Kamis, 2 Oktober 2025
Tujuan Terkait

Cerita Penerima Beasiswa Teladan Tanoto Foundation: Kembangkan Soft Skill dan Kepemimpinan

Beasiswa TELADAN Tanoto Foundation telah disalurkan kepada para generasi muda berprestasi. Ini cerita 'ajaib' mahasiswi penerima beasiswa.

|
Doc Pribadi Jasmine Iliyya
Beasiswa TELADAN Tanoto Foundation telah disalurkan kepada para generasi muda berprestasi. Ini cerita 'ajaib' mahasiswi penerima beasiswa. 

TRIBUNNEWS.COM - "Sebaiknya selalu punya rasa ingin tahu, hal itu sudah sangat amat cukup dalam konteks untuk bisa maju ke depan, setidaknya ada action-nya. Lalu apabila mereka gagal mereka dapat mengevaluasi kegagalan itu untuk menuju keberhasilan ke depan."

Pernyataan itu dilontarkan Jasmine Iliyya (21), salah satu Tanoto Scholar Awardee angkatan 2022, kepada Tribunnews.com, Jumat (6/12/2024).

Jasmine adalah cerminan salah satu Generasi Z atau Gen Z Indonesia yang konsisten membawa semangat longlife learner.

Mahasiswa semester tujuh program studi Akuntansi Universitas Gadjah Mada (UGM) ini dengan semangat menceritakan jalan panjang mengikuti proses rekrutmen program Beasiswa TELADAN Tanoto Foundation.

Di mana dirinya bersama awardee lainnya berhasil unggul dari ribuan peserta pendaftar lainnya.

Tentu hal tersebut menjadi sebuah pencapaian tersendiri bagi Jasmine.

Jasmine pun memang sudah memiliki ketertarikan terhadap beasiswa TELADAN sejak duduk di bangku SMA. 

Ia kian mantap untuk bisa mendapatkan beasiswa TELADAN Tanoto Foundation, hal ini selain mendapatkan dukungan biaya kuliah berupa pembayaran Uang Kuliah Tunggal (UKT) hingga semester 8 dan tunjangan hidup setiap bulannya, Jasmine juga mendapat pengembangan ke arah leadership dan soft skill.

"Sebenarnya banyak banget beasiswa yang bisa didapatkan untuk bisa kuliah gratis namun beasiswa Tanoto Foundation memiliki perbedaan, di mana tidak hanya beasiswa saja yang diberikan namun ada pelatihan soft skill dan leadership," ujar Jasmine.

Rupanya ada proses panjang dan kesan tersendiri dalam proses rekrutmen calon peserta program beasiswa.

Berjibaku dengan ribuan calon peserta berprestasi, Jasmine tetap percaya diri mengikuti tahapan-tahapan rekrutmen.

"Saya stand out dalam mengikuti tahapan rekrutmen awal," lanjutnya.

Baca juga: Mahasiswa Berdaya: Soft Skill dan Kepemimpinan

Selain prestasi saat duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA), Jasmine mencoba untuk mengoptimalkan keunikan yang ia miliki juga pemikiran yang visioner.

Hingga akhirnya dirinya dinyatakan lolos.

Dalam program Beasiswa TELADAN Tanoto Foundation kini Jasmine mencapai tahapan 'profesional preparation', tahapan mempersiapkan diri memasuki dunia kerja.

Setelah sebelumnya berada di tahapan 'lead self' dan 'lead others'.

"Menurut Tanoto sebelum kita memimpin orang lain (lead others) kita harus bisa memimpin diri sendiri (lead self)," ujarnya.

Sementara di tahapan lead others, dirinya akan dikelompokkan dengan peserta program beasiswa TELADAN Tanoto Foundation lainnya dan menciptakan suatu proyek rancangan sendiri.

Dalam tahapan ini dirinya menciptakan project bersama dengan tajuk yang diambil yakni bahaya judi online.

"Tema project soal judi online, kita sosialisasikan bahaya judi online bersama dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kemudian membuat kelas sosialisasi dengan peserta siswa SMA," kata Jasmine.

Mengapa peserta sosialisasi anak muda? menurut Jasmine hal ini lantaran usia mereka merupakan usia awal mendapat Kartu Tanda Penduduk (KTP).

"Kita tahu bahwa syarat judi online sangat mudah, termasuk foto KTP," imbuh Jasmine.

Dari proyek tersebut tujuannya adalah untuk pencegahan bahaya judi.

Pelajaran Berharga dari Tanoto Foundation 

Beasiswa TELADAN Tanoto Foundation telah disalurkan kepada para generasi muda berprestasi. Ini cerita 'ajaib' mahasiswa penerima beasiswa. (Doc Pribadi Jasmine Iliyya)
Beasiswa TELADAN Tanoto Foundation telah disalurkan kepada para generasi muda berprestasi. Ini cerita 'ajaib' mahasiswa penerima beasiswa. (Doc Pribadi Jasmine Iliyya) (Dok Pribadi Jasmine Iliyya)

Menurutnya apa yang dia dapatkan dari Tanoto Foundation terutama soft skill sangat penting bagi sepak terjangnya saat ini. 

Kemampuan-kemampuan seperti menganalisis sesuatu hingga komunikasi yang baik rupanya berguna bagi laju pendidikan dan pengalaman nya. 

"Karena di Tanoto itu aku dituntut untuk mengenal diri sendiri hingga kelebihan soft skill yang saya miliki hingga passion, karena beneran dibikin program khusus untuk mengenal diri sendiri jadi aku di awal-awal kuliah jadi tahu minat hingga arah pendidikan yang mau ditempuh," ujarnya lagi.

Jasmine mengaku ia mendapatkan banyak keuntungan saat menjadi Awardee Beasiswa TELADAN

Salah satunya, ia mendapatkan dukungan pengembangan kepemimpinan melalui program pelatihan kepemimpinan.

Kesempatan untuk tergabung dalam jaringan komunitas Indonesia dan global juga semakin terbuka lebar melalui Global Experiences Program jangka pendek baik di dalam maupun luar negeri seperti exchange program, summer course, internship hingga volunteering

Jasmine juga berkesempatan mengikuti konferensi internasional di Malaysia.

9 Kompetensi yang Perlu Dimiliki Mahasiswa

Head of Leadership Development and Scholarship (LDS) Tanoto Foundation, Michael Susanto, mengungkapkan pentingnya soft skill bagi mahasiswa yang akan terjun ke dunia kerja.

Maka dari itu setidaknya ada sembilan karakteristik kompetensi yang meski dimiliki seorang mahasiswa yang siap terjun ke dunia kerja. 

Dua dari sembilan kompetensi tersebut, yaitu self-awareness (mawas diri) dan care for others (peduli terhadap sesama).

Michael mengatakan, kompetensi self-awareness adalah bagaimana mahasiswa-mahasiswi betul-betul mengerti siapa dirinya, di mana kelemahan dan kekuatannya, dan mempunyai kebiasaan untuk merefleksi diri.

"Jadi dia tidak cepat mengambil keputusan atau tidak cepat berasumsi, tapi dia punya kebiasaan untuk merefleksi, keadaannya seperti apa ya, seharusnya apa ya, baru dia mengambil keputusan yang tepat."

"Jadi dia enggak buru-buru gitu ya, baik itu dalam pekerjaan, dalam belajar, maupun dalam keuangan misalnya," tuturnya.

Sementara kompetensi care for others adalah bagaimana mahasiswa memiliki kepedulian terhadap orang lain.

"Jadi bagaimana dia bisa menemukan bahwa dia pun bisa berkontribusi di masyarakat, dia pun bisa menunjukkan kepedulian, bahwa dia bisa menjadi bagian dari sesuatu," ungkap Michael saat hadir menjadi narasumber di Siniar Overview Tribunnews, Kamis (21/11/2024). 

Lengkapnya berikut sembilan karakteristik kompetensi yang harus dimiliki mahasiswa:

1. Self Awareness (Mawas Diri)

Memahami kekuatan dan keterbatasannya; mampu mengevaluasi diri, dan memadankan kebiasaan sehari-hari sesuai nilai-nilai yang dijadikan panduan hidup.

2. Driven (Gigih)

Menetapkan cita-cita setinggi mungkin dan siap mengambil risiko untuk maju. Mendorong diri dari zona nyaman dan tidak menyerah saat menghadapi kendala. Percaya diri dan optimis.

3. Integrity (Integritas)

Memilih untuk hidup dan bertindak sesuai dengan prinsip yang dipegang teguh termasuk kejujuran, adil dan santun, serta teguh pada komitmen.

4. Continuous Learning (Pembelajar sepanjang hayat)

Memiliki inisiatif untuk terus menambah ilmu pengetahuannya dan terus menantang dirinya menjadi pribadi dan profesional yang semakin baik. Tidak takut dan belajar dari kesalahan dan memandang kesalahan sebagai kesempatan untuk tumbuh dan mengembangkan diri.

5. Grit (Teguh dan Tekun)

Memiliki ketekunan dalam mengejar minatnya dan keteguhan meski menghadapi rintangan. Memiliki tujuan dan berpegang pada komitmen.

6. Care for Others (Peduli sesama)

Mampu memahami berbagai sudut pandang dan kebutuhan, dan bertenggangrasa terhadap sesama manusia, penuh perhatian, dan tanggap. Menyingkirkan perasaan diri paling penting, fokus pada sesama manusia, dan bekerjasama dengan baik dengan orang lain. 

7. Empower Others (Memberdayakan orang lain)

Menunjukkan komitmen untuk membawa kebaikan, tidak gentar mengambil langkah pertama, dan menyingsingkan lengan untuk bergotong-royong dengan orang lain, dan mengeluarkan potensi terbaik orang lain yang bekerja dengannya.

8. Innovative (Inovatif)

Memiliki kreativitas tinggi. Banyak akal untuk memulai sebuah inisiatif dan pemikir yang mandiri. Mereka senantiasa melakukan hal baru.

9. Entrepreneurial Spirit (Semangat wirausaha)

Berpikiran terbuka dan memiliki rasa ingin tahu. Memandang sesuatu dari berbagai sudut pandang. Berorientasi pada masa depan, sangat mampu beradaptasi, dan tidak gentar akan kegagalan.

Michael mengungkapkan, dengan sembilan karakteristik tersebut, mahasiswa bisa memiliki kompetensi sebagai bekal masa depan.

Sehingga, mereka memiliki daya saing di masa depan meski berlatar belakang berbeda.

"Riset yang kami lakukan, menemukan bahwa teman-teman mahasiswa-mahasiswi dari latar belakang sosial ekonomi yang kurang beruntung tadi, dengan pelatihan kepemimpinan, pembangunan karakter dan soft skills, mereka bisa mengejar kompetensi sehingga pada waktu mereka lulus mereka mengejar kompetensi teman-teman dia yang mungkin pada awalnya datang dari latar belakang sosial ekonomi yang lebih beruntung," ungkapnya.

SDM Unggul Penting untuk Kemajuan Indonesia 

Pentingnya soft skill bagi Generasi Z atau Gen Z yang akan masuk ke dunia kerja memang menjadi urgensi tersendiri, terlebih dengan adanya data yang menyebut bahwa Gen Z yang baru lulus kuliah susah mendapatkan pekerjaan dan sulit menyesuaikan diri dengan dunia kerja.

Menurut laporan terbaru Intelligent, platform konsultasi pendidikan dan karier, banyak perusahaan ragu mempekerjakan Gen Z.

Menyoroti hal ini, dr Gamal Albinsaid, anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Komisi X mengatakan soal laporan dari Randstad Workmonitor pada 2022, bahwa 41 persen Gen Z mengatakan lebih memilih jadi pengangguran dibandingkan tidak bahagia di tempat kerja.

Bahkan satu laporan dari Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa 9,9 juta anak muda tidak dalam pekerjaan, training ataupun edukasi.

Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu menyoroti akar masalah yang membuat Gen Z tidak siap memasuki dunia kerja bahkan minim soft skill.

Termasuk karena proses pendidikan yang diterapkan di Indonesia saat ini yang akhirnya melahirkan generasi-generasi seperti saat ini.

Dalam penilaian yang dilakukan oleh Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) dalam Programme for International Student Assessment (PISA) 2022, skor Indonesia masih rendah.

Termasuk terlihat dalan konteks membaca, skor literasi membaca Indonesia pada 2022 mengalami penurunan bila dibandingkan 2018. 

Pihaknya pun telah mendorong pemimpin-pemimpin pengambil keputusan untuk meletakkan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai sebuah prioritas dan itu diterjemahkan dalam alokasi SDM yang signifikan.

"Kenapa itu penting? karena negara maju itu dari SDM yang unggul dan SDM unggul itu menurut banyak penelitian berdampak pada pertumbuhan dan ketahanan ekonomi sebuah negara," tutup dr Gamal.

(Tribunnews.com/Garudea Prabawati/Gilang Putranto)

Sumber: TribunSolo.com

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of

asia sustainability impact consortium

Follow our mission at www.esgpositiveimpactconsortium.asia

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved