Sabtu, 4 Oktober 2025

Kasus Korupsi Minyak Mentah

Soal Kasus Pertamax Oplosan, Bahlil Minta Masyarakat Tak Ragukan Kualitas BBM

Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, meminta kepada masyarakat untuk tak meragukan spesifikasi bahan bakar Pertamax dan Petralite.

Tribunnews.com/Abdi Ryanda Shakti
KORUPSI PERTAMINA - Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengecek langsung penjualan gas elpiji 3 kg di Pangkalan LPG 3 Kg Kevin Alesandro di kawasan Kemanggisan, Jakarta Barat, Selasa (4/2/2025). Bahlil Lahadalia meminta kepada masyarakat untuk tak meragukan spesifikasi bahan bakar Pertamax dan Petralite. 

TRIBUNNEWS.COM - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, meminta kepada masyarakat untuk tak meragukan spesifikasi bahan bakar Pertamax dan Petralite.

Menurut Bahlil, tim Kementerian ESDM akan kembali mengecek kualitas RON pada Pertamax dan Petralite di Stasiun Pengisian Bahan Bakar (SPBU) Pertamina.

Ia menyebut, berdasarkan laporan tim yang mengecek kualitas bahan bakar, spesifikasi Pertamax dengan temuan di lapangan sama.

"Kami menyarankan rakyat enggak perlu ragu karena sekarang kami tim juga lagi menurunkan ke lapangan untuk mengecek," ucap Bahlil di Magelang, Jawa Tengah, Kamis (27/2/2025).

"Tapi laporan yang sampai dengan hari ini kami terima bahwa antara apa yang dibeli dengan kualitasnya itu sama."

"Namun kami akan mengecek lagi supaya betul-betul kita jamin masyarakat membeli harga dengan spesifikasi dan kualitas minyak yang sesuai," imbuhnya.

Terpisah, Kejaksaan Agung (Kejagung) membantah klaim PT Pertamina yang mengatakan tidak ada bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertamax atau RON 92 yang dilakukan pengoplosan.

Direktur Penyidikan pada Jampidsus Kejagung, Abdul Qohar, awalnya menyebut telah menyaksikan pernyataan Pertamina melalui televisi saat rapat kerja dengan Komisi 12 DPR RI.

Di sana pihak Pertamina mengeklaim bahwa Pertamax hanya dicampurkan zat aditif yang tidak mempengaruhi kadar oktan atau RON pada BBM tersebut.

Qohar pun membantah klaim dari Pertamina karena dalam proses penyidikan yang dilakukan terhadap para tersangka, penyidik tidak menemukan seperti apa yang disampaikan oleh pihak Pertamina.

"Penyidik menemukan tidak seperti itu. Ada RON 90 atau dibawahnya ya (RON) 88 (BBM jenis premium) di-blending dengan RON 92." 

Baca juga: Peran Maya Kusmaya di Korupsi Minyak Mentah, Diduga Beri Perintah Oplos Premium dengan Pertamax

"Jadi RON (dioplos) dengan RON. Jadi kan tidak seperti itu (seperti klaim Pertamina)," jelas Qohar dalam jumpa pers, Rabu (26/2/2025) malam.

Selain itu, berdasarkan hasil penyidikan tersebut, bahwa BBM yang telah dioplos tersebut kemudian dipasarkan dengan harga Pertamax.

"Jadi hasil penyidikan saya sudah sampaikan, RON 90 atau dibawahnya tadi fakta yang ada di transaksi RON 88 diblending dengan RON 90 dipasarkan seharga RON 92," ujar Qohar.

Sebelumnya, Pelaksana Tugas Harian (PTH) Direktur Utama Pertamina Patra Niaga, Mars Ega Legowo Putra, menegaskan pihaknya tidak melakukan praktik upgrade blending atau pencampuran Pertalite dengan Pertamax. 

Hal ini disampaikan Ega dalam rapat kerja dengan Komisi XII DPR RI di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta pada hari Rabu.

Ega memastikan bahwa produk yang diterima dan dijual di SPBU telah sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan.

"Baik yang dari luar negeri maupun dari dalam negeri itu kami sudah menerima RON 92." 

"Yang membedakan adalah meskipun sudah berada di RON 90 dan 92 itu sifatnya masih base fuel artinya belum ada aditif yang kita terima di Pertamina Patra Niaga ya," kata Ega dalam rapat.

Ega menjelaskan, Pertamina Patra Niaga mengelola bahan bakar mulai dari terminal hingga ke SPBU. 

Sementara itu, proses pengangkutan bahan bakar dari kilang ke terminal dilakukan oleh kapal milik Pertamina.

"Tidak ada proses perubahan RON, tetapi yang ada itu Pertamax kita tambahkan aditif. Jadi di situ ada proses penambahan aditif dan proses penambahan warna."

"Proses inilah yang memberikan keunggulan perbedaan dalam produk," ujar Ega.

Ega menjelaskan bahwa proses penambahan aditif ini dikenal sebagai injection blending

"Blending ini adalah proses yang common dalam produksi minyak yang merupakan bahan cair, namanya ini bahan cair."

"Jadi pasti akan ada proses blending ketika kita menambahkan blending ini tujuannya adalah untuk meningkatkan value daripada produk tersebut," ucapnya.

Dia menambahkan bahwa setiap bahan bakar yang diterima, baik dari dalam maupun luar negeri, selalu melalui pengujian laboratorium sebelum dan sesudah bongkar muat.

"Setelah kita terima di terminal itu pun di terminal juga melakukan rutin pengujian kualitas produk di tempat-tempat Pertamina itu pun kita terus jaga sampai dengan ke SPBU," tegasnya.

(Tribunnews.com/Deni/Fahmi)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved