Senin, 6 Oktober 2025

Peserta MTQ Internasional Ceritakan Tantangan & Keberkahan Menjadi Hafiz di Negara Minoritas Muslim

Hussain mengungkapkan tantangan sekaligus keberkahan yang ia rasakan sebagai seorang hafiz di Toronto.

Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Dewi Agustina
HO/Kemenag
MTQ INTERNASIONAL - Muhammad Ma’ruf Hussain, peserta asal Kanada saat mengikuti Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) Internasional Indonesia 2025 di Jakarta, Jumat (31/1/2025). Ma'ruf menceritakan pengalamannya belajar tilawah di Kanada. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Muhammad Ma’ruf Hussain, peserta Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) Internasional Indonesia 2025 asal Kanada, membagikan kisahnya dalam mempelajari dan menghafal Al-Quran di negara minoritas Muslim.

Pemuda berusia 20 tahun yang lahir di Bangladesh ini mengungkapkan tantangan sekaligus keberkahan yang ia rasakan sebagai seorang hafiz di Toronto.

Baca juga: Kemenag: MTQ Internasional di Jakarta Bakal Usung Tema Lingkungan dan Kemanusiaan

Ma’ruf pindah ke Kanada saat berusia sekitar 5 hingga 6 tahun. 

Meski tinggal di lingkungan baru, kecintaannya pada Al-Quran mulai tumbuh sejak usia 8 hingga 9 tahun.

Ayahnya, Syaikh Qari Muhammad Muzzammil Hussain, menjadi guru dan pembimbing utamanya dalam menghafal Al-Qur’an.

"Saya awalnya tidak terlalu serius, sampai akhirnya ayah memasukkan saya ke madrasah saat kelas tiga," ujar Ma'ruf melalui keterangan tertulis, Jumat (31/1/2025).

Dengan dukungan penuh dari keluarganya, terutama sang ayah yang juga seorang qari, Ma’ruf berhasil menyelesaikan hafalan Al-Qur’an pada usia 13 hingga 14 tahun.

Hussain juga mendalami bahasa Arab untuk memahami makna Al-Qur’an lebih dalam.

"Ayah selalu menempatkan saya di lingkungan para syuyukh yang membahas Al-Qur’an dan Sunnah. Itu membentuk cara berpikir, berpakaian, hingga akhlak saya," katanya.

Sebagai Muslim di Kanada, Ma’ruf mengakui adanya tantangan dalam menjaga identitas keagamaan.

Baca juga: Menteri Agama Akui Kualitas Qori & Qoriah Indonesia Selalu Mendominasi di MTQ Tingkat Internasional

Meski begitu, ia menilai Kanada relatif terbuka terhadap seluruh komunitas beragama.

"Interaksi dengan teman-teman non-Muslim sudah menjadi keseharian dalam hidup saya. Mereka juga mengizinkan pembangunan masjid dan kegiatan menghafal Al-Qur’an. Ini peluang besar bagi kami untuk berdakwah," tuturnya.

Ma’ruf juga mengungkapkan pengaruh teknologi terhadap generasi muda, yang tidak hanya terjadi di negara-negara Barat, tetapi juga di negara-negara Muslim.

Namun, ia percaya bahwa ketahanan spiritual dapat dibangun melalui komunitas yang kuat.

"Di Kanada, ada ulama dan majelis ilmu yang membantu membentengi Muslim dari pengaruh negatif," ucapnya.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved