah memberikan mandat kepada kita untuk mengatur kehidupan di muka bumi ini supaya dunia menjadi aman dan damai. Umat Islam harus aktif dalam perjuangan mewujudkan keadilan dan kemakmuran. Allah berfirman

ثم جعلناكم خلائف في الأرض من بعدهم لننظر كيف تعملون

Allah akan menagih apa yang kita lakukan selama hidup ini. Dengan peran sebagai khalifah di muka bumi, maka akan terlahir masyarakat dan negara yang baik. “Walau anna ahlal qura amanu wa ttaqau lafatahna alaihim barakatin minas samawati wal arrdl, wa lakin kadzdzabu faakhadznahum bima kanu yaksibun.”

Seandainya suatu bangsa itu beriman dan bertaqwa, pasti akan Kami bukakan pintu barakah dari langit dan bumi.” 

Sebaliknya, “Walakin kazzabu fa akhadzna hum bima kanu yaksibun.” Tetapi karena mereka mendustakan, maka Kami hukum akibat dari apa yang mereka lakukan.” 

Karena itu, umat Islam memiliki kewajiban dan tanggung jawab atas pengelolaan masyarakat dan negara atas landasan iman dan takwa, atas landasan budi luhur, dan menentang pengelolaan yang kotor, korup, dhalim, karena akan menyebabkan hilangnya berkah.

Kekayaan negara tidak akan membuahkan berkah bagi rakyat tetapi bahkan melahirkan penderitaan jika dilola dengan hawa nafsu dan keserakahan, tidak dilola dengan semangat akhlakul karimah agar mendapatkan ridla Allah SWT.

اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ 

Kita bersyukur bahwa jumlah Islam mengalami perkembangan yang paling cepat dibanding pemeluk agama lain. Nabi Muhammad SAW pernah mengatakan bahwa beliau akan bangga dengan umatnya yang banyak.

Umat Islam adalah umat yang paling cepat berkembang sehingga pada 2050 nanti atau sekitar 25 tahun lagi, umat Islam akan menjadi umat terbesar dibandingkan dengan umat agama lain.

Ini suatu hal yang menggembirakan. Namun demikian, dengan jumlah besar tanpa dibanrengi kualitas, umat Islam akan menjadi umat yang terombang-ambing karena dikendalikan oleh minoritas yang kuat. Karena itu, tidak ada pilihan kecuali kita berjuang untuk meningkatkan kualitas umat Islam agar bisa berperan dalam menentukan arah kehidupan global.

Dengan kualitas yang baik dan ukhuwah yang kuat, insya Allah umat Islam akan berjaya. Jika kejayaan ini pernah terjadi di masa lampau pada masa keemasan Islam, maka tidak mustahil itu akan terjadi di masa-masa mendatang. Ini tergantung pada kesungguhan kita menghadirkan kembali masa keemasan itu.

Islamofobia (ketakutan terhadap Islam) masih terjadi sampai sekarang, bisa jadi karena pertumbuhan umat Islam yang luar biasa sehingga dipandang sebagai ancaman, tetapi juga bisa karena mereka tidak memehami Islam. Mereka memandang Islam agama teroris, radikal, dan terbelakang.

Dalam situasi seperti itu, maka umat Islam harus menunjukkan kepada dunia bahwa Islam adalah agama yang cinta damai dan keadilan. Islam adalah rahmat bagi semua manusia. Islam adalah agama yang mencerahkan, menuntun manusia dari alam kegelapan menuju alam terang benderang. 

اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

Dalam suasana ‘idul Fithri ini marilah kita saling memaafkan, saling mendoakan agar semua amal ibadah kita diterima oleh Allah SWT.

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ

يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلاَلِ وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ

. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.  اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. اَللَّهُمَّ افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَّا بِالْحَقِّ وَاَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يِوْمِ الدِّيْنِ.

Sumber: suaramuhammadiyah.id

2. Membuka Rezeki dengan Bersyukur

بِسْمِ الله الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

الله أكبر الله أكبر الله أكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَّأَصِيْلاً لآإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَه، صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّجُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ لآإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنُ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْمُنَافِقُوْنَ. الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ جَعَلَ رَمَضَانَ شَهْرُ الصِّيَامِ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَجَعَلَ عِيْدَ الْفِطْرِ ضِيَافَةً لِلصَّائِمِيْنَ وَفَرْحَةً لِلْمُتَّقِيْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لآإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ  مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَادِقُ الْوَعْدِ الأَمِيْن، اللهم فَصَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلهِ وَأَصْحَابِ الْكِرَامِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا، أَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْن.

Jemaah Sholat Idul Fihtri rahimakumullah

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah swt. Mengapa kita harus bersyukur? karena banyak sekali kreasi, prestasi, dan reputasi yang kita perbuat, semua ini tidak lain adalah semata-mata merupakan pertolongan dari Allah swt.

Kedua kalinya dan shalawat serta salam terucap untuk baginda Nabi Muhammad saw sebagai pembawa risalah yang menunjukkan antara yang haq dan yang bathil.

Ketiga kalinya khatib berwasiat kepada diri khatib sendiri khususnya dan berwasiat kepada hadirin yang hadir pada umumnya, marilah kita tingkatkan kualitas keimanan kita kepada Allah dengan cara menjalankan segala yang diperintahkan dan menjauhi segala larangan Allah, diharapkan dengan jalan taqwa tersebut dapat membawa kita kepada kebahagiaan yang abadi. Amin ya rabbal ‘alamin.

Jemaah Sholat Idul Fihtri rahimakumullah

Kalau kita mau merenung sejenak maka kita akan mendapati diri kita ini adalah termasuk orang-orang yang pandai meminta tetapi tidak pandai untuk bersyukur. Hampir setiap kita selesai melaksanakan sholat, kita berdoa memohon agar kehidupan ini di jadikan menjadi kehidupan yang baik di dunia dan di akhirat tetapi kita tidak pernah prihatin dengan cara kita memanfaatkan karunia yang telah diberikan kepada kita.

Imam Ghazali pernah menyebutkan dalam kitabnya minhajul abidin bahwa orang yang bersyukur adalah bagaikan orang yang memberi makanan kepada hewan (burung) piaraan dalam sangkar, jika hewan tersebut diberi makan yang cukup dan diberi jodoh maka hewan tersebut akan bertambah banyak, paling tidak mungkin demikianlah pesan yang dapat diambil dari al-Qur’an yang berbunyi:

فمن يشكر فإنما يشكر لنفسه ومن كفر فإن الله غني حميـد

Barang siapa yang bersyukur kepada Allah maka sama halnya ia bersyukur kepada dirinya dan barang siapa yang kufur maka sesungguhnya Allah maha kaya ( Qs. Luqman (32)  : 12)

Dari ayat di atas betapa manusia teramat dhalim terhadap drinya sendiri dimana ia menghabiskan nikmat tetapi tidak mau bersyukur kepada sang pemberi nikmat. Sepintas yang seperti yang dikatakan oleh Imam Nawawi yang disebutkan dalam kita Nuru adh-dhalam adalahs ebagai berikut :

الشكر هو تصرف العبد بما أنعم به

Menggunakan nikmat yang telah diberikan kepada kita atas dasar yang dikehendaki oleh yang memberi nikmat

Jemaah Sholat Idul Fihtri rahimakumullah

Syukur artinya : membuka atau menampakkan. Kebalikannya adalah kafir artinya menyembunyikan atau menutupi.

Ada 4 makna syukur [1] : pertama, pujian karena adanya kebaikan yang dperoleh, rasa ridho dan puas dengan sedikit sekalipun. Kedua, penuh dan lebat. 
Ketiga, sesuatu yang tumbh di tangkai pohon pernikahan atau alat kelamin, karena pernikahan akan lahir anak-anak. Jadi hakikat syukur adalah  menampakkan nikmat antara lain menggunakannya pada tempatnya serta sesuai dengan yang dikehendaki oleh pemberinya; sekaligus menyebut-nyebut pemberinya dengan baik.

Dari definisi di atas, berarti kita harus mendistribusikan segala bentuk pemberian untuk mencari ridha-Nya semata-mata. Itulah inti dari tata cara bersyukur, jika kita dikarunia kedamaian maka kita upayakan perdamaian tersebut, kita diberi kemampuan untuk menolong orang lain maka hendaknya kita tolong orang tersebut dan seterusnya. 

Bagi orang yang tidak bisa mensyukuri nikmat Allah maka menyebabkan terjerembab ke dalam jurang keserakahan, malah menanamkan kebencian beru dalam perjalanan hidupnya, karena orang yang tidak bisa bersyukur akan terus-menerus merasa kekurangan dan kekurangan membuat keresahan dalam hati, keresahan akan membuahkan ketersiksaan, dan berlanjut tidak adanya kepuasan dengan apa yang diperoleh, dari sini manusia mulai kehilangan keseimbangan kontrol kepada dirinya, dan jika demikian ini berlanjut, maka akan menyebabkan kerusakan dan perusakan termasuk kerusakan moral. 
Pada kesimpulan akhirnya orang yang tidak pandai bersyukur dapat merusak moral itu sendiri dan akan muncul sifat serakah  dalam dirinya.

Jemaah Sholat Idul Fihtri rahimakumullah

Orang yang mendapatkan nikmat tetapi tidak pandai bersyukur akan menjadi bumerang bagi dirinya sendiri, dan masyarakat sekitarnya. Mudah-mudahan kita tidak termasuk orang yang demikian, amin ya rabbal ‘alamin.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan orang itu terjerumus ke dalam keserakan dan kehilangan ketenangan bathin dalam menjalani kehidupan ini.

Pertama, ibadah yang dilakukan tidak seimbang dengan waktu yang dipakai untuk beribadah kepada Allah, sehingga kreasi yang tercipta selalu menjadi bahan untuk bermegah-megahan kepada manusia yang lain, dan tanpa disadari sedikit-demi sedikit akan menimbulkan antipati dari masyarakat lain karena kesombongan dan keberhasilannya itu. 

Perasaan yang demikian akhirnya akan menimbulkan keresahan sifat egois, dan tidak manusiawi dalam memperlakukan orang lain, jika telah tertanam ketidakadilan maka orang yang demikian ini akan berakibat perpecahan dan keretakan jalinan hubungan sosial dalam sebuah masyarakat.

Kedua, pendapatan yang diperoleh tidak seimbang dengan sedekah dikeluarkan, dalam kondisi yang demikian ini, semakin banyak nikmat yang diperoleh semakin kikir pula terhadap tetangga, dan semakin banyak harta yang yang didapat maka semakin sombong pula suasana ruang batinnya, karena dia menyangka bahwa itu hanyalah semata-mata dari hasil rekayasanya sendiri.

Orang yang seperti ini tidak pernah mengira kalau keberhasilan yang ia capai ada campur tangan dari karunia Allah swt, dan melalui tangannya rizki orang-orang tak mampu dilewatkan melalui usahanya itu. 

Ia akan haus dan selalu berburu harta dalam hidupnya tanpa memperdulikan tetangga yang merengek-rengek minta dikasihani dan serba kekurangan dalam kesehariannya. 

Anjuran agama untuk menolong orang lain tidak pernah hinggap dalam pendengaran mereka, telinga tidak mempunyai fungsi untuk mendengarkan nasehat keagamaan.

Ketiga, bertambahnya ilmu tidak diiringi dengan bertambahnya kasih sayang terhadap sesama, akibatnya semakin banyak kemampuan yang didapat, maka semakin pandai pula dalam berbuat culas, curang, dan menipu terhadap orang-orang yang tingkat keilmuannya masih di bawah level-nya, dengan kepandaiannya semakin lincah mempermainkan hukum, dengan kepandaiannya, semakin pandai pula cara memakan harta orang lain, tetangga atau negara. 

Hal ini, terbukti dengan munculnya sederet nama-nama koruptor ulung di negara kita ini, bukan dari kalangan orang-orang yang bodoh, tetapi mereka muncul dari orang-orang yang benar-benar memahami peta perpolitikan dan peta perekonomian bangsa, sehingga rakyat menjerit dan meronta untuk berunjuk rasa agar mereka diberi hukuman yang setimpal dengan kesalahan yang mereka perbuat.

Namun acap kali kepandaiannya itu dipakai untuk melepaskan diri dari jeratan hukum yang akan menimpanya.

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ ءَاذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ.

Artinya:

“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (Al A’raf: 179)”

Karakter orang yang serakah selalu merasa kurang dengan apa yang diberikan oleh Allah dari hasil usahanya dan disertai dengan perasaan menuntut kepada sang pemberi nikmat ia tidak pernah puas dengan hasil usahanya dan dalam pikirannya tidak ada perasaan qana’ah sama sekali, jiwa yang demikian ini bagaikan banjir yang tidak pernah puas dengan kiriman airnya, bagaikan api yang tidak pernah puas dengan kayu bakarnya dan bagaikan matahari yang tidak pernah puas dengan sinarnya. Karena memang pada dasarnya keserakahan adalah tumbuh dari ‘hati’ yang sakit.

Jemaah Sholat Idul Fihtri rahimakumullah

Keinginan ‘ini’ dan ‘itu’ hendaknya dijadikan sebagai motivasi saja, tidak harus dijadikan sebagai hasil seutuhnya. Tidak ada salahnya menggantungkan harapan setinggi langit, tetapi harus selalu dalam kesadaran penuh bahwa manusia mempunyai keterbatasan-keterbatasan dan mempunyai tanggung jawab untuk memlihara terciptanya keserasian dalam kehidupan ini, tidaklah karena cita-cita kemudian harus ada yang dikorbankan sungguh biadab jika yang terjadi adalah demikian.

Dari mimbar yang suci ini khatib mengajak kepada diri khatib sendiri dan kepada segenap lapisan masyarakat marilah kita bersama-sama mensyukuri nikmat yang telah diberikan oleh Allah ini.

Rasa aman adalah bagian dari nikmat, lihatlah saudara muslim kita di Palestina, di Suriah, mereka menderita secara fisik dan mental. Kita di sini bebas beribadah tanpa gangguan dari siapapun.

Rasa sehat, yang kita nikmati bagian dari karunia Allah, betapa banyak saudara-saudara kita yang masih terbaring di rumah sakit. Maka jangan sia-siakan nikmat ini. Marilah kita meningkatkan diri untuk menjadi muslim yang berkualitas dan berkarakter.

Manfaat Bersyukur

Jika dilihat dari perspektif psikologi orang mengeluh adalah sebagai pertanda bahwa orang yang bersangkutan sedang menderita sakit. Orang yang banyak mengeluh, suka menghujat, meratapi nasibnya, mereka itu adalah terkena gangguan mental. 

Sebaliknya, orang yang banyak bersyukur adalah pertanda yang bersangkutan sedang dalam keadaan sehat. Karena itulah Islam, menganjurkan agar selalu bersyukur, karena orang yang bisa bersyukur hanyalah bisa dilakukan oleh orang yang sehat ruhaninya.

Orang yang mampu bersyukur ternyata memang tidak banyak jumlahnya. Al Qur’an menjelaskan dalam surat Saba’ ayat 13 yang arti nya……….dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang berterima kasih (Qs. Saba’ : 13)

Orang yang berkedudukan tinggi, berpangkat, dan memiliki kekayaan dan fasilitas hidup yang melimpah belum tentu berhasil mensyukuri apa yang telah dimilikinya. Juga tidak menjamin bahwa orang yang berpendidikan tinggi lebih pintar bersyukur daripada mereka yang berpendidikan rendah. 

Pandai bersyukur tidak selalu dimiliki oleh mereka yang berhasil menumpuk harta dan mereka yang berpendidikan tinggi, bahkan anehnya justru sebaliknya. Orang yang hanya memiliki beberapa lembar kain, tempat tinggal sederhana dan persediaan makanan yang jumlahnya terbatas, justru mereka bisa bersyukur.

Orang yang pandai bersyukur tidak selalu didominasi oleh mereka yang bertempat tinggal di rumah mewah, atau bergelar dan berjabatan tinggi. Orang yang bersyukur bisa jadi sedang menempati rumah sederhana, kamar kecil dan tidur dengan alasan seadanya. 

Bersyukur bukan pekerjaan yang mudah. Dikatakan dalam kitab suci al Qur’an hanya sedikit orang yang bisa bersyukur, qolilum minasyakirien. Orang yang pandai bersyukur adalah orang-orang yang dipandang mulia di hadapan Allah. 

Untuk meraihnya tidak ada lembaga pendidikan yang mampu melatihnya. Tidak ada lembaga pendidikan yang menjanjikan para lulusannya akan menjadi orang yang pandai bersyukur.

Banyak orang telah membaca ayat al Qur’an tentang faedah bersyukur. Bahwa hanya orang-orang yang mampu bersyukur sajalah yang akan ditambah nikmatnya dan bahkan bagi mereka yang kufur nikmat, diancam oleh Allah dengan adzab yang pedih. Bangsa Indonesia ini ditakdirkan oleh Allah hidup di bumi yang sangat indah. 

Tanahnya subur, berbukit dan bergunung-gunung, lautan dan samudra yang luas, aneka tambang apa saja tersedia di bumi nusantara ini. Tetapi, nikmat ini seringkali terlupakan. Tatkala sedang berada dan berpijak di bumi yang indah ini, justru melihat keindahan negeri lain. Maka dipujilah negeri lain, dan sebaliknya, dilihat sebelah mata negeri sendiri yang sesungguhnya indah ini.

Akhir-akhir ini terasa sekali. Orang bersyukur semakin langka. Suara-suara mengeluh, menyesal dan menyalahkan pihak-pihak lain selalu menghiasi kehidupan sehari-hari. Akibatnya kehidupan, lingkungan, dan nikmat yang banyak, masih dirasa terbatas, atau sedikit. 

Perasaan seperti itu menjadikan malas untuk berbagi dengan sesama. Bahkan apa saja menjadi diperebutkan. Siapa yang kuat, merekalah yang menang. Kehidupan manusia, akhirnya bagaikan kehidupan binatang. Tidak mempeduli yang lain. Melihat orang lain yang menderita karena kekurangan, sudah tidak melahirkan perasaan apa-apa, apalagi tumbuh niat membantu. 

Kehidupan manusia menyerupai kehidupan laba-laba, sejak keluar dari telur induknya sudah berebut dan saling memusnahkan. Yang lain dianggap membahayakan, karena akan mengurangi bagian yang seharausnya akan diterima dan dikuasainya sendiri. Ini terjadi, karena miskin rasa syukur itu. Padahal dengan mengembangkan sifat kufur nikmat itu, justru kehidupan semakin terasa sesak dan apa saja yang diperoleh menjadi tidak bermakna.

Ilmuwan meneliti peran sikap bersyukur atau berterima kasih. Bersyukur, selain menyehatkan jiwa-raga,  juga mendorong terjalin dan terbinanya persahabatan antar manusia.

Sikap berterima kasih atau bersyukur mendorong terjalin dan terbinanya persahabatan antar manusia. Inilah kesimpulan S.B. Alqoe dkk. asal University of Virginia, Amerika Serikat (AS). Hasil penelitiannya dimuat di jurnal ilmiah Emotion, edisi Juni 2008 dengan judul “Beyond reciprocity: gratitude and relationships in everyday life” (Lebih dari sekedar hubungan timbal balik: sikap bersyukur dan persahabatan dalam hidup keseharian).

Dalam karya ilmiah itu para ilmuwan meneliti peran sikap bersyukur atau berterima kasih yang muncul secara alamiah dalam perkumpulan mahasiswa di perguruan tinggi selama acara “pekan pemberian hadiah” dari anggota lama kepada anggota baru. Para anggota baru mencatat tanggapan atas manfaat yang mereka dapatkan selama pekan tersebut.

Di akhir pekan itu, dan satu bulan kemudian, anggota lama dan anggota baru menilai keadaan persahabatan dan hubungan di antara mereka. Kesimpulannya, rasa terima kasih atas pemberian hadiah berpeluang memicu terbentuknya dan terpeliharanya persahabatan di antara mereka.

Aneka manfaat syukur

Selain jalinan persahabatan yang baik, sikap bersyukur kini terbukti secara ilmiah memicu pula aneka manfaat lain. Di antaranya manfaat kesehatan jasmani, ruhani dan kehidupan bermasyarakat yang lebih baik. Tidak heran jika “gratitude research” atau “penelitian tentang sikap bersyukur” menjadi salah satu bidang yang banyak diteliti ilmuwan abad ke-21 ini.

Profesor psikologi asal University of California, Davis, AS, Robert Emmons, sekaligus pakar terkemuka di bidang penelitian “sikap bersyukur”, telah memperlihatkan bahwa dengan setiap hari mencatat rasa syukur atas kebaikan yang diterima, orang menjadi lebih teratur berolah raga, lebih sedikit mengeluhkan gejala penyakit, dan merasa secara keseluruhan hidupnya lebih baik.

Di tahun-tahun berikutnya, profesor Emmons melakukan aneka penelitian yang melibatkan beragam kondisi manusia, termasuk pasien penerima organ cangkok, orang dewasa yang menderita penyakit otot-saraf dan murid kelas lima SD yang sehat. Di semua kelompok manusia ini, hasilnya sama: orang yang memiliki catatan harian tentang ungkapan rasa syukurnya mengalami perbaikan kualitas hidupnya.

Dibandingkan dengan mereka yang suka berkeluh kesah setiap hari, orang yang mencatat daftar alasan yang membuat mereka berterima kasih juga merasa bersikap lebih menyayangi, memaafkan, gembira, bersemangat dan berpengharapan baik mengenai masa depan mereka. 

Di samping itu, keluarga dan rekan mereka melaporkan bahwa kalangan yang bersyukur tersebut tampak lebih bahagia dan lebih menyenangkan ketika bergaul.

Diantara manfaat ini adalah  lebih sedikit mengeluhkan gejala penyakit badan, merasa hidupnya secara keseluruhan lebih baik, dan berpengharapan lebih baik di minggu mendatang. 

Manfaat lain sikap berterima kasih tampak pada keberhasilan dalam mewujudkan cita-cita. Dibandingkan dengan orang-orang yang bersikap sebaliknya, mereka yang senantiasa memiliki daftar ungkapan rasa syukur lebih cenderung mengalami kemajuan dalam pencapaian cita-cita mereka. 

Cita-cita ini dapat berupa prestasi akademis, hubungan antar-sesama dan kondisi kesehatan.

Penelitian lain dilakukan dengan melatih pembiasaan sikap bersyukur setiap hari pada diri sendiri. Kondisi positif seperti: waspada, bersemangat, tabah, penuh perhatian, dan daya hidup pada orang muda dewasa meningkat akibat pembiasaan sikap bersyukur. 

Perbaikan kondisi sebaik ini tidak dijumpai pada orang yang dilatih bersikap menggerutu atau pada orang yang menganggap dirinya lebih sejahtera dibanding orang lain.

اَللّهُمَّ صَلِّى وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَ اَصْحَابِهِ وَمَنْ دَعَا إِلَى اللهِ بِدَعْوَةِ اْلإِسْلاَمِ وَمَنْ تَمَسَّكَ بِسُنَّةِ رَسُوْلِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ بِإِحْسَانٍ اِلى يَوْمِ الدِّيْنِ.

اَللّهُمَّ إِنَّا نَسْتَعِيْنُكَ وَنَسْتَغْفِرُكَ وَلاَ نَكْفُرُكَ وَنُؤْمِنُ بِكَ وَنَخْلَعَ مَنْ يَفْجُرُكَ.

اَللَّهُمَّ إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَلَكَ نُصَلِّى وَنَسْجُدُ وَإِلَيْكَ نَسْعَى وَنَحْفِدُ نَرْجُوْ رَحْمَتَكَ وَنَخْشَى عَذَابَكَ إِنَّ عَذَابَكَ الْجِدَّ بِالْكُفَّارِ مُلْحَقٌ.

اَللَّهُمَّ عَذِّبِ الْكَفَرَةَ الذِّيْنَ يَصُدُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِكَ وَيُكَذِّبُوْنَ رُسُلَكَ وَيُقَاتِلُوْنَ أَوْلِيَاءَكَ.

اَللَّهُمَّ أهْزِمْهُمْ ودَمِّرْهُمْ، وَمَـزِّقْ جَمْعَهُمْ وَشَتِّتْ شَمْلَهُمْ، وَاجْعَلْ تَدْمِيْرَهُمْ فِي تَدْبِيْرِهِمْ.

 اَللَّهُمَّ أهْزِمْ جُيُوْشَ الكُفَّارَ المُسْتَعْمِرِيْنَ، أَمْرِيْكَا وَبِرِيْطَانِيَا وَحُلَفَاءِهَا المَلْعُوْنِيْنَ.

Ya Allah, kami memohon pertolongan-Mu, meminta ampunan-Mu. Sekali-kali kami tidak akan mengkufuri-Mu. Kami sepenuhnya iman kepada-Mu, dan berlepas diri dari siapapun yang durhaka kepada-Mu.

Ya Allah, hanya kepada-Mulah kami mengabdi, beribadah dan sujud. Kepada-Mulah kami berlari dan menuju. Kami mendambakan rahmat-Mu, dan takut akan adzab-Mu. Sesungguhnya adzab-Mu yang sungguh-sungguh ditimpakan kepada kaum Kufar itu juga pasti akan ditimpakan kepada yang lain.

Ya Allah, adzablah orang-orang Kafir yang telah menghalangi jalan-Mu, mendustakan para rasul-Mu, dan membunuhi para pembela-Mu.

Ya Allah, kalahkanlah mereka, hancurkanlah mereka, cerai-beraikanlah persatuan mereka, dan porak-porandakanlah kesatuan mereka. Jadikanlah rencana jahat mereka itu sebagai pembawa kehancuran mereka.

اَللَّهُمَّ مَلِكَ الْمُلْكِ تُعْطِي المُلْكَ مَنْ تَشَاءُ، وَتَنْزِعُ المُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ، وتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ، بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ.

اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ دَوْلَةَ الْخِلاَفَةَ الرَّاشِدَةَ عَلَى مِنْهَاجِ نَبِيِّكَ، تُعِزُّ بِهَا دِيْنَكَ وَتُذِلُّ بِهَا الكُفْرَ وَطُغْيَانَهُ.

اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا وَانْصُرْ إِخْوَانَنَا وَانْصُرْ مَنْ يَنْصُرُنَا وَاجْعَلْنَا وَإِيَّاهُمْ مِنَ الْعَامِلِيْنَ المُخْلِصِيْنَ لإقَامَةِ شَرِيْعَتِكَ وَالخِلاَفَةِ الرَّاشِدَةِ عَلَى مِنْهَاجِ نَبِيِّكَ، بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ وَيَاخَيْرَ النَّاصِرِيْنَ.

Ya Allah, Maha Raja diraja, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa saja yang Engkau kehendaki, Engkau ambil kekuasaan dari siapa pun yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapasaja yang Engkau kehendaki, dan Engkau hinadinakan siapa saja yang Engkau kehendaki. Di dalam genggaman-Mulah seluruh kebaikan. Karena Engkaulah Dzat yang Maha Kuasa atas segalanya.

Ya Allah, kami memohon kepada-Mu negara Khilafah Rasyidah yang mengikuti sunnah Nabi-Mu. Dengannya Engkau muliakan agama-Mu, dan Engkau hinakan kekufuran dan seluruh anteknya.

Ya Allah, tolonglah kami; tolonglah saudara-saudara kami; tolonglah siapasaja yang menolong kami. Jadikanlah kami dan mereka sebagai para pejuang yang ikhlas untuk menegakkan syariah-Mu, dan Khilafah Rasyidah yang mengikuti sunnah Nabi-Mu. Dengan rahmat-Mu, duhai Dzat yang Maha Pengasih, duhai Sebaik-baik Penolong.

وصَلِّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ، وَأَخِيْرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Khutbah Idul Fitri 2025 Bahasa Jawa

3. Idul Fitri: Makna Sejati Kemenangan Lan Kendali Hawa Nafsu

اَللهُ اَكْبَرْ (×٧) اَللهُ اَكْبَرْ مَا هَبَّتْ نَسَائِمُ اْلاَفْرَاحِ بِالتَّهَانِى وَالسُّرُوْرِ, وَاَقْبَلَتْ بَشَائِرُ اْلا َعْيَادِ بِالتَّدَانِى وَاْلحُبُّوْرِ, وَتَعَطَّرَتِ اْلاَفْوَاهُ كَمَا يَنْبَغِى اَنْ يُحْمَدَ رَبُّنَا وَيُشْكَرَ. اَللهُ اَكْبَرْ, مَاسَجَعَتْ وُرْقُ اْلمُؤَذِّنِيْنَ فَوْقَ اْلمَنَائِرِ. وَغَرَّدَتْ بَلاَبِلُ اْلخُطَبَاءِ فَوْقَ اَعْوَادِ اْلمَنَابِرِ. وَنُشِرَتْ فِى هَذَا اْليَوْمِ اَعْلاَمُ التَّكْبِيْرِ وَالذِّكْرِ, وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ.
اَللهُ اَكْبَرْ, مَا تَزَيَّنَ الْمُسْلِمُوْنَ بِجَمِيْلِ الثِّيَابِ وَخَرَجُوا يَمْشُوْنَ اِلَى اْلمَسَاجِدِ وَالصَّحَارَى ذَاكِرِيْنَ اللهَ فِى الذَّهَابِ وَاْلاِيَابِ. فَهَنِيْئًا لِمَنْ بِاْلاِخْلاَصِ قَدْ تَعَطَّرَ. اَللهُ اَكْبَرْ, مَا جَهَرَ مُسْلِمٌ بِالتَّكْبِيْرِ مِنْ مَنْزِلِهِ اِلَى مُصَلاَّهُ, وَاسْتَمَرَّ يُكَبِّرُ حَتَّى قَدُمَ اْلاِمَامُ وَقَامَ اِلَى الصَّلاَةِ, فَنَوَى بِتَكْبِيْرَةِ اْلاِحْرَامِ وَقَالَ : اَللهُ اَكْبَرْ. اَللهُ اَكْبَرُ فِى مِثْلِ هَذَا الْيَوْمِ تَتَضَاعَفُ اْلاُجُوْرُ وَاْلحَسَنَاتُ, وَتَنْمُوْ بِهِ اْلخَيْرَاتُ وَاْلبَرَكَاتُ, وَيُسْتَزَادُ مِنْ اَلاَءِ اللهِ وَيُسْتَكْثَرُ. اَللهُ اَكْبَرْ (×٣).
اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِى مَدَّ لَنَا مَوَائِدَ اِحْسَانِهِ وَاِنْعَامِهِ, وَاَعَادَ عَلَيْنَا فِى هَذَا اْليَوْمِ عَوَائِدَ بَرِّهِ وَاِكْرَامِهِ, وَاَلْبَسْنَا مَلاَبِسَ اْلعِزِّ وَاْلاَفْخَرِ. اَحْمَدُهُ حَمْدَ مَنْ نَطَقَتِ اْلاَلْسُنُ بِشُكْرِهِ فِى اْلمَسَاءِ وَالصَّبَاحِ, وَتَرَنَّمَ بِهِ اْلعَبْدُ فِى كُلِّ غُدُوٍّ وَرَوَاحٍ, وَسَبَّحَ بِحَمْدِ رَبِّهِ وَاسْتَغْفَرَ.
وَاَشْهَدُ اَنْ لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ, اَلْمُشَفَّعِ فِى الْمَحْشَرِ, وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ بِمِلَّتِهِ اشْتَهَرَ. اَللهُ اَكْبَرْ (×٣).
عِبَادَ اللهِ, اِتَّقُوا اللهَ وَاعْلَمُوْا اَنَّ هَذَا يَوْمُ عِيْدٍ وَسُرُوْرٍ, وَاِعْتَاقٍ مِنَ النَّارِ وَاُجُوْرٍ.

Kaum Muslimin Muslimat Rahimakumullah…

Langkung rumiyin kulo wasiyah dumateng pribadi kulo piyambak lan dateng kaum sedulur kulo muslim sedoyo. Monggo sami wedi dating ngarsanipun Allah kelawan wedi lan takwa ingkang saestu-estu. Sejatosipun kelawan ngamalaken sedoyo menopo ingkang dados dawuhipun Allah hiyo iku nindhaake perintah-perintahe lan ngedohi larangan-larangane utowo cecegahane. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.

Kaum Muslimin Muslimat Ingkang kulo mulyaaken…

Dinten niki dinten riyoyo Fitri utawi Idul Fitri. Fitri niku artosipun buko, minongko tandane wus rampung anggene nglampahi puasa ramadhan. Pancen hiyo mung kelawan pitulunge rahmate Allah. Anggon kito biso ngrampungaken kewajiban puasa kang kelebu rukun Islam kang werno limo. 

Saksuwene poso niku kito wus biso nyingkirake hawa nafsu kenging mangan ,ngombe lan liya liyane ,mulo kelawan tumibane ‘Idul Fitri iki kito ruoso olih kemenangan koyo dene prajurit kang lagi teko songko medan perang kelawan gowo kemenangan kang kilang gumilang, sa’temene yo pancen koyo mengkono, nglawan hawa nafsu iku dumunung sewijine jihad, sewijine perjuangan kang gede, Rosululloh saw naliko kondur songko peperangan nglawan musuh kaum kafir lan musyrikin ing medan perang, banjur ngendika:

“رَجَعْنَا مِنَ الْجِهَادِ اْلاَصْغَرِ اِلَى اْلجِهَادِ اْلاَكْبَرِ, جِهَادِ النَّفْسِ”
Artine: Kito kabeh pada bali songko jihad kang cilik (ngelawan mungsuh) perlu ngadepi deneng kanjeng Nabi saw dianggep jihad kang gedhe. Allohu Akbar, Allohu Akbar, Allohu Akbar.

Kaum muslimin yang berbahagia!

Akeh banget poro menungso kang ngakoni agama islam, nanging sholat ora nate ngelakoni, poso ya ora. Anehe yen ‘Idul Fitri wus teko, yo melu bungah-bungah, lan melu seneng-seneng, mencak-mencak lan liya-liyane. Rumangsane riyoyo iku mung perlu iku, ditambah mubadzirake bondo, umpamane nyumet mercon lan kembang api.

 Polah tingkahe menungso-menungso mau koyo-koyo poro pahlawan kang lagi mulih songko medan perang, nanging sa’temene rupane mungsuh wae ora weruh, opo maneh mateni lan natoni. Banget olehe ora duweni isin manungso-manungso koyo mangkono iku, ngakune pahlawan perang, nyatane mung pahlawan jajan lan jenang. Mongko opo hiyo mung kanggo seneng-seneng lan bungah-bungah, borosake lan mubadzirake bondo ono riyoyo iku? 
Ora iku tujuane, seneng-seneng keno, bungah-bungah oleh, nanging samejonone. Ono sawijine ulama islam, arane Abu Yazid, ngucap mangkene:

لَيْسَ اْلعِيْدُ لِمَنْ لَبِسَ اْلجَدِيْدَ, وَلاَ لِمَنْ اَكَلَ اْلقَدِيْدَ, وَلَكِنَّ اْلعِيْدُ لِمَنْ طَاعَتُهُ تَزِيْدُ, وَخَافَ اْلوَعِيْدَ.

Artine: “Dudu kok riyoyo iku kanggo wong kang nyandang anyar tur mangan dendeng enak, nanging riyoyo iku kangge wong kang ketaatane marang Alloh biso tambah lan wedi marang ancaman siksane.”

Dadi jelas yen wong kang naliko nyambut dino riyoyo mung kelawan seneng-seneng lan diantil-antili mubadzir, iku mung nuruti kekarepane howo nafsune lan yen dituruti terus, hawa nafsu iku ora enek enteke, ora ono akhire. Tambah suwe tambah dadi, koyo dene wong ngombe banyu segoro kang asin, tambah akeh olehe ngombe, tambah nemen ngelake. Imam Al Bushoiri ing dalem kitab Al Burdah, ngucapake syi’irane:

“وَالنَّفْسُ كَالطِّفْلِ اِنْ تُهْمِلْهُ شَبَّ عَلَى – حُبِّ الرَّضَاعِ وَاِنْ تَفْطِمْهُ يَنْفَطِمِ”

Artine : “Howo nafsu iku koyo bocah cilik, lamun siro tokake, mesti terus olehe seneng nyusu, nanging lamun siro sapih (dipedot) hiyo bakal kasapih (biso ditinggalake).” Rosululloh SAW ngendikaake yen wong kang seneng nuruti nafsune iku durung biso sempurno imane. Hadise hiyo iku:

لاَيُؤْمِنُ اَحَدُكُمْ حَتَّي يَكُوْنَ هَوَاهُ تَبَعًا لِمَا جِئْتُ بِهِ

Artine: “Ora sampurno imane salah sawijine siro kabeh, sahinggo howo nafsune gelem di anutake marang agomo kang ingsun (Nabi Muhammad) teka kelawan nggowo agomo iku (yakni islam).” Diriwayatake deneng Imam Bukhori. Dadi dudu agamane kang dianutake miturut kekarepane howo nafsune. Nanging howo nafsune kang kudu di rem, dipekak lan sarto dikendalikno sarto disetir dening agami Islam. Yen iki wus ditindakno lagi biso aran sampurno imane. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.

Kaum Muslimin Muslimat Ingkang Berbahagia.

Saben-saben wongkang anduweni cito-cito utowo niat kepingin gayuh sewijine perkoro kang nyebabake kepenak, mesti lan wajib wani ngadepi kesengsaran, kerupekan lan wajib tahan tur sabar. 

Kito kepingin ngrasaake legine duren, wajib wani keno erine kulit duren, kito kepingin ngrasa legine madune tawon, wajib wani dientup tawone. Kito kepingin teko kelawan gelis songko kene menyang mekkah, umpamane nunggang kapal mabur, hiyo wajib wani nanggung resikone, mbok menowo kapal mahu jeblok ing bumi jalaran ono kerusakane.

Ringkese kabeh kelapangan lan kesenengan kudu digoleki kelawan wani nandang sengsoro lan prihatin. Semono ugo dino riyaya iki, dino kang dirameake kelawan kabungahan lan kasenengan, bisane kedadehan mung kelawan anane wulan poso romadhon kang ing sakjerone sewulan muput terus-terus ngrasaake ngelak lang ngelih utawa weteng luwe. 

Mulo wong kang melu Riyoyo, emoh poso iku keno diarani gawe sakepenake dewe, ibarat gelem mangan nangkane emoh gopak pulute. Rekoso disik banjur bungah-bungah, iku ora mung menungso thok, cuboto rasa’no kahanane kupu, asale uler. 

Naliko deweke kepengin biso mebur dadi kupu, bebas mrono mrene, banjur deweke ngenthung, poso ora mangan lan ora ngombe, awake dilebokake guwo, yoiku enthunge, nganthi pirang-pirang dino. 

Akhire dadi kupu, biso ngambah gegono, mebur kelawan sentosa. Kang mengkene wajib dadi pepeling utowo tadzkiroh tumrap poro menungso kang biso migunaake akale. Mulo iku cocok banget opo kang didawuhake dening Allah Ta’ala :

فَإِنَّ مَعَ اْلعُسْرِ يُسْرًا ، إِنَّ مَعَ اْلعُسْرِ يُسْرًا (سورة الإنشراح: ٥-٦)

Artine : “Sa’temene sertone rekoso iku anane kepenak lan hiyo sa’temene sertone rekoso iku anane kepenak.” Allohu Akbar, Allohu Akbar, Allohu Akbar.
Poro kaum muslimin !

Naliko poso kito ngrasaake ngelih lan ngelak, kiro-kiro mung ing wektu poso thok kito ngrasaake mengkono mahu, yen ora poso mesti biso mangan nganti kuwaregen. 

Nanging yen kitho neliti kahanane poro kaum faqir miskin, sangsara banget penguripane, sedina mangan sedina ora, sandangane sowek-sowek ora ono gantine lan saben dinane mlaku turut dalan jaluk kawelasane wng liyo. 

Wong kang mengkene iki saben dino ngrasaake ngelak lan ngelih, saben dina atine tansah susah kerono durung karuan kang dipangan. Kadang-kadang ketambahan duweni anak yatim, sebab bapake wus ora ono utowo mati. Mulo iku sakwuse kitho ngrasaake sangsarane ora mangan lan ora ngombe sewulan muput, banjur mestine yo kudu thukul roso welas lan asih marang poro faqir miskin. 

Kerono iku agama islam banjur majibake ngetoake zakat fithrah lan yen ono sandangan kanng wus ora dienggo, becike dishodaqohake marang wong-wong kang kekurangan iku. Kelawan nindaake iki, kitho jenenge wus ngamalake perintahe Rosululloh saw hiyo iku :

أَغْنُوْهُمْ عَنِ السُّؤَالِ فِى هَذَا اْليَوْمِ .

Artine : “Poro faqir miskin iku cukupono (sandang pangane) supoyo ojo nganthi jejaluk ing dino riyoyo iki.”

Tegese ojo nganthi yen dino royoyo iku katon ono wong ngemis, sebab mesaake banget, wayahe wong akeh podo seneng-seneng, sambang-sinambang, ziaroh-ziarohan kelawan mangan jajan lan ngombe wedang, dumadaan isih ono sepirangan menungso kang kapekso jaluk-jaluk kanggo isine wetenge, mongko yen ditakoni agamane, wong ngemis mahu ngandaake, “agami kulo Islam”. 

Dadi yen mengkono wong iku isih sedulur kitho dewe tunggal agama. Opo ora terenyuh ati kitho. Mugo-mugo kitho diparingi sifat welas lan asih marang sepdo-podo makhluq ing bumi, supoyo kitho diasihi dening poro makhluq ono ing langit. Rosululloh saw dawuh :

اِرْحَمْ مَنْ فِى اْلأَرْضِ ، يَرْحَمْكَ مَنْ فِى السَّمَاءِ .

Artine : “Welasono siro marang kang ono ing bumi, siro mesti diwelasi kang ono ing langit.” Diriwayatake dening Imam At Thobroni saking shohabat Jarir ra. Allohu Akbar, Allohu Akbar, Allohu Akbar.

أَمَّنَنِيَ اللهُ وَإِيَّاكُمْ مِنْ سَطْوَةِ يَوْمِ اْلوَعْيِدِ , وَأَعَادَ عَلَيَّ وَعَلَيْكُمْ مِنْ بَرَكَةِ هَذَا اْلعِيْدِ السَّعِيْدِ. أَعُوْذُ باِللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ “وَاَنْفِقُوْا مِمَّا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ اَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ اْلمَوْتُ فَيَقُوْلُ رَبِّ لَوْلاَ أَخَّرْتَنِى اِلَى أَجَلٍ قَرِيْبٍ , فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِيْنَ. وَلَنْ يُؤَخِّرَ اللهُ نَفْسًا إِذَا جَاءَ أَجَلُهَا , وَاللهُ خَبِيْرٌ بِمَا تَعْمَلُوْنَ” (سورة المنافقون : ۱۰-۱۱)

Artine : “Lan siro kabeh podo nanjakno songko rizqi kang wus ingsun paringake marang siro kabeh, sak durunge salah suwijine siro kabeh iku katekan pati, banjur matur : Duh pengeran kulo, mugi panjenengan paring wekdal sakedap kemawon kulo bade shodaqoh lan bade dados golonganipun tiyang sahe-sahe. Alloh ora bakal paring kelonggaran wektu marang wong lamun wus teka titi mangsane pati. Alloh iku Moho Waspodo marang opo wahe kang siro kabeh tindaake.”

بَارَكَ اللهُ لِى وَلَكُمْ فِى الْقُرْاَنِ اْلعَظِيْمِ . عِبَادَ اللهِ, أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ, وَاَحُثُّكُمْ وَنَفْسِى عَلَى طَاعَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ. أَقُوْلُ قَوْلِى هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِى وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ, إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

4. Wangsul Dateng Fithrah


Teks khutbah Idul Fitri 2023 dalam bahasa Jawa: Wangsul Dateng Fitrah
Teks khutbah Idul Fitri 2023 dalam bahasa Jawa: Wangsul Dateng Fitrah (pcnucilacap.com)

Jama'ah shalat 'Ied ingkang minulya.

Langkung rumiyin kula aturaken:

تفبل هللا منا ومنكم

Mugi Allah kersa nampi amal ibadaah saking kula lan panjenengan sedaya lan

من العائدين الفائزين املقهبولني

Mugi Allah kersa ndadosaken kita sedaya tiyang ingkang wangsul dateng fithrah (dateng asal kedadosan kita) ingkang angsal kabegjan lan ingkang dipun tampi amal ibadahipun. Amien.

هللا أكرب أهلل أكرب أهلل أكرب وهلل احلمد

Jama'ah shalat 'Ied ingkang minulya.

Kangge duka ingkang kaping pinten, enjang punika kita saged nglampahi 'Iedul Fithri.

'Iedul Fithri bade tansah kedadosan malih saben tahun, mila mesti wonten hikmah utawi piwucal ingkang saged kita pendhet saking mriku.

Piwucal ingkang saged kita pendet kanthi cepet inggih punika piwucal supados kita wangsul dateng fithrah kita minangka manungsa, wangsul dateng asal mula bukanipun manungsa, sinten sejatinipun, lan kangge napa wontenipun.

Ingkang kawitan, fithrahipun manungsa punika makhluk ingkang dipun damel dening Gusti Allah.

Mboten jalaran kita ingkang kepengin lajeng kita wujud. Ugi mboten jalaran kepenginipun bapak ibu.

Nyatanipun, mboten saking kawitan kita ngertos bilih kita punika manungsa.

Tunggu ngantos paling mboten pitung tahun kita nembe ngertos bilioh kita punika manungsa.

Nyatanipun, kathah lare ingkang lahiripun mboten dipun kepengini bapak ibunipun, nembe lahir lajeng dipun bucal ber, utawi dipun tilar lar, utawi malah awit taksih wonten lebet wetengan, tiyang sepuhipun sampun ngupayaaken sak sagedipun bade ngguguraken.

Sewangsulipun, kathah tiyang sepuh ingkang ngotot sanget supados gadhah anak ingkang mangkenipun bade dados manungsa, tah nyatanipun mboten kasil.

Dados, sepisan malih, ingkang kawitan kedah dipun sadari, manungsa, kita sedaya nggih manungsa, punika makhluk, dipun damel, dipun ciptaaken.

هللا أكرب أهلل أكرب أهلله أكرب وهلله احلمد

Jama'ah shalat 'Ied ingkang minulya.

Wonten ingkang dipun damel mesthi wonten ingkang ndamel. Wonten makhluk mesthi wonten Al-Khaliq.

Al-Khaliq nyiptaaken manungsa mesthi mboten namung iseng utawi dolanan tanpa hikmah lan tanpa tujuan.

Wonten surah Al-Mu'minun 115 Allah Ta'ala ngendika:

أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَٰكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ

"Terus, apa kowe kabeh ngira menawa Ingsun nyiptaaken kowe kabeh mung nggo dolanan thok? Lan menawa kowe kabeh ora arep dibalekake maring Panjenengan Ingsun?"

Mesthi mawon mboten nggih?

Lajeng tujuan dipun damelipun manungsa punika kanthi cetha dipun ngendikaaken Gusti Allah wonten surat Adz-Dzariyat, 56:

وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

"Lan Ingsun ora nyiptaaken jin lan manungsa kejaba supaya jin lan manungsa mau pada ngawula bekti maring Panjenengan Ingsun."

Dados, sak sampunipun kita, para manungsa ngaku minangka makhluk, kita mboten kenging ngliruwaken tujuan kita diciptaaken, nggih punika ngawula bekti, ngibadah.

Manungsa ingkang mboten purun ngawula bekti dateng Gusti Allah ingkang sampun ndamel piyambake, berarti mboten ngertos utawi mboten nyadari fithrahipun.

Amargi kathah tiyang ingkang kados mekaten, mila Gusti ingkang Maha Mirah lan Welas Asih kanthi ajeg lan teras-terasan maringi pepeling supados manungsa mboten kebablasen mboten ngertos lan mboten sadar.

Pepeling kala wau nggih 'Iedul Fithri punika.

هللا أكرب أهلل أكربه أهلل أكرب وهلل احلمد

Jama'ah shalat 'Ied ingkang minulya.

Arti ngawula bekti punika ndadosaken awak kota dados kawulanipun gusti ingkang dipun kawulani.

Gusti ingkang dipun kawulani mboten sanes nggih Gusti Allah.

Ngawula dateng Gusti Allah mboten cekap naming ngaken dados kawulanipuin thok.

Ngawula punika kedah purun tansah nglampahi dhawuhipun lan nebihi awisanipun.

Tiyang ingkang sampun saged kados mekaten kawastanan 'muttaqien' wong kang takwa.

Lan menikalah tujuan kita didhawuhi siyam kados ingkang nembe kita lampahi.

Tujuan punika, Insya Allah, mboten mustahil saged dipun kasilaken sinten kemawon uger nalika siyam tiyang wau buka lan sauripun ingkang halal lan mboten nate ngendikan ingkang awon lan mboten nglampahi ingkang mboten sae.

Timbang ngendikan ingkang awon langkung sae mendel lan timbang nglampahi ingkang mboten sae langkung sae tilem.

هللاه أكرب أهلل أكرب أهلل أكربه وهلله احلمد

Kewajiban ngawula dateng Allah keraos sanget pribadi, kangge piyambak thok.

Ing mangka manungsa punika makhluk ingkang langkung remen gesang sesarengan.

Mila mesthi wonten kewajiban sanes ingkang murakabi dateng masyarakat.

Punapa niku? Nalika Gusti Allah bade nyiptaaken manungsa, ngendika:

إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً

"Sak temene, ingsun bakal ndadeaken khalifah ana nduwur bumi iki."

Khalifah tegesipun ingkang nggantosi, ingkang makili. Dados manungsa dipun damel Gusti Allah minangka wakilipun Gusti wonten sak lumahing bumi punika.

Lan kewajiban pokok minangka khalifah punika nyebaraken rahmat lan asih, mrataaken keadilan lan mujudaken raos aman dateng sedayanipun.

Mila, saestunipun, sedaya tiyang kedah ikhtiyar mriku lan mangkenipun wohing ikhtiyar ugi dipun unduh piyambak.

Nderek pangandikan Imam Abu Ishaq asy-Syirozi, ingkang langsung diparingi

Rasullah saw liwat impenipun:

من اراد السالمة فليطلبها ىف سالمة غريه

"Sapa wonge kepengin slamet kudu gelem nggoleki slamete wong liya."

Dados, sinten kemawon ingkang kepengin wilujeng, mboten kenging nglampahi perkawis ingkang saged damel mboten slametipun tiyang sanes, damel ruginipun tiyang sanes.

Saged dipun terasaaken, sinten kepengin wontenipun keadilan mboten kenging mboten adil.

Sinten kepengin aman mboten kenging damel mboten amanipun tiyang sanes.

هللاه أكرب أهلل أكرب أهلل أكربه وهلله احلمد

Jama'ah shalat 'Ied ingkang minulya

Wosipun, 'Iedul Fithri ngajak kita sedaya wangsul nyadari kita minangka makhluk lan manungsa, ingkang kedah ngawula bekti lan dados khalifah Allah wonten ngalam dunya punika.

Mangga kita upayakaken sesarengan.


Teks khutbah Idul Fitri 2023 dalam bahasa Jawa: Wangsul Dateng Fitrah
Teks khutbah Idul Fitri 2023 dalam bahasa Jawa: Wangsul Dateng Fitrah (pcnucilacap.com)

Teks khutbah Idul Fitri 2023 dalam bahasa Jawa: Wangsul Dateng Fitrah
Teks khutbah Idul Fitri 2023 dalam bahasa Jawa: Wangsul Dateng Fitrah (pcnucilacap.com)

(Tribunnews.com/Sri Juliati)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved