Kasus Korupsi Minyak Mentah
Dewan Energi Nasional Bingung Kilang Singapura Tak Produksi Pertalite, tapi Pertamina Impor RON 90
Dewan Energi Nasional mengaku bingung lantaran Pertamina mengimpor Pertalite ke Singapura, padahal negara tersebut tidak memproduksinya.
Bahkan, dalam pemaparannya, tidak menyampai 1 juta kiloliter tiap tahunnya.
Adapun pada tahun 2021, impor Pertamax hanya 0,10 kiloliter. Lalu, di tahun 2022, cuma 0,12 kiloliter, dan tahun 2023 sebesar 0,27 kiloliter.
Di sisi lain, tren impor BBM RON 95 atau Pertamax Green mengalami penurunan di mana di tahun 2021 mencapai 9,84 juta kiloliter, lalu pada tahun 2022 menurun menjadi 6,39 juta kiloliter.
Penurunan kembali terjadi pada impor Pertamax Green yaitu menjadi 4,67 kiloliter pada tahun 2023.
Tentang hal ini, Eri mengungkapkan seluruh impor BBM tersebut berasal dari kilang Singapura.
Baca juga: Dirut Pertamina Dipanggil ke Istana, Bicara Soal Stok BBM Jelang Mudik Lebaran 2025
Pasalnya, imbuh Eri, kilang dari Singapura mampu memproduksi minyak mentah mencapai 800 ribu barel per hari dan dianggap dapat memenuhi kebutuhan Indonesia.
"Di dalam dunia impor mengimpor BBM, Indonesia rujukannya adalah beli dari Singapura melalui MOPS atau Mean of Platts Singapore."
"Kita ketahui kilang Singapura itu hampir 800 ribu per barel produksinya per hari. Jadi Indonesia sangat tergantung atau Singapura senantiasa mengekspor produk kilangnya ke Indonesia," jelasnya.
Eri menuturkan adanya impor BBM tersebut karena produksi kilang di Indonesia masih rendah yaitu hanya 600 ribu barel per hari.
Padahal, imbuhnya, kebutuhan BBM dalam negeri selalu meningkat tiap tahunnya.
"Di dalam kemampuan kilang dalam negeri, kita tidak bisa memenuhi konsumsi BBM yang terus meningkat."
"Jadi kita 50 persen mengimpor BBM, 50 persen kita mengimpor crude bahkan lebih. Karena apa? Produksi crude kita hanya 600 ribu per barel menurut APBN," pungkasnya.
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.