Partai Golkar dan Dinamikanya
Airlangga Hartarto Mundur dari Ketum Golkar, Ridwan Kamil Nilai itu Dinamika Kepartaian yang Lazim
Wakil Ketua Umum Partai Golkar, Ridwan Kamil menilai mundurnya Airlangga Hartarto dari Ketum Golkar sebagai hal yang lazim dalam dinamika kepartaian.
"Kepada jajaran pengurus DPP Partai Golkar, serta kepada seluruh pimpinan partai kita di tingkat provinsi, kota dan kabupaten, saya percaya dapat terus menjaga soliditas dan kesinambungan Partai Golkar ini," katanya.
Dalam kesempatan tersebut, Airlangga menyampaikan kebanggaannya atas dukungan dan persahabatan yang tulus dari para kader dan simpatisan Partai Golkar.
Airlangga mengimbau kepada para kader untuk terus merawat partai dengan penuh semangat dan optimisme.
Baca juga: Jusuf Hamka Ikut Airlangga Hartarto Hengkang dari Golkar: He Is My Best Friend, Kesetiaan Itu Utama
Ia yakin, Partai Golkar akan terus melangkah ke depan dan memberi kontribusi positif bagi Tanah Air.
"Kepada seluruh Rakyat Indonesia, terima kasih atas dukungan dan kepercayaan selama ini kepada Partai Golkar sebagai pembawa harapan bagi Kemajuan Bersama," katanya.
Airlangga pun mengungkap pertimbangannya mundur dari jabatan Ketua Umum Golkar.
Ia ingin menjaga keutuhan partai dan dalam rangka memastikan stabilitas transisi pemerintahan yang akan terjadi dalam waktu dekat.
"Untuk menjaga keutuhan Partai Golkar dalam rangka memastikan stabilitas transisi pemerintahan yang akan terjadi dalam waktu dekat," katanya.
Baca juga: Pengamat sebut Jokowi Bisa Saja Utus Orang Jadi Ketua Umum Partai Golkar
Pengamat Nilai Airlangga Tak Mungkin Kalau Tidak Ada Tekanan
Pengamat politik Universitas Al-Azhar, Ujang Komarudin, berpendapat mengenai pengunduran diri Airlangga Hartarto dari jabatan Ketua Umum (ketum) Partai Golkar secara mendadak.
Ujang mengatakan, di internal Partai Golkar, nama Airlangga sebenarnya masih dikehendaki untuk memimpin Partai Golkar. Sehingga, pengunduran dirinya secara tiba-tiba diduga dikarenakan adanya tekanan dari pihak eksternal.
Ia menyebut, ada upaya dari pihak tertentu, serta dugaan keterlibatan kekuasaan dalam hal ini.
"Ya ada tekanan. Kan itu menjadi persoalan. Oleh karena itu, ini karena tekanan dari luar," kata Ujang, saat dihubungi Tribunnews.com, pada Senin (12/8/2024).
"Yang kita tahu di internal sih Airlangga leading untuk menjadi ketum lagi. Tapi dapat tekanan dari eksternal, dari kekuasaan ya jadinya Airlangga selesai juga karir politiknya di Golkar," tambahnya.
Ujang menduga, pengunduran diri Airlangga dilakukan untuk memberikan jalan kepada pihak-pihak tertentu yang menginginkan kursi pimpinan partai beringin itu.
Baca juga: Jokowi Harus Penuhi 7 Syarat ini Jika Didorong Jadi Ketum Golkar Gantikan Airlangga
"Jadi saya melihatnya, tidak mungkin Airlangga mundur kalau tidak ada tekanan. Bisa jadi tekanan itu dilakukan agar Airlangga mundur dan memberi ruang untuk Gibran atau Jokowi untuk bisa jadi ketum Golkar, walaupun harus menabrak aturan dan sebagainya," jelas Ujang.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.